woensdag, april 16, 2008

10 CARA KAUM KAFIR MENENTANG RASULULLAH

AHLAN WA SAHLAN

10 CARA KAUM KAFIR MENENTANG RASULULLAH

Tidak tersamar atas kita, bahwa permusuhan kaum kuffar kepada Islam dan Rasulullah benar-benar sangat nyata. Mereka melakukan berbagai cara dan metodologi di dalam melakukan penentangan, penolakan dan tasykik (menyebarkan keragu-raguan) terhadap Islam. Diantara mereka di zaman ini yang sangat tampak melakukan penentangan ini adalah kaum atheis dan kafir yang berhimpun di bawah slogan ‘Freefaith’. Mereka memiliki situs-situs yang mencela dan menghujat Islam dan Nabi kaum muslimin. Metodologi mereka tidak berbeda dengan metodologi kaum kuffar musyrikin terdahulu. Termasuk juga dalam hal ini kaum Neo-Con -semoga Alloh tidak memperbanyak jumlah mereka dan menghinakan mereka-.

Berikut ini adalah 10 metodologi kaum kuffar untuk menentang Rasulullah dan Islam, sebagaimana dijelaskan oleh Fadhilatusy Syaikh Mahdi Rizqullah Ahmad dalam buku beliau yang sangat anggun, As-Sirah An-Nabawiyah fii Dhau’il Mashadir Al-Ashliyah, Dirasah Tahliliyah. (Riyadh: Markaz Malik Faishal lilbuhuts , 1992, hal. 165-190.)

Setelah Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk melakukan dakwah jahriyah (terang-terangan) lewat firman-Nya,” Maka sampaikanlah olehmu segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. 15:94), maka Rasulullah melakukan dakwah secara terang-terangan. Hal ini membuat kuffar Qurays membuat strategi baru untuk menghadang bahkan melumpuhkan dakwah Rasulullah. Diantara strategi dan metodologi mereka adalah sebagai berikut:

Pertama, Mempengaruhi paman Rasulullah Abu Thalib untuk menyuruh keponakannya berhenti dakwah. Namun Abu Thalib menolaknya dengan cara yang halus (Ibnu Hisyam, I/ 328). Demikian pula kaum kuffar sekarang, mereka mempengaruhi para pemimpin dan pelindung kaum muslimin untuk meninggalkan Islam atau minimal tidak melakukan pembelaan terhadap Islam

Kedua, Mengancam Abu Thalib dengan tidak akan menjadikannya pemimpin, apabila beliau tidak mampu menghalangi keponakannya. Ketika itu disampaikan kepada Rasulullah, beliau menjawab; “Wahai pamanku! Demi Allah, sekiranya mereka menaruh matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah ini, tidak akan aku lakukan sampai Allah memenangkan agama-Nya atau aku terbunuh karenanya” (Ibnu Hisam, I/ 329- dengan sanad yang dhaif dari sisi ilmu hadits).

Kaum kuffar pun melakukan hal yang sama. Mereka mengancam penguasa kaum muslimin supaya menghentikan dakwah atau minimal meminimalisir peran dakwah. Mereka ancam mereka dengan berbagai bentuk ancaman, mulai dari boikot, kudeta, dan lain sebagainya.

Ketiga, Melancarkan tuduhan keji kepada Rasulullah, diantaranya seperti menuduhnya dengan gila, Allah berfirman,” Mereka berkata:”Hai orang yang diturunkan al-Qur’an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila. (QS. 15:6). Atau tukang sihir sebagaimana firman Allah ,” Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata :”ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”. (QS. 38:4). Atau pendusta, Allah berfirman,” Dan orang-orang kafir berkata:”al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. (QS. 25:4). Atau contekan dari agama sebelumnya, Allah berfirman,” Dan mereka berkata:”Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang”. (QS. 25:5). Atau menuduh pengikut Rasulullah orang yang sesat, Allah berfirman, ”Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat,” (QS. 83:32).

Demikian pula kaum kuffar di zaman ini, mereka menuduh kaum muslimin dengan tuduhan keji, mulai dari teroris, radikalis, fundamentalis dan selainnya.

Keempat, Meneror pengikut Rasulullah dengan sukhriyah (hinaan), istikhza’ (makian), gamadz (cibiran), al-dahk (tertawa) dan bentuk-bentuk penghinaan lainnya. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Apabila orang-orang beriman berlalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. (QS. 83:29-30). Diantara tokoh pengejek yang terkenal adalah al-Aswad bin Abdul Muttalib, Walid bin Mugirah, al-Ash bin Wa’il dan lainnya.

Di zaman ini keadaan pun tidak jauh berbeda. Kaum kuffar, zindiq dan munafiq melakukan hal yang sama. Mereka menuduh kaum muslimin dengan tuduhan keji dan mencibir mereka.

Kelima, Tasywisy (membuat keributan dan keonaran) terutama ketika sahabat mendengar bacaan al-Qur’an, Allah berfirman, ”Dan orang-orang yang kafir berkata:”Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka). (QS. 41:26).

Mereka -kaum kuffar- di zaman ini pun juga suka membuat tasywisy, dengan segala media dan sarana yang ada, baik itu media cetak maupun elektronik, yang nota bene merekalah yang dominan di dalam mengatur semua media dan sarana-sarana ini.

Keenam, Menantang Rasulullah untuk melakukan mu’jizat di luar batas kemanusiaan, sebagaimana firman Allah, ”Dan mereka berkata:”Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami. Atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca“. Katakanlah:”Maha suci Rabbku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul”. Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka:”Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul” (QS. 17:90-94).

Ketujuh, Al-Musaawamaat (Kompromi) dengan sama-sama meninggalkan agama masing-masing, atau saling menyembah agama atau tuhan, sehingga Allah menurunkan surat al-Kafirun. Mereka juga pernah menyerahkan Imarah bin al-Walid bin Mugirah kepada Abu Thalib supaya ia menyerahkan Rasulullah kepada mereka untuk dibunuh. Tetapi hal itu ditolak mentah-mentah oleh Abu Thalib.

Kedelapan, Mencela al-Qur’an dan kedudukannya, Allah berfirman, ”dan jangan kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (QS. 17:110). Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata: “Sebab turun ayat ini adalah apabila Rasulullah shalat beliau membaca ayat dengan suara keras. Ketika itu didengar oleh orang musyrikin mereka menghina dan mencaci al-Qur’an maka diperintahkan untuk merendahkan suaranya”.

Kesembilan, Targhib (iming-iming) dan tarhib (ancaman). Salah satu bentuk iming-iming itu adalah apa yang dilakukan oleh Utbah bin Rabi’ah ketika mendatangi Rasulullah dan berkata; “Wahai anak pamanku, kalau kamu menginginkan harta kami akan mengumpulkannya untukmu sehingga kamu menjadi orang yang terkaya diantara kami, kalau kamu menginginkan jabatan akan saya jadikan pemimpin di antara kami, dan jika yang menimpamu itu penyakit yang tidak bisa kamu obati akan saya datangkan seorang dokter yang ahli untukmu sampai kamu sembuh.” Setelah Utbah selesai bicara Rasulullah membacakan ayat, ”Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan kaum Tsamud”. (QS. 41:13). Adapun ancamannya seperti yang dilakukan oleh Abu Jahl dengan mendatangi orang-orang yang beriman. Kalau dia seorang pedagang, dia katakan bahwa dengan Islammu kamu akan bangkrut dan lainnya (Ibnu Hisyam, I/ 395).

Kesepuluh, Penyiksaan badan, seperti yang dilakukan oleh Uqbah bin Abi Mu’aith yang menaruh selendangnya di leher Rasulullah yang sedang shalat dan menariknya dengan keras kemudian dilarang oleh Abu Bakar (HR.Bukhari dari Abdullah bin Umar). Abu Jahal juga menyuruh orang untuk menaruh ari-ari onta yang baru melahirkan di pundak Rasulullah yang sedang shalat (HR.Bukhari Muslim dari Ibnu Mas’ud). Begitu juga yang dialami oleh sahabat seperti penyiksaan keluarga Yasir oleh Bani Makhzum, Bilal bin Rabah oleh Umayyah bin Khalaf, Khabbab bin al-Arts oleh Bani Dzahrah dan lainnya.

Begitulah cara-cara musuh Allah dalam memusuhi kekasih Allah yang mendakwahkan agama Allah. Dan hal ini akan senantiasa terjadi atas orang yang meniti jalan dakwah ini hingga saat ini, bahkan hingga menjelang hari kiamat kelak. Apakah kita sudah siap untuk menghadapi dan menjalaninya? Semoga Allah memberikan kita keteguhan dan keistiqamahan, Amin!.


sumber abu salma
jazakumullah

Geen opmerkingen: