maandag, juni 02, 2008

Ilmu Manhaj Dakwah Salafiyah Ahlus Sunnah Wal Jamaah

AHLAN WA SAHLAN
]
Ditulis Oleh: Ust. Abu hamzah Agus Hasan Bashori

Ilmu manhaj dakwah merupakan ilmu yang sangat penting. Ilmu ini akan menerangi jalan para da'i, menentukan langkah, meluruskan arah, melindungi dari kesesatan dan kesalahan yang fatal.
Dahulu Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam selama hidupnya telah mempraktekkan seluruh ilmu ini dengan benar dan tepat dalam aktifitas dakwah beliau. Kemudian sesudah itu dilanjutkan oleh para sahabatnya -Rodliallohu anhum-, para Tabi'in, dari generasi salafush shalih yang dengan setia mengikuti jejak langkah Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam dan sabar untuk tidak tertarik kepada manhaj baru yang menyimpang. Oleh karena itu ketika para ulama menulis tentang manhaj dakwah atau ilmu ushul dakwah , maka mereka menjadikan Al Quran, hadits dan seluruh kehidupan Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam yang suci dan perjalanan hidup sahabat yang bersih sebagai bahan rujukan utama dalam ilmu ini.

Namun dalam memahami ilmu ini yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah maksud dari istilah yang digunakan.

1. Manhaj atau nahj atau minhaj
Dalam bahasa arab berarti thariq al wadhih (jalan yang jelas). Dikatakan 'fahajath thariiq' artinya ia menjelaskan jalan atau membuat jalan itu terang dan jelas. Juga berarti : Ia meniti jalan. maka jika dikatakan' fahaja fulaanan sabilan fulaanin' artinya orang itu meniti jalan yang telah dititi oleh fulan, maksudnya ia mengikuti jejak langkahnya [Lihat : Al Qomus Al Muhith 266, oleh Fairuz Abadi, Mukhtashor As Shihah 688 oleh Ar Razi].
Jadi Manhaj dakwah artinya jalan dakwah yang utama, metode dakwah yang pokok dan cara-cara yang jelas lagi terang.
manhaj dakwah memiliki patokan-patokan dan prinsip dasar ini sangat luas cakupanya, maka banyak penulis berbeda-beda dalam menyebutkan patokan-patokan dan prinsip dasar, tergantung sudut pandang dan latar belakang keilmuannya..
Dr Abdul Karim Zaidan menetapkan bahwa ushul dakwah (komponen, faktor) itu ada empat: tema dakwah (maudhu dakwah), pelaku dakwah (da'i), obyek dakwah (mad'u) dan sarana dakwah (wasail), [lihat Ushul dakwah, Abdul karim Zaidan, hal 5)
Dr Ali Jaritsah menetapkan bahwa ushul dakwah pada aspek tema dakwah ada tiga: pertama Aqidah, yang dimulai dari rububiyah Allah kemudian UluhiyahNya, kedua mengembalikan hukum kepada Allah, ketiga Ibadah hanya kepada Allah saja. Sedangkan pada aspek sumber ada tiga: pertama Kitabulloh, Al Quran; kedua Sunnah Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam dan sirohnya; ketiga Khulafaur Rashidin, para sahabat dan salafush shalih sesudahnya.[ lihat Ushul dakwah, Ali Jaritsah , hal 6]
Dr Muhammad Abu Fath Al Bayanuni, mendefinisikan ushul dakwah adalah dalil-dalil dakwah, sumber-sumber dakwah,rukun dakwah. [lihat Al madkhal ilad ilmid dakwah hal 46], kemudian dijelaskan bahwa dalil-dalil sumber dkwah adalah Al Quran, sunnnah nabawiyah, siroh nabwiyah, siroh khulafaur rashidin dan peristiwa yang dialami para ulama yang berada dalam sinaran sumber tersebut. Sedangkan rukunnya adalah pelaku dakwah, obyek dakwah , dan tema dakwah .
Amr Abdul Mun'im Salim menyebutkan bahwa ushul dakwah adalah, pertama tauhidulloh; kedua Thalabul ilmi, ketiga berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah, berlepas diri dari bidah dan memperingatkan manusia darinya' keempat aqidah yang benar; kelima menjaga kesatuan jama'ah dan menjauhi perpecahan; keenam imamah dan kewajiban taat kepada ulil amri; ketujuh Isnad dan tasfiyah wa tarbiyah [ lihat : Al ushul al lati bana alaiha ahlul hadits manhajahum fid dakwati illallah]
Adapun mengenai pengertian ilmu ushul dakwah maka menurut Dr Ahmad Ghalusy adalah ilmu yang mengenalkan tentang seluruh upaya praktis yang bermacam-macam dan bertujuan menyampaikan Islam kepada manusia dengan seluruh kandungannya, sepeti aqidah, syariat dan akhlak [lihat: Ad dakwah Al Islamiyah ushuluha wa wasailuha]. Sedangkan Dr Muhammad Abdul Al Fath Al Bayanuni mendefinisikan; seperangkat kaidah dan prinsip dasar yang dapat mengantarkan kepada aktifitas menyampaikan Islam, mengajarkan, dan mempraktekkan Islam.
Dr Abdul Muhaimin Thahhan mengatakan bahwa ilmu ushul dakwah adalah seperangkat kaidah-kaidah yang mengatur aktifitas da'i dalam upayanya membawa manusia ke jalan taat kepada Alloh Azza wa Jalla.[lihat :madkhal ila ilmu ushul dakwah, diktat pada program dauroh al aimmah wa du'at, markaz rabithah, Makkah].
Dari paparan diatas maka ushul dakwah mencakup seluruh kaidah atau prinsip dasar atau acuan pokok yang berkaiatan dengan komponen dakwah agar dakwah dapat berjalan secara efisien dan efektif, benar dan selamat dari kesalahan fatal.


2. Salafiyah
berasal dari kata salaf, Ibnu mandzhur dalam kitab lizanul arab 6/390, artinya al jamaah al mutaqodimun (kelompok orang terdahulu].
Abu As Sa'adat Ibnu Atsir dalam An Nihayah fi Gharibul hadits 2/390, mengatakan ," oleh karena itu generasi pertama dari para tabi'in disebut As Salafush Shalih".
Abdul karim As Sam'ani mengatakan," Salafi adalah nisbat kepada Salaf dan mengikuti madzab mereka."[lihat : Al Anshab, 7/104].
Setelah mengutip ucapan As Sam'ani diatas, Abul Hasan Ibnul Atsir Al jazairi mengatakan,"Dan dengannya (dengan nama Salafi) dikenallah satu kelompok orang." [lihat : Al Anshab fi tahdzibin Nassab, 2/123].
Sedangkan yang dimaksud dengan madzab salaf adalah seperti yang dikatakan Al Safarini,"Yang dimaksud dengan madzab salaf adalah apa (agama dan petunjuk) yang ada pada para sahabat yang mulia, para ulama Tabi'in, yang mengikuti mereka dengan baik, para atba' tabi'in dan para imam yang telah disaksikan kepemimpinannya dan ketinggiannya dalam agama serta serta yang diwarisi ilmunya oleh manusia generasi berikutnya, bukan orang yang tertuduh bid'ah atau orang yang dikenal dengan julukan yang tidak diridloi, seperti khawarij, rawafidh (rafidhah), qadariyyah, murji'ah, haruriyah, jahmiyyah, mu'tazilah dan karomiyah serta orang-orang yang semisal dengan mereka."[As-Safarini, Lawamu'ul Anwar 1/20, lihat juga komentar Abu abdissalam Hasan bin Qosim Al Hasani Ar Rimi As Salafi dalam Ithaful maharah bil muqoranah al mukhtasharah bainal firoq al muatsiroh, tentang nama-nama firqoh kontenporer yang menyimpang dari manhaj salaf].

Insya Allah bersambung pada bagian kedua

Sumber : Qiblati Vol 01/no 05 Januari 2006/Dzulhijah 1426 H


Pada Bagian pertama telah dijelaskan pengertian ushul dakwah dan salafiyah. Kini kita lanjutkan dengan pengertian ahli hadits beserta keutamaan mereka, karena ushul dakwah yang menjadi pokok bahasan adalah ushul dakwah Ahlus Sunnah Ahlul Hadits.

3. Ahli Hadits
Ahli hadits yang kita maksud disini adalah sebagaimana yang dikatakan Imam Ahmad -rahimahullah- " Setiap orang yang menggunakan hadits." [lihat : Adabul Imla' wal Istimla' hal 110, oleh As Sam'ani].
ini adalah pembatasan istilah yang sangat jeli dan teliti, sebab dengan batasan ini beliau membedakan antara orang yang mencari hadits untuk sekedar penguasaaan teoritis bukan untuk menyebarluaskan, menyampaikan, mendakwahkan, dan menggunakannya dalam berhujjah dengan orang yang mencarinya untuk mengajarkannya dan menggunakan nya dalam berhujjah dan beramal, tidak menentangnya dengan pendapat atau dengan nafsu, maka hadits adalah madzabnya dan menjadi dasar bagi amalnya. Tidak sebagaimana orang yang mencarinya hanya untuk gengsi-gengsian, atau untuk mempertentangkannya, bahkan menentangnya dengan pendapatnya atau pendapat orang lain, atau untuk berhujjah dengan yang gharib dan yang mungkar dan melupakan yang shahih dan hasan sebagaimana karakter ahli Ra'yi (ahli bid'ah dan kaum rasionalis).
Imam Ahmad -rahimahullah- mengatakan," kami meninggalkan ahli ra'yi padahal mereka memiliki banyak hadits. kami tidak menulis hadits dari mereka, karena mereka adalah orang-orang yang menentang hadits,tidak satupun dari mereka yang selamat." [Masail Ishaq bin Ibrahim bin Hani' An naisaburi ]
jadi, meskipun mereka telah mencari hadits dan menulisnya dalam jumlah banyak akan tetapi mereka tidak disebut sebagai ahli hadits (meskipun orang mengatakan bahwa mereka adalah pakar hadits) karena mereka tidak mencarinya untuk diimani, diajarkan, digunakan dan diamalkan, namun mereka menentangnya dan menyalahi konsekuensi nash-nash nya. Jadi mereka adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan tentang hadits tetapi memusuhinya.
jadi, bilamana seseorang itu mencari hadits, mendengarnya, menulisnya, membacanya, memahami makna-maknanya, mencari nasikh-mansukh nya, kemudian konsisten dengan perintah-perintahnya, menjauhi larangannya, mengagungkan dengan mengikutinya, menyebarkannya, medakwahkannya, mempertahankannya, tidak mempertentangkan satu dengan lainnya, tidak mengikuti ra'yi dan tidak mendahulukan akal atasnya maka pada saat itulah dia termasuk ahli hadits. Dan orang awam yang berusaha untuk mengikuti ulama ahli hadits juga termasuk dalam pengertian ahli hadits. maka dari itulah sebagian ulama ahlussunnah mendefinisikan ahli hadits dengan," orang yang meyakini aqidah para imam hadits." [lihat ; Syarh ushul I'tiqod ahli sunnah (1/24)].

Keutamaan Ahli hadits
Bukti dari Al Quran , As Sunnah dan dari atsar yang menetapkan keutamaan ahli hadits atas yang lain adalah sangat banyak dan jelas. diantaranya :

a. Hujjah dari Al Qur'an
Alloh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya ,
" Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." [QS At Taubah 122].
Ayat ini adalah bukti dari keutaman ahli hadits yaitu orang-orang yang keluar untuk mencari ilmu agama (hadits) dan memahami agama ini.
Yazid bin hatun berkata kepada Hammad bin Zaid,"Wahai Abu Ismail !, apakah Allah menyebut ashhabul hadits (ahlul Hadits) di dalam Al Qur'an?", Dia menjawab," Ya, tidakkah engkau mendengar firman Alloh Azza wa Jalla (kemudian beliau membacakan ayat QS At taubah 122)". Ini adalah berlaku untuk setiap orang yang melakukan perjalanan dalam mencari ilmu agama dan pulang membawanya kepada orang-orang dibelakangnya untuk mengajarkannya kepada mereka.{Al Khatib Al Baghdadi, Syarah Ashhabul hadits (112) dengan sanad Shahih).

b. Hujjah dari As Sunnah Nabawiyah

b.1 Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya,
"Akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang ditolong, tidak membahayakan mereka siapapun orang yang menghinakan mereka hingga kiamat tiba." [HR Ahmad {5/34}, Ibnu Abi Ashim {2/333},Abu Daud {1076}, Tirmidzi {2192}, Ibnu Majah {6},Ibnu Hibban (mawarid,2313}, dengan sanad shahih.]
Para Imam menafsiri "At Thaifah Al mansuroh (golongan yang ditolong) didalam hadits ini bahwa mereka adalah ahli hadits.jadi hadits yang mutawatir dan tafsirnya pun tafsir mutawatir. Diantara ulama yang mengatakan bahwa hadits tersebut mutawatir adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, As Suyuthi, Al Kattani, Az Zabidi, dan Al Albani -rahimakumullah-.
Dan yang menafsiri bahwa mereka adalah ahli hadits diantaranya:
- Imam Abdulloh Ibnu Mubarok -rahimahullah- , beliau berkata,"Mereka menurut saya adalah ashhabul hadits." [lihat : Al Khatib Al baghdadi, Syaraf Ashhabul Hadits (42))
- Imam Yazid bin harun -rahimahullah- , beliau berkata " Jika mereka bukan ahli hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka."[Al Ashbahani, Al Hujjah bin bayani al mahajjah (1/247)].
- Imam Ahmad ibnu hanbal -rahimahullah- , Beliau berkata,"Jika Ath Thaifah Al mansuroh ini bukan ashhabul hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka."[ Al Hakim, Ma'rifah Ulumil Hadits (3), dishahihkan oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul bari (13/306)].
- Imam Ali Ibnu Al madini -rahimahullah- , Beliau berkata," Mereka adalah Ashhabul hadits, dan mereka adalah orang yang berpegang dengan madzab rosul serta mempertahankan ilmu (syar'I ).[At Tirmidzi, Al jami' (4/485)].
- Imam Al Khatib Al Baghdadi -rahimahullah- , Beliau berkata," Allah pemilik semesta alam telah menjadikan At Thaifah Al Mansuroh sebagai para penjaga agama ini. Allah melindungi mereka dari tipudaya para penentangnya karena mereka berpegang teguh dengan syariat dengan kokoh/kuat dan mengikuti jejak langkah para sahabat dan tabi'in."
Karakter mereka adalah menjaga atsar (Hadits Nabi dan petunjuk para sahabat beliau), menempuh padang pasir, menjelajah penjuru bumi , mengarungi lautan guna menimba/memperoleh apa yang telah disyariatkan oleh Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam . Mereka tidak pernah berpaling darinya menuju satu pendapat atau hawa nafsu.
Mereka menerima syariat Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam baik ucapan mapun perbuatan, mereka menajga sunnahnya, baik hafalan maupun periwayatan hingga dengan demikian mereka telah memantapkan pangkalnya dan mereka berhaq terhadapnya dan mereka adalah ahlinya. Berapa banyak orang yang mulhiq (pengingkar) bermaksud mencampur aduk syariat dengan lainnya sementara Alloh Azza wa Jalla mempertahankannya melalui peran ashhabul hadits, mereka adalah penjaga rukun-rukun Sunnah, penegak urusannya dan hak-haknya. Mereka adalah pejuang-pejuang sunnah .
Alloh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya," Mereka itulah golongan Allah, ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." [QS Al Mujadilah 22] {Lihat: Syarah Ashhabul hadits (31)]
b.2 Sabda Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam dari hadits Zaid bin Tsabit -rodliallohu anhu- ," Semoga Allah membuat berseri-seri (wajah) orang yang mendengar dari kami satu hadits lalu menghafalnya hingga ia menyampaikannya kepada orang lain. Karena sesungguhnya bisa jadi orang yang mengemban fiqih itu bukan seorang faqih dan bisa jadi orang yang mengemban fiqih itu membawanya kepada orang yang lebih faqih daripadanya."[HR Ahmad (5/183}, Abu Daud (3660}, Tirmidzi (2656), Ibnu Hibban (72, 73} dengan sanad shahih}.
Inilah keistimewaaan ahli hadits, mereka mencari hadits dan atsar untuk disampaikannya kepda ummat, maka mereka berhak mendapatkan doa Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam .
Diriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah -rahimahullah- bahwa dia berkata," Tidak ada seorangpun yang mencari hadits melainkan di wajahnya ada sinar keceriaan karena sabda Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam .
b.3 Hadits Abu Hurairoh -rodliallohu anhu- ,Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda yang artinya," Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana ia datang, maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing." [HR Muslim 1/130, Ibnu Majah 3986, dari jalur Yazid bin Qisan dari Abu hazim dari Abu Hurairoh].
Abdan Ibnu Ahman Al Ahwazia -rahimahullah- berkata," mereka adalah ashabul hadits generasi pertama.:[Syarah Ashabul hadits ,34]

c. Perkataan Ulama Salaf dan Para Imam Ahlus Sunnah
Ucapan para imam dan ulama salaf yang menetapkan keutamaan ashabul hadits sangatlah banyak. diantaranya dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Ashhabul hadits adalah penjaga bumi.
Sufyan Ats Tsauri -rahimahullah- berkata," Para malaikat adalah para penjaga langit, sedangkan ashhabul hadits adalah penjaga bumi." [Syarah ashhabul hadits].
Beliau juga mengatakan," perbanyaklah menguasai hadits, karena ia adalah senjata." [Abu Nu'aim, Al Hilyah (6/364)].


2. Ahli hadits adalah para pejuang agama yang terdepan
Yazid bin Zura'I -rahimahullah- mengatakan," Setiap agama memiliki pasukan kuda, dan pasukan kuda bagi agama ini adalah ashabul asanid (ahli hadits)." [Syaraf Ashabul hadits (81), sanad shahih).

3. Ahli hadits adalah orang yang berbicara dengan hikmah
Sa'id bin Ismail -rahimahullah- berkata,"Barangsiapa menjadikan sunnah sebagai dan perbuatan, maka dia pasti berbicara dengan hikmah. Dan barangsiapa menjadikan hawa nafsunya sebagai amir/pemimpin atas dirinya, pasti dia akan berbicara dengan bid'ah, karena Alloh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya" Dan apabila kamu mentaatinya (rosul) pasti kamu mendapatkan petunjuk." [QS An Nuur 54] [ lihat; Al jami' li Akhlaqir Rawi (1/145}]
Al fudhail bin 'Iyadh -rahimahullah- berkata,"barangsiapa duduk bersama ahli bid'ah, maka dia tidak akan diberi hikmah." [Al Baihaqi, Syu'abul Iman (7/9482)]


4. Ahli hadits dijamin mendapatkan hidayah
Imam Malik bin Anas -rahimahullah- berkata," Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam telah menetapkan sunnah-sunnah, yang mana mengambilnya berarti mengikuti kitab Allah, menyempurnakan ketaatan kepada Allah, dan kekuatan diatas dasar agama Allah. Tidak ada hak bagi siapapun mengubahnya, dan tidak pula untuk memperhatikan sesuatu yang menyalahinya. barangsiapa mengambil petunjuk dengannya pasti dia mendapat petunjuk." [Adz Dzahabi, Siyar A'lamun Nubala' {8/98}]


5. Fasiqnya ahli Sunnah lebih baik daripada 'abid (ahli ibadah)nya golongan lain
'Utsman bin Abi Syaibah -rahimahullah- , beliau berkata,"Ingatlah, sesungguhnya fasiqnya ahli hadits, lebih baik daripada 'abid (ahli ibadah)nya golongan lain." [lihat: Syarah Ashhabul hadits (94) dengan sanad shahih].
Sa'id bin Jubair -rahimahullah- Jikalau putraku berteman dengan seorang fasiq sunni maka aku lebih suka daripada ia berteman dengan seorang 'abid (ahli ibadah) yang ahli bid'ah." [Ibnu Bathah, Asyarh Wal Ibanah (149)]


6. Ahli hadits adalah wali abdal
Shalih bin Muhammad Ar Razi -rahimahullah- berkata," Jikalau ahli hadits itu bukan para wali abdal, maka aku tidak tahu siapa wali abdal." [Syarah ashhabul hadits (95) dengan sanad shahih].
Wali abdal adalah wali Allah yang datang silih berganti, setiap ada yang meninggal pasti ada penggantinya, jadi tidak ada satu masa/zaman pun yang sepi dari wali abdal (ahli hadits).


7. Ahli hadits adalah pewaris Nabi dan pengingat kita tentang Nabi
Imam Asy Syafii -rahimahullah- berkata," Apabila aku melihat seseorang dari ahli hadits, maka seolah-olah aku melihat Nabi dalam keadaan hidup." [lihat : Syarah Ashabil hadits (95) dengan sanad shahih].


8. Ahli hadits adalah kelompok orang yang terbaik
Imam Ahmad bin Hanbal -rahimahullah- berkata," Tidak ada kelompok menurutku yang lebih baik dari ahli hadits, mereka tidak mengenal kecuali hadits." Beliau juga berkata,"Ahli hadits adalah orang yang paling utama dalam berbicara tentang ilmu."[Al Khallah, Al 'Ilal, dan Al Khatib meriwayatkan dari jalurnya (90) dengan sanad shahih]
Ibrahim bin Ishaq Al harbi -rahimahullah- berkata," Saya tidak mengetahui suatu kelompok yang lebih baik dari ahli hadits. Sesungguhnya salah seorang mereka pergi pada pagi hari dengan membawa tinta kemudian mengatakan,'bagaimana Nabi melakukan dan bagaimana Nabi sholat?', Waspadalah, jangan sekali-kali kamu duduk dengan ahli bid'ah, karena apabila seorang berminat pada bid'ah, maka dia tidak akan selamat."[Adz Dzahabi, Siyar A'lamun Nubala'(13/358)].
Keunggulan Ahli hadits atas golongan lain juga disaksikan oleh ahli ra'yi seperti Abu Yusuf Al Qadhi (sahabat Abu hanifah -rahimahullah- ).Pada suatu hari ia keluar, sedang ahli hadits ada di pintu, maka dia berkata,"tidk ada di muka bumi ini orang yang lebih baik dari kalian, bukankah kalian datang di pagi hari untuk mendengarkan hadits Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam .?"[Syarah ashabul hadits (94) dengan sanad shahih].
Bahkan pemimpin ahli kalam pda zamannya, Al Walid Al karabisi telah mengakui dan memberikan kesaksian tentang keunggulan ahli hadits. dan dia berwasiat kepada putra-putranya agar mengikuti madzab dan manhaj ahli hadits. Ahmad bin Sinan menceritakan," Al Walid Al Karabisi adalah paman saya, ketika dia akan meninggal dia bertanya kepada putra-putranya,'Apakah kalian mengetahui ada seseorang yang lebih ahli tentang ilmu kalam selain aku?', Mereka menjawab,'tidak'. Dia berkata,' Kalian meragukanku?', Mereka menjawab,'tidak'. Dia berkata,' Sesungguhnya aku berwasiat kepada kalian, apakah kalian akan menerima?'. Mereka menjawab,'Ya'. Dia berkata,' Kalian wajib mengikuti apa yang ada pada ahli hadits karena aku melihat kebenaran ada bersama mereka.'.
Abu Bakar bin Abu Daud -rahimahullah- berkata," Orang yang paling ahli tentang ilmu kalam setelah Hafsh al Fard adalah Al Karabisi. Dan adalah Husain Al Karabisi belajar ilmu kalam kepadanya."[lihat: Syarah ashhabul hadits (105), dengan sanad shahih].
Imam Asy Syafii -rahimahullah- juga pernah berwasiat hal yang sama, Beliau berkata," Kalian wajib mengikuti ahli hadits, karena mereka adalah manusia yang paling banyak benarnya."
Oleh karena itu, sejarah membuktikan banyak dari para pemuka ilmu kalam telah ruju' dan bertaubat, yakni kembali kepada sunnah mengikuti ahli hadits. Dan oleh karena itu kewajiban kita untuk mencintai dan mengikuti ahli hadits dan tidaklah seseorang itu membenci ahli hadits kecuali orang itu adalah ahli bid'ah.
ja'far bin Ahmad bin Sinan mengatakan," Saya mendengar bapak saya berkata,'Tidak ada ahli bid'ah di dunia ini melainkan membenci ahli hadits. Apabila seseorang memiliki satu kebid'ahan maka dicabutlah manisnya hadits dari hatinya." [Adz-Dzahabi, Siyar A'lamun Nubala 12/245]
Oleh karena itu, insya allah akan kita bahas dasar-dasar yang dipakai oleh ahli hadits untuk membangun manhaj/metode dakwah mereka dalam berdakwah kepada ummat untuk beribadah dan mentauhidkan Alloh Azza wa Jalla dengan kokoh berada diatas Al Quran dan Assunnah dengan pemahaman Salafush Shaleh.


[Insya Allah kita dapat memperoleh ilmu dien, sehingga dapat membedakan mana dakwah yang haq sesuai Al Qur'an dan Sunnah sesuai yang difahami Salaf kita, dan mana dakwah sesat yang berkedok Islam dengan berbagai modelnya, ada yang dengan model dakwah politik demokrasi, dakwah menuju khilafah Islamiyyah versi mereka yang jauh dari sunnah nabawiyah, dakwah akhlak sufiyah sesat, dan model dakwah bidah sesat lainnya yang pada hakekatnya menggiring pengikutnya yang bodoh menuju Jahannam].

Insya Allah bersambung pada bagian ketiga

Sumber : Qiblati Vol 01/no 06 Februari 2006/Muharram 1427


jazakumullah

139 opmerkingen: