donderdag, augustus 28, 2008

Serba-Serbi Ramadhan: Amalan Harian Ramadhan

AHLAN WA SAHLAN


Kategori: Fiqh dan Muamalah

Bulan Ramadhan hampir tiba, kaum musliminpun menyambutnya dengan penuh harap dan kebahagian. Bagaimana tidak?! Bulan yang penuh barokah dan keutamaan. Bulan diturunkannya Al Qur’an yang menunjuki manusia kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akherat. Maka tak heran kaum muslimin menyambutnya dengan penuh suka cita.

Demikianlah Allah memberikan keutamaan pada bulan ini yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya.

1. Keutamaan Bulan Ramadhan

(Diringkas dari Sifat Saum An Nabi karya Syeikh Saalim bin ‘Ied Al Hilaliy dan Syeikh Ali Hasan Ali Abdil Hamid, cetakan keenam tahun 1417 H -1997 M, penerbit Al Maktabah Al Islamiyah, Amaan, Yordania hal 18-20)

Sangat jelas dan gamlang keutamaan Ramadhan dibanding bulan lainnya, namun kiranya masih perlu dipaparkan secara ringkas keutamaannya sebagai motivator semangat kaum muslimin beramal sholeh padanya. Diantara keutamaan tersebut adalah:

a. Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an karena Al-Qur’an diturunkan pada bulan tersebut sebagaimana firman Allah:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaklah dia berpuasa.” (Surat Al Baqarah ayat 185)

Dalam ayat di atas, bulan Ramadhan dinyatakan sebagai bulan turunnya Al-Qur’an, lalu pernyataan tersebut diikuti dengan perintah yang dimulai dengan huruf ف -yang berfungsi menunjukkan makna ‘alasan dan sebab’- dalam firmanNya: فََمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ. Hal itu menunjukkan bahwa sebab pemilihan bulan Ramadhan sebagai bulan puasa adalah karena Al-Qur’an diturunkan pada bulan tersebut.

b. Dalam bulan ini, para setan dibelenggu, pintu neraka ditutup, dan pintu surga dibuka sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِذَا جَاءَ رَمَضانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النِيْرَانِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ

“Jika datang bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggu para setan.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, kita dapati dalam bulan ini sedikit terjadi kejahatan dan kerusakan di bumi karena sibuknya kaum muslimin dengan berpuasa dan membaca Al-Qur’an serta ibadah-ibadah yang lainnya; dan juga dibelenggunya para setan pada bulan tersebut.

c. Di dalamnya terdapat satu malam yang dinamakan Lailatul Qadar, satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Qadr.

إِ نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌمِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Surat Al Qadr ayat: 1-5)

Melihat keutamaan-keutamaan ini tentunya membuat seorang muslim lebih bersemangat dalam menyambutnya dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin menjelang datangnya bulan tersebut.

2. Persiapan Menghadapi Ramadhan

Diantara yang harus dipersiapkan seorang muslim dalam menyambut kedatangan bulan yang mulia ini adalah:

a. Menghitung Bulan Sya’ban

Salah satu bentuk persiapan dalam menghadapi Ramadhan yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin adalah menghitung bulan Sya’ban, karena satu bulan dalam hitungan Islam adalah 29 hari atau 30 hari sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu Umar, beliau bersabda:

الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُوْنَ لَيْلَةً، فَلا َتَصُوْمُوْا حَتَّى تَرَوْهُ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ

“Satu bulan itu 29 malam. Maka jangan berpuasa sampai kalian melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya), maka genapkanlah 30 hari.” (Riwayat al-Bukhari)

Maka tidaklah kita berpuasa sampai kita melihat hilal (tanda masuknya bulan). Oleh karena itu, untuk menentukan kapan masuk Ramadhan diperlukan pengetahuan hitungan bulan Sya’ban.

b. Melihat hilal Ramadhan (Ru’yah)

Untuk menentukan permulaan bulan Ramadhan diperintahkan untuk melihat hilal, dan itulah satu-satunya cara yang disyariatkan dalam Islam sebagaimana yang dijelaskan oleh an-Nawawi dalam al-Majmu’ (6/289-290) dan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughniy (3/27). Dan ini adalah pendapat Ibnu Taimiyah yang berkata, “Kita sudah mengetahui dengan pasti bahwa termasuk dalam agama Islam beramal dengan melihat hilal puasa, haji, atau iddah (masa menunggu), atau yang lainnya dari hukum-hukum yang berhubungan dengan hilal. Adapun pengambilannya dengan cara mengambil berita orang yang menghitungnya dengan hisab, baik dia melihatnya atau tidak, maka tidak boleh.” (Lihat: Majmu’ al-Fatawa 25/132)

Kemudian perkataan beliau ini merupakan kesepakatan kaum muslimin. Sedang munculnya masalah bersandar dengan hisab dalam hal ini baru terjadi pada sebagian ulama setelah tahun 300-an. Mereka mengatakan bahwa jikalau terjadi mendung (sehingga hilal tertutup) boleh bagi orang yang mampu menghitung hisab untuk beramal dengan hisabnya itu hanya untuk dirinya sendiri. Jika hisab itu menunjukkan ru’yah, maka dia berpuasa, dan jika tidak, maka tidak boleh. (Lihat: Majmu’ al-Fatawa 25/133). Lalu, bagaimana keadaan kita sekarang ?

Adapun dalil tentang kewajiban menentukan permulaan bulan Ramadhan dengan melihat hilal sangat banyak, di antaranya adalah:

1. Hadits Ibnu Umar terdahulu.

الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُوْنَ لَيْلَةً، فَلا َتَصُوْمُوْا حَتَّى تَرَوْهُ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ

“Satu bulan itu 29 malam. Maka jangan berpuasa sampai kalian melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya), maka genapkanlah 30 hari.” (Riwayat al-Bukhari)

2. Hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu. Beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ أَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ

“Berpuasalah kalian karena melihatnya dan berbukalah kalian (untuk idul fithri) karena melihatnya. Jika (hilal) tertutup oleh mendung, maka sempurnakanlah Sya’ban 30 hari.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

3. Hadits ‘Adi bin Hatim radhiallahu’anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَصُوْمُوْا ثَلاَثِيْنَ إِلاَّ أَنْ تَرَوْا الْهِلاَلَ قَبْلَ ذَلِكَ

“Jika datang Ramadhan maka berpuasalah 30 hari kecuali kalian telah melihat hilal sebelumnya.” (Riwayat ath-Thahawy dan ath-Thabrany dalam al-Kabir 17/171, dan dihasankan Syaikh al-Albany dalam Irwa’ al-Ghalil nomor hadits 901)

Penentuan bulan Ramadhan dengan cara melihat hilal dapat ditetapkan dengan persaksian seorang Muslim yang adil sebagaimana yang dikatakan Ibnu Umar radhiallahu’anhu:

تراءى الناس الهلال فأخبرت النبي صلى الله عليه و سلم أني رأ يته فصام وأمر الناس بصيامه

“Manusia sedang mencari hilal, lalu aku khabarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa aku telah melihatnya maka beliau berpuasa dan memerintahkan manuasia untuk berpuasa.” (Riwayat Abu Dawud, ad-Darimy, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Baihaqy)

c. Puasa pada Hari yang Diragukan

Berpuasa pada hari yang diragukan, apakah sudah masuk bulan Ramadhan atau belum, adalah terlarang sebagaimana di sebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُقَدِّمُوْا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلاً يَصُوْمُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ

“Janganlah mendahului puasa Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari (sebelumnya), kecuali orang yang (sudah biasa) berpuasa satu puasa (yang tertentu), maka hendaklah dia berpuasa.” (Riwayat Muslim)


1. Keutamaannya

Qiyam Ramadhan adalah menegakkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah sholat. Amalan ini memiliki keutamaan-keutamaan bagi pelakunya, yaitu:

a. Mendapat pengampunan dari Allah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barangsiapa yang menegakkan (malam-malam) bulan Ramadhan dengan keimanan dan mencari keridhaan Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Lalu Rasulullah meninggal sedang perintah tersebut (meninggalkan jamaah taraweh) masih berlaku, demikian juga pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan pertengahan kekhalifahan Umar sebagaimana riwayat Muslim.

b. Mendapat keutamaan shiddiqin dan syuhada sebagaimana hadits Amr bin Murroh:

جاء رسولَ الله رجلٌ من قضاعة فقال: يا رسول الله أريت إن شهدت أن لا إله إلا الله وأنك رسول الله وصليت صلوات الخمس وصمت الشهر وقمت رمضان وآتيت الزكاة؟ فقال النبي صلى الله عليه و سلم: من مات على هذا كان من الصديقين والشهداء

“Datang kepada Rasulullah seorang laki-laki Bani Qudhaah, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku telah bersyahadat tiada sesembahan yang hak, kecuali Allah, dan bersyahadat bahwa engkau adalah utusan-Nya, aku sholat lima waktu, puasa satu bulan (Ramadhan), dan aku telah menegakkan (malam-malam) Ramadhan serta aku tunaikan zakat?’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang mati atas hal ini, dia termasuk dalam (kelompok) shiddiqin dan orang-orang yang syahid.’” (Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih keduanya dan oleh selainnya dengan sanad yang sahih)

2. Persyariatan Qiyam Ramadhan dengan Berjamaah

Disyariatkan berjamaah dalam melaksanakan Qiyam Ramadhan, bahkan berjamaah itu lebih utama dibandingkan mengerjakannya sendirian, karena Rasulullah telah melakukan hal tersebut dan menjelaskan keutamaannya sebagaimana dalam hadits Abu Dzar:

صمنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم رمضان فلم يقم بنا شيئا من الشهر حتى بقي سبع فقام بنا حتى ذهب ثلث الليل، فلما كانت السادسة لم يقم بنا فلما كانت الخامسة قام بنا حتى ذهب شطر الليل فقلت: يا رسول الله لو نفلتنا قيام هذه الليلة، فقال: إن الرجل إذا صلى مع الإمام حتى ينصرف حسب له قيام ليلة ، فلما كانت الرابعة لم يقم، فلما كانت الثالثة جمع أهله ونساءه والناس، فقام بنا حتى خشينا أن يفوتنا الفلاح. قال: قلت: ما الفلاح؟ قال: السحور، ثم لم يقم بقية الشهر

“Kami berpuasa bersama Rasulullah Ramadhan. Beliau tidak melaksanakan qiyam (solat taraweh) bersama kami selama bulan itu kecuali sampai tinggal tujuh hari. Saat itu, beliau tegak (solat taraweh) bersama kami sampai berlalu sepertiga malam. Pada hari keenam (tanggal 24) beliau tidak solat bersama kami. Baru kemudian pada hari kelima (tanggal 25) beliau solat lagi (solat taraweh) bersama kami sampai berlalu 1/2 malam. Saat itu aku berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, seandainya engkau menambah solat pada malam ini.’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya jika seseorang solat bersama imamnya sampai selesai, niscaya ditulis baginya amalan Qiyamul Lail.’ Lalu pada malam keempat (tanggal 26) kembali beliau tidak solat bersama kami. Dan pada malam ketiga (tanggal 27), beliau kumpulkan keluarga dan istri-istrinya serta manusia, lalu menegakkan (malam tersebut) bersama kami sampai kami takut kehilangan kemenangan.” Berkata (rawi dari Abu Dzar), “Aku bertanya, ‘Apa kemenangan itu?’ Beliau (Abu Dzar) menjawab, ‘Sahur. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menegakkannya setelah itu.” (Riwayat Ashhabus Sunan)

Rasulullah tidak melakukannya secara berjamaah terus menerus disebabkan beliau takut hal itu diwajibkan atas kaum muslimin lalu mereka tidak mampu untuk mengerjakannya sebagaimana dalam hadits Aisyah (dalam Shahihain):

أن رسول الله خرج ليلة في جوف الليلف قصلّى في المسجد و صلّى رجال بصلاته فأصبح الناس فتحدثوا فاجتمع أكثر منهم فصلّى فصلوا معه فأصبح الناس فتحدثوا فكثر أهل المسجد من الليلة الثالثة فخرج رسول الله فصلى بصلاته،فلما كانت الليلة الرابعة عجز المسجد عن أهله حتى خرج لصلاة الصبح،فلما قضىالفجر أقبل على الناس فتشهد ثم قال :”أما فإنه لم يخف عليّ مكانكم و لكني خشيت أن تفرض عليكم فتعجزوا عنها”.فتوفي رسول الله و الأمر على ذلك.

Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada suatu malam lalu sholat di masjid, dan sholat bersamanya beberapa orang dengan sholatnya, lalu pada pagi harinya manusia membicarakan hal itu,maka berkumpullah orang lebih banyak dari mereka, lalu (Rasulullah) sholat dan sholat bersamanya orang-orang tersebut. Lalu keesokan harinya manusia membicarakan hal itu, maka banyaklah ahli masjid pada malam ke tiga, lalu Rasulullah keluar dan sholat bersama mereka. Ketika malam keempat masjid tidak dapat menampung ahlinya sehingga beliau keluar untuk sholat shubuh, ketika selesai shubuh, beliau menghadap manusia, lalu bertsyahud dan berkata: “Adapun kemudian, tidaklah mengkhawatirkanku kedudukan kalian, akan tetapi aku takut diwajibkan hal ini atas kalian lalu kalian tidak mampu melaksanakannya.” Lalu Rasulullah meninggal dan perkara tersebut tetap dalam keadaan tidak berjamaah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan sebab tidak diperintahkan berjamaah dalam Qiyam Ramadhan ini hilang dengan wafatnya beliau setelah disempurnakannya agama ini dengan demikian tinggallah hukum disyariatkannya berjamaah dalam Qiyam Ramadhan yang hal itu dihidupkan oleh Umar bin al-Khaththab pada kekhalifaannya. Kemudian disyariatkan juga hal itu untuk wanita, bahkan boleh menjadikan imam khusus untuk mereka, sebagaimana yang dilakukan Umar dengan menjadikan Ubai bin Kaab sebagai Imam untuk laki-laki dan Sulaiman bin Abu Hatsmah untuk perempuan dan demikian juga Ali bin Abu Thalib telah memerintahkan manusia untuk Qiyam Ramadhan dan menjadikan bagi laki-laki seorang imam dan bagi wanita Urfuzah Ats-Tsaqafi sebagai imam (diriwayatkan oleh al-Baihaqiy)

3. Jumlah Rakaatnya

Adapun jumlah rakaatnya adalah 11 rakaat menurut yang rajih insyallah dan boleh kurang darinya dan Rasulullah tidak menentukan banyaknya dan panjang bacaannya.

4. Waktunya

Waktunya dimulai dari setelah sholat ‘Isya’ sampai munculnya fajar shubuh, dengan dalil sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إن الله زاد كم صلاة ،وهي الوتر فصلوها بين صلاة العشاء إلى صلاة الفجر

“Sesungguhnya Allah telah menambah kalian satu sholat dan dia adalah witir maka sholatlah kalian antara sholat ‘Isya sampai shlat Fajar.” (HR. Ahmad dari Abi Bashroh, dan dishahihkan Al Albany dalam Qiyamur Ramadhan 26)

Dan sholat malam di akhir malam lebih utama bagi yang mampu untuk bangun diakhir malam, dengan dalil sabda Rasulullah:

من خاف أن لا يقوم من أخر الليل فليوتر أوله ومن طمع أن يقوم آخره فليوتر آخر الليل ‎،فأن صلاة آخر اليل مشهودة،وذلك أفضلز

“Barang siapa yang takut tidak bangun di akhir malam, maka berwitirlah di awalnya, dan barang siapa yang tamak untuk biasa bangun di akhirnya, maka hendaklan berwitir di akhir malam, karena sholat di akhir malam itu dipersaksikan, dan itu lebih utama.” (HR. Muslim)

Tetapi kalau terdapat sholat taraweh berjamaah di awal malam maka itu lebih utama dari sholat taraweh di akhir malam sendirian.

5. Rincian Rakaat Sholat Taraweh

Adapun sholat taraweh yang dilakukan Rasulullah adalah dengan perincian sebagai berikut:

  1. 13 Rakaat dengan perincian: 2 rakaat-2 rakaat dan dengan satu witir.
  2. 13 Rakaat dengan perincian: 8 rakaat ditutup dengan salam pada setiap dua rakaat, ditambah 5 rakaat witir dengan tidak duduk dan salam kecuali di rakaat yang kelima.
  3. 11 rakaat dengan perincian: dua-dua rakaat dan ditutup dengan satu witir.
  4. 11 Rakaat dengan perincian: empat-empat dan ditutup dengan 3 rakaat witir.
  5. 11 Rakaat dengan perincian: 8 rakaat tanpa duduk kecuali di rakaat yang kedelapan, lalu bertasyahud dan sholawat serta berdiri tanpa salam, lalu berwitir serakaat dan salam dan ditambah 2 rakaat dilakukan dalam posisi duduk.
  6. 9 Rakaat dengan perinciaan: 6 rakaat dilakukan tanpa duduk kecuali di rakaat keenam,lalu bertasyahut dan bersholawat tanpa salam, kemudian berdiri untuk witir serakaat lalu salam, kemudian sholat 2 rakaat dengan duduk.

6. Qunut

Setelah selesai dari membaca surat dan sebelum ruku’ kadang-kadang beliau berqunut, dan boleh dilakukan setelah ruku’.

7. Bacaan Setelah Witir

Apabila telah selesai dari witir maka hendaklah membaca:

سبحان الملك القدوس سبحان الملك القدوس سبحان الملك القدوس

Dengan memanjangkan suara dan meninggikannya pada yang ketiga.

8. Penutup

Demikian makalah ini dibuat, mudah-mudahan bermanfaat.

Rujukan:

  1. Qiyamur Ramadhan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albany
  2. Sifat Shaum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh Salim Al Hilaly dan Ali Hasan

Setelah melakukan sholat taraweh di malam hari, seorang muslim bersiap melakukan amalan puasa di bulan ramadhan.

Definisi Puasa

1.1. Definisi Secara Bahasa

Ash-Shiyam (puasa) dalam bahasa Arab bermakna ‘menahan diri’, seperti firman Allah:

إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا

“Aku telah bernazar kepada Allah untuk menahan diri (dari berbicara)” (QS. Maryam, 19: 26)

1.2. Definisi Secara Istilah Syari

Adapun secara istilah syari adalah ‘menahan diri dengan niat ibadah dari hal-hal yang membatalkannya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat’. (Lihat Taisirul Fiqh karya Dr. Sholih bin Ghanim As Sadlaan, cetakan kedua tahun 1417 H-1997M. tanpa penerbit. Hal 79)

Kewajiban Berpuasa di Bulan Ramadhan

Puasa Ramadhan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah atas orang-orang mukmin dan merupakan salah satu dari Rukun Islam yang Lima, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah serta ijmak kaum muslimin.

a. Dalil dari Al-Qur’an:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah, 2:183)

b. Dalil dari as-Sunnah:

1. Hadits Thalhah bin Ubaidullah radhiallahu’anhu. Beliau berkata,

“Seorang arab pedalaman datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan kusut rambutnya - dan terdapat - laki-laki itu, ‘Beritahulah aku apa yang diwajibkan atasku dari puasa.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ramadhan, kecuali kalau engkau ingin tambahan.’” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

2. Hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhu. Beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu: syhadatain, menegakkan solat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa bulan Ramadhan.” (Riwayat al-Bukhari)

c. Dalil dari Ijmak kaum muslimin:

Kaum muslimin telah menyepakati kewajiban puasa Ramadhan sejak dahulu sampai sekarang.

Keutamaan Puasa

(Diringkas dari Sifat Saum An Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Hal 11-17)

Telah ada perintah yang menunjukkan bahwa puasa merupakan satu ibadah yang dapat mendekatkan diri pelakunya kepada Allah. Di samping itu, telah dijelaskan keutamaan-keutamaannya, di antaranya adalah yang terkandung dalam firman Allah:

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّآئِمِينَ وَالصَّآئِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أّعَدَّ اللهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab, 33:35)

Dan juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَأَن تَصُومُوا خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah 2:184)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah menjelaskan keutamaan puasa dalam hadits-haditsnya yang sahih, antara lain adalah:

a. Puasa merupakan benteng atau perisai sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ لَهُ وِجَاءً

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu yang telah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaknya dia menikah karena nikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Sedang barangsiapa yang tidak mampu, maka seharusnya dia berpuasa karena puasa itu adalah benteng atau perisai baginya.” (Riwayat al-Bukhari 3/106 dan Muslim no. 1400 dari hadits Ibnu Masud)

Hadits ini menjelaskan bahwa puasa dapat mengekang syahwat dan memperlemahnya, sehingga dia bisa menjadi perisai seorang muslim dari syahwat dan hawa nafsu - dua hal yang selalu menggiring manusia ke neraka Jahannam. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang lain,

ما من عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذلك وجهه عن النار سبعين خريفا

“Tidaklah ada seorang hamba yang berpuasa satu hari di jalan Allah, melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dengan puasanya itu dari api neraka (sepanjang perjalanan) tujuh puluh tahun.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Sa’id al-Khudriy)

b. Puasa dapat memasukkan pelakunya ke dalam surga, sebagaimana hadits Abu Umamah radhiallahu’anhu bahwa beliau pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku satu amalan yang dapat memasukkan diriku ke dalam surga.” Beliau menjawab,

عليك بالصوم، لا مثل له

“Berpuasalah, tidak ada yang seperti puasa.” (Riwayat an-Nasaiy, Ibnu Hibban, dan al-Hakim dengan sanad yang sahih)

c. Orang yang berpuasa itu mendapat dua kebahagiaan, sebagaimana disebutkan dalam hadits

Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال الله: كل عمل بني آدم له إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به، والصيام جنة، وإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث و لا يصخب، فإن سابه أحد أو قاتله فليقل: إني امرؤٌ صائم، والذي نفس محمدٍ بيده لخُلوف فم الصائم أطيبُ عند اللّه من ريح المسك، للصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح وإذا لقي ربَّه فرح بصومه

“Allah berfirman, ‘Semua amalan Bani Adam untuknya, kecuali puasa, maka itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang membalasnya.’ Puasa itu perisai. Jika salah seorang dari kalian berpuasa pada satu hari, maka janganlah berkata-kata kotor dan keji. Jika ada orang yang mencelanya dan menyakitinya, hendaklah dia berkata, ‘Aku sedang berpuasa.’ Demi Zat Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah daripada wangi misik. Orang yang berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan yang membahagiakannya, yaitu jika berbuka, dia berbahagia, dan jika berjumpa dengan Rabnya dia berbahagia dengan puasanya.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits inipun terdapat dua keutamaan yang lain, yaitu:

d. Pahala orang yang berpuasa dilipatgandakan, dan

e. Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada wangi misik.

f. Orang-orang yang berpuasa diberikan pintu khusus di surga yang diberi nama ar-Rayyan, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إن في الجنة بابا يقال له: الرّيّان، يدخل منه الصائمون يوم القيامة، لا يدخل منه أحد غيرهم، فإذا دخلوا أغلق فلم يدخل أحد منه،] فاذا دخل اّخرهم أغلق، ومن دخل شرب، ومن شرب لم يظمأ أبدا]

“Sesungguhnya di dalam surga terdapat pintu yang dinamakan ar-Rayyan. Masuk dari pintu itu orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat; tidak masuk dari pintu itu seorangpun selain mereka. Kalau mereka semua telah masuk (ke dalam surga), maka pintu itu ditutup sehingga tidak dapat lagi seorangpun masuk melaluinya. Maka jika telah masuk orang yang terakhir dari mereka, pintu itupun ditutup. Barangsiapa yang masuk, akan minum, dan barangsiapa yang minum tidak akan haus selamanya.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al Khudriy)


1. Niat

Jika telah masuk bulan Ramadhan, wajib atas setiap muslim untuk berniat puasa pada malam harinya karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له

“Barangsiapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tiada baginya puasa itu.” (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, dan al-Baihaqy dari Hafshah binti Umar)

Niat tempatnya di hati sedang melafalkannya itu termasuk kebid’ahan. Kewajiban berniat puasa pada malam hari khusus untuk puasa wajib saja.

2. Waktu Puasa

Adapun waktu puasa dimulai dari terbit fajar subuh sampai terbenam matahari dengan dalil firman Allah,

“Dan makan dan minumlah kalian sampai jelas bagi kalian putihnya siang dan hitamnya malam dari fajar.” (QS. Al-Baqarah, 2:186)

Dan perlu diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa fajar ada dua:

a. Fajar Kazib (fajar awal). Dalam waktu ini belum boleh dilakukan solat subuh dan dibolehkan untuk makan dan minum bagi yang berpuasa.

b. Fazar Shodiq (fajar yang kedua/subuh) sebagaimana hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الفجر فجران: فأما الأول فإنه لا يحرم الطعام ولا يحل الصلاة وأما الثاني فإنه يحرم الطعام و يحل الصلاة

“Fajar itu ada dua. Adapun yang pertama, maka dibolehkan makan dan tidak boleh melakukan sholat, sedang yang kedua, maka diharamkam makan dan dibolehkan sholat.” (Riwayat Ibnu Khuzaimah, al-Hakim, ad-Daruqutny, dan al-Baihaqy dengan sanad yang sahih)

Untuk mengenal keduanya dapat dilihat dari bentuknya. Fajar yang pertama, bentuknya putih memanjang vertikal seperti ekor serigala. Sedangkan fajar yang kedua, berwarna merah menyebar horisontal (melintang) di atas lembah-lembah dan gunung-gunung dan merata di jalanan dan rumah-rumah, dan jenis ini yang ada hubungannya dengan puasa.

Jika tanda-tanda tersebut telah tampak, maka hentikanlah makan dan minum serta bersetubuh. Sedangkan adat yang ada dan berkembang saat ini - yang dikenal dengan nama imsak - merupakan satu kebidahan yang seharusnya ditinggalkan. Dalam hal ini, al-Hafizh Ibnu Hajar - seorang ulama besar dan ahli hadits yang bermazhab Syafi’i yang meninggal tahun 852 H - berkata dalam kitabnya yang terkenal Fath al-Bary Syarh al-Jami’ ash-Shohih (4/199), “Termasuk kebidahan yang mungkar adalah apa yang terjadi pada masa ini, yaitu mengadakan azan yang kedua kira-kira sepertiga jam sebelum fajar dalam bulan Ramadhan dan mematikan lentera-lentera sebagai alamat untuk menghentikan makan dan minum bagi yang ingin berpuasa, dengan persangkaan bahwa apa yang mereka perbuat itu demi kehati-hatian dalam beribadah. Hal seperti itu tidak diketahui, kecuali dari segelintir orang saja. Hal tersebut membawa mereka untuk tidak azan, kecuali setelah terbenam beberapa waktu (lamanya) untuk memastikan (masuknya) waktu-menurut persangkaan mereka- lalu mengakhirkan buka puasa dan mempercepat sahur. Maka mereka telah menyelisihi sunnah Rasulullah. Oleh karena itu, sedikit sekali kebaikan mereka dan lebih banyak kejelekan pada diri mereka. الله المستعان .”

Setelah jelas waktu fajar, maka kita menyempurnakan puasa sampai terbenam matahari lalu berbuka sebagaimana disebutkan dalam hadits Umar radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا أقبل الليل من ههنا و أدبر النهار من ههنا وغربت الشمس فقد أفطر الصائم

“Jika telah datang waktu malam dari arah sini dan pergi waktu siang dari arah sini serta telah terbenam matahari, maka orang yang berpuasa telah berbuka.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Waktu berbuka tersebut dapat dilihat dengan datangnya awal kegelapan dari arah timur setelah hilangnya bulatan matahari secara langsung. Semua itu dapat dilihat dengan mata telanjang tidak memerlukan alat teropong untuk mengetahuinya.

3. Sahur

3.1. Hikmahnya

Setelah mewajibkan berpuasa dengan waktu dan hukum yang sama dengan yang berlaku bagi orang-orang sebelum mereka, maka Allah mensyariatkan sahur atas kaum muslimin dalam rangka membedakan puasa mereka dengan puasa orang-orang sebelum mereka, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Sa’id al-Khudriy:

فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحور

“Yang membedakan antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (Riwayat Muslim)

3.2. Keutamaannya

Keutamaan sahur antara lain:

1. Sahur adalah berkah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إنها بركة أعطاكم الله إياها فلا تدعوه

“Sesungguhnya dia adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian, maka jangan kalian meninggalkannya.” (Riwayat an-Nasai dan Ahmad dengan sanad yang sahih)

Sahur sebagai suatu berkah dapat dilihat dengan jelas karena sahur itu mengikuti sunnah dan menguatkan orang yang berpuasa serta menambah semangat untuk menambah puasa dan juga mengandung nilai menyelisihi ahli kitab.

2. Shalawat dari Allah dan malaikat bagi orang yang bersahur, sebagaimana yang ada dalam hadits Abu Sa’id al-Khudry radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

السحور أكلة البركة، فلا تدعوه ولو أن يجرع أحدكم جرعة من ماء فإن الله وملائكته يصلون على المتسحرين

“Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur.” (Riwayat Ibnu Abu Syaibah dan Ahmad)

3.3. Sunnah Mengakhirkannya

Disunnahkan memperlambat sahur sampai mendekati subuh (fajar) sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhu dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata,

“Kami bersahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau pergi untuk solat.” Aku (Ibnu Abbas) bertanya, “Berapa lama antara azan dan sahur?” Beliau menjawab, “Sekitar 50 ayat.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

3.4. Hukumnya

Sahur merupakan sunnah yang muakkad dengan dalil:

a. Perintah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk itu sebagaimana hadits yang terdahulu dan juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

تسحروا فإن في السحور بركة

“Bersahurlah karena dalam sahur terdapat berkah.” (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim)

b. Larangan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dari meninggalkannya sebagaimana hadits Abu Sa’id yang terdahulu. Oleh karena itu, al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Bary (3/139) menukilkan ijmak atas kesunnahannya.

4. Perkara-Perkara yang Membatalkan Puasa

Di dalam puasa ada perkara-perkara yang merusaknya, yang harus dijauhi oleh seorang yang berpuasa pada siang harinya. Perkara-perkara tersebut adalah:

a. Makan dan minum dengan sengaja sebagaimana yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan makanlah dan minumlah kalian sampai jelas baggi kalian benang putih siang dari benang hitam malam dari fajar.” (QS. Al-Baqarah, 2:186)

b. Sengaja untuk muntah (muntah dengan sengaja).

c. Haid dan nifas.

d. Injeksi yang berisi makanan (infus).

e. Bersetubuh.

Kemudian ada perkara-perkara lain yang harus ditinggalkan oleh seorang yang berpuasa, yaitu:

1. Berkata bohong sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan berkata bohong dan beramal dengannya, maka Allah tidak butuh dengan usahanya meninggalkan makan dan minum.” (Riwayat al-Bukhari)

2. Berbuat kesia-siaan dan kejahatan (kejelekan) sebagaimana disebutkan dalam hadits

Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّراَبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، فَإِنْ سَابَكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ إِنِّيْ صَائِمٌ

“Bukanlah puasa itu (menahan diri) dari makan dan minum. Puasa itu hanyalah (menahan diri) dari kesia-siaan dan kejelekan, maka kalau seseorang mencacimu atau berbuat kejelekan kepadamu, maka katakanlah, ‘Saya sedang puasa. Saya sedang puasa.’” (Riwayat Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim)

5. Perkara-Perkara yang Dibolehkan

Ada beberapa perkara yang dianggap tidak boleh padahal dibolehkan, di antaranya:

  • a. Orang yang junub sampai datang waktu fajar sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah dan Ummu Salamah, keduanya berkata: “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan fajar (subuh) dalam keadaan junub dari keluarganya kemudian mandi dan berpuasa.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
  • Bersiwak.
  • Berkumur dan memasukkan air ke hidung ketika bersuci.
  • Bersentuhan dan berciuman bagi orang yang berpuasa dan dimakruhkan bagi orang-orang yang berusia muda.
  • Injeksi yang bukan berupa makanan.
  • Berbekam.
  • Mencicipi makanan selama tidak masuk ke tenggorokan.
  • Memakai penghitam mata (celak) dan tetes mata.
  • Menyiram kepala dengan air dingin dan mandi.

6. Orang-Orang yang Dibolehkan Tidak Berpuasa

Sesungguhnya agama Islam adalah agama yang mudah. Oleh karena itu, ia memberikan kemudahan dalam puasa ini kepada orang-orang tertentu yang tidak mampu atau sangat sulit untuk berpuasa. Mereka itu adalah sebagai berikut:

  • Musafir (orang yang sedang dalam perjalanan/bepergian ke luar kota).
  • Orang yang sakit.
  • Wanita yang sedang haid atau nifas.
  • Orang yang sudah tua dan wanita yang sudah tua dan lemah.
  • Wanita yang hamil atau menyusui.

7. Berbuka Puasa

7.1. Waktu berbuka

Berbuka puasa dilakukan pada waktu terbenam matahari dan telah lalu penjelasannya pada pembahasan waktu puasa.

7.2. Mempercepat Buka Puasa

Termasuk dalam sunnah puasa adalah mempercepat waktu berbuka dalam rangka mengikuti contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya sebagaimana yang dikatakan oleh Amr bin Maimun al-Audy bahwa sahabat-sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang paling cepat berbuka dan paling lambat sahurnya. (Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam al-Musannaf no 7591 dengan sanad yang disahihkan Ibnu Hajar dalam Fath al-Bary 4/199)

Adapun manfaatnya adalah:

1. Mendapatkan kebaikan sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Sahl bin Saàd radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَزَالُ النَّاسَ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ

“Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka mempercepat buka puasanya.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

2. Merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

3. Dalam rangka menyelisihi ahli kitab sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَزَالُ الدَّيْنُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ، لأَنَّ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُوْنَهُ

“Agama ini akan senantiasa menang selama manusia (kaum muslimin) mempercepat buka puasanya karena orang-orang Yahudi dan Kristen (Nashrani) mengakhirkannya.” (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Hibban dengan sanad hasan)

Buka puasa dilakukan sebelum sholat maghrib karena itu merupakan akhlak para nabi. Sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi kita untuk berbuka dengan kurma dan kalau tidak ada kurma, maka memakai air. Ini merupakan kesempurnaan kasih sayang dan perhatian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya.

8. Adab Orang yang Berpuasa

Disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk beradab dengan adab-adab yang syar’i, di antaranya:

  • Memperlambat sahur.
  • Mempercepat berbuka puasa.
  • Berdoa ketika berpuasadan ketika berbuka.
  • Menahan diri dari perkara-perkara yang merusak puasa.
  • Bersiwak.
  • Berderma dan tadarus Al-Qur’an.
  • bersungguh-sungguh dalam beribadah khususnya pada sepuluh hari terakhir.

jazakumullah

SHAUM, KESEHATAN, DAN ETOS KERJA

AHLAN WA SAHLAN


1. Pendahuluan

Agama Islam adalah agama yang diturunkan Allah, melalui Rasul-rasul-Nya.
Di antaranya membawa peraturan-peraturan dan hukum yang harus ditaati
manusia muslim. Peraturan itu tidak akan berubah dan telah sempurna.
Ajaran Islam mencakup seluruh bidang kehidupan manusia di dunia ini,
termasuk bidang kesehatan. Di antara sabda Nabi Muhammad Saw tentang
kesehatan, adalah:

"Berpuasalah kalian, maka kalian akan sehat."

Islam mengatur kesehatan dan menentukan untuk apa kita harus sehat serta
menjelaskan tujuan hidup kita di dunia. Tentang tujuan hidup manusia,
Allah berfirman,

"Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku".

Sabda Rasulullah saw.,

"Mohonlah kepada Allah keselamatan dari penyakit dan bala, sesungguhnya,
tiada suatu pemberian Allah sesudah iman yang lebih baik dari keselamatan."

2. Definisi Shaum

Secara bahasa (lughoh), shaum berarti imsak (menahan diri), yaitu
menahan diri secara umum, apakah menahan diri dari berbicara, bergerak,
makan, dan minum.

Secara istilah syar'i, shaum adalah menahan diri dari dua syahwat, yaitu
syahwat perut dan syahwat seksual. Menahan diri dari makan dan minum
serta mencampuri istri, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari
(maghrib).

Puasa (shaum) harus dikerjakan sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw.,
yaitu dengan menjaga segala sesuatu yang membatalkan puasa. Menjaga
adab-adab puasa yang merusak nilai puasa dan mengerjakan amalan-amalan
yang dianjurkan selama puasa.

3. Pengertian Sehat

Keadaan sehat bukan semata-mata dari kondisi fisik seseorang saja, tapi
keadaan psikis dan sosialnya juga menentukan. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) membuat defisi sehat, sebagai berikut:

"Health is a condition of physical, mental, and social well-being and
not just merely the absent of disease and infirmity."

Sehat adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan yang baik (sehat)
dari fisik, mental, dan sosial, bukan hanya sekedar terbebas dari
penyakit dan kecacatan.

Puasa dalam hubungannya dengan kesehatan, akan memberikan pengaruhnya
yang sangat positif dan mendasar, yaitu menghadapi permasalahan
kesehatan dari segi pendekatan promotif, preventif, dan kuratif.

Dengan berpuasa, seseorang akan mengatur perilaku hidupnya. Mengatur
atau menahan hawa nafsunya dari berbagai perilaku yang merugikan
kesehatan, baik fisik, mental, maupun sosial. Karena sebagaimana kita
ketahui, bahwa perilaku seseorang atau masyarakat sangat besar
pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang atau masyarakat tersebut.

Misalnya, suka makan terlalu banyak akan menyebabkan kegemukan, yang
akan memberikan resiko kepada beberapa jenis penyakit. Perilaku
penyimpangan seksual akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit
kelamin yang berbahaya. Merokok dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan
jantung dan sebagainya.

Para sarjana telah melakukan penelitian terhadap sejumlah gejala dan
tindak kejiwaan yang dibawa oleh syari'at seperti shalat, puasa, kasih
sayang dan sebagainya. Mereka mencoba untuk menemukan pengaruh dari
ajaran ini pada sel-sel tubuh manusia, apa yang terjadi pada sel-sel
otak dan sel-sel tubuh lainnya?

Penelitian ilmiah ini sampai pada suatu kenyataan yang mengagumkan, yang
menambah keimanan mereka. Sehingga, mereka menjadi tekun beragama dan
teguh menjalankan syari'at-syari'at-Nya. Benarlah apa yang difirmankan
Allah,

"Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya
adalah para ulama (cendekiawan)" (QS. Fathir : 28)

Terhadap Tubuh/Jasmani, puasa memberikan pengaruh yang positif terhadap
kesehatan, antara lain:

1. Pemeliharaan tubuh dari sisa-sisa kelebihan zat tubuh pada sel.

Dalam keadaan puasa, tubuh akan menggunakan zat-zat makanan yang
tersimpan. Sekiranya zat makanan tersebut habis, maka mulailah digunakan
atau dioksidasi jaringan-jaringan tertentu.

Bagian tubuh yang paling pertama digunakan adalah bagian yang terlemah
atau sakit, seperti jaringan dengan peradangan dan pernanahan. Dari
jaringan tersebut yang pertama diproses adalah jaringan yang rusak atau
telah tua, untuk selanjutnya dikeluarkan oleh tubuh.

Puasa dalam hal ini bertindak sebagai pisau operasi yang membuang
sel-sel yang rusak atau lemah dari bagian tubuh yang sakit. Selanjutnya
memberi kesempatan kepada peremajaan sel-sel, sehingga lebih aktif.

2. Melindungi Manusia dari Penyakit Gula

Pada waktu puasa, kadar gula darah akan turun. Hal ini menyebabkan
kelenjar pankreas berkesempatan untuk istirahat. Kita mengetahui fungsi
kelenjar ini adalah untuk menghasilkan hormon visulin. Hormon ini
berfungsi mengatur kadar gula dalam darah, mengubah kelebihan gula
menjadi glukogen yang disimpan sebagai cadangan di otot dan hati.

3. Menyehatkan Sistem Pencernaan

Di waktu puasa, lambung atau sistem pencernaan lainnya akan istirahat
selama lebih kurang 12-14 jam, selama lebih kurang satu bulan. Jangka
waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung dari makanan yang
bertumpuk dan berlebihan.

4. Puasa Mengurangi Berat Badan yang Berlebih

Puasa dapat menghilangkan lemak dan kegemukan, secara ilmiah diketahui
bahwa rasa lapar tidaklah karena kekosongan perut dari makanan semata,
tetapi juga dipengaruhi penurunan kadar gula dalam darah.

Oleh karena itu dianjurkan berbuka dengan yang manis terlebih dahulu,
sehingga bisa mengurangi makan yang berlebihan pada waktu berbuka,
sehingga tidak menghilangkan hikmah puasa yang mengharuskan hemat,
zuhud, melatih nilai rohani, dan lain-lain.

4. Etos Kerja dalam Islam

Dalam konsep Islam, kerja atau pekerjaan seseorang tidak terlepas dari
fungsi hidupnya di muka bumi ini yairu mengabdi kepada Allah swt. semata
(Q.S. Adz-Dzariyat : 56). Dalam konsep Islam, pekerjaan seseorang
merupakan bagian dari usahanya dalam memfungsikan dirinya sebagai hamba
yang selalu mengabdi kepada Allah swt. Oleh karena itu, pekerjaan
merupakan ibadah. Dengan kesadaran demikian, maka hampir tidak mungkin
seseorang akan melakukan penyelewengan atau kecurangan dalam pekerjaannya.

Puasa sebagai salah satu motivator bagi perbaikan kehidupan rohani dan
jasmani seseorang, secara tidak langsung juga akan meningkatkan kebaikan
nilai kerja dan usaha-usahanya. Seperti yang diisyaratkan oleh
Rasulullah bahwa Allah menyukai seseorang yang dalam melakukan
pekerjaannya, dilakukan dengan profesional dan tepat guna.

5. Kesimpulan

1. Ibadah secara umum berarti setiap aktivitas/kerja/amal yang baik dari
seseorang yang dilaksanakan sesuai dengan agama dan diniatkan karena
Allah semata.

2. Dari batasan di atas dapat dipahami, bahwa dalam Islam tidak ada
pembatasan amal atau pekerjaan seseorang untuk bersifat dunia semata
atau ukhrawi semata (sekularisme).

3. Shaum sebagai salah satu rukun Islam yang lima, memberikan kontribusi
yang jelas bagi kesehatan ataupun etos kerja seseorang, asalkan
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk yang digariskan dalam syari'at.

4. Pengalaman menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan segala
persyaratannya (menahan berbagai dorongan nafsu, amarah, dan sebagainya)
yang diulang setiap hari selama satu bulan penuh dan diulang kembali
setiap tahun, bila benar-benar dimulai dengan niat dan kesiapan iman
akan merupakan suatu proses belajar yang efisien dan efektif dalam
menuntun perilaku dan disiplin diri.

Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci

Penulis:
Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA
Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA
A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT

Source: IKADI
jazakumullah

Tips puasa bagi yang punya masalah kesehatan

AHLAN WA SAHLAN

Puasa dapat memberikan manfaat pada kesehatan, bahkan mampu mengendalikan berbagai penyakit. Lalu, kondisi kesehatan seperti apa yang tidak diperkenankan berpuasa?

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak keuntungan yang diperoleh tubuh, yang tidak didapat ketika manusia sedang tidak menjalani puasa. Puasa merupakan upaya mengembalikan kekuatan badan, meningkatkan kesehatan dan memperbarui sel-sel tubuh.

Walaupun puasa mempunyai manfaat bagi kesehatan, tidak sedikit orang merasa khawatir menjalankannya. Apalagi bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan. Misalkan, maag, diabetes alias kencing manis, sakit jantung, dan lain-lain.

Sakit Maag Boleh Puasa
Sakit maag merupakan gangguan pada lambung yang disebabkan oleh tidak terkontrolnya produksi asam lambung. Gejalanya, lambung terasa perih terutama jika terlambat makan perut terasa kembung, sering bersendawa, mual, dan kadang pula diikuti muntah.

Asam lambung seringkali naik sampai ke mulut, sehingga mulut terasa asam, namun tidak selalu demikian. Pada penderita sakit maaF yang parah, bahkan dapat menyebabkan pingsan. Jika sakit maag tidak segera diatasi, akan timbul gangguan kesehatan lain yang lebih parah, antara lain lambung menjadi luka yang disebut tukak lambung.

Pemicu sakit maag bisa pula dari faktor psikis atau emosional. Kesibukan yang tinggi, beban kerja meningkat membuat orang jadi stres. Kondisi ini juga dapat menyebabkan peningkatan asam lambung dan mengikis lapisan lambung (mukosa). Sehingga akhinya menimbulkan rasa perih atau sering kita sebut sakit maag.

Sekitar 80 persen penderita sakit maag (dispepsia) boleh berpuasa. Meskipun begitu kadangkala masih ada pertanyaan yang terlontar, apakah orang yang mengalami sakit maag boleh berpuasa?

Menurut Dr Ari Fahrial Syam SpPD MMB, dari Sub Bagian Gastroenterologi FKUI-RSiJPN Cipto Mangunkusumo, dalam acara "Manajemen Puasa pada Pasien Dispepsia" beberapa waktu lalu, pada prinsipnya secara umum penderita maag boleh berpuasa. Akan tetapi harus tetap diperhatikan, terutama bagi mereka yang menderita maag dengan gejala seperti berat badan turun, anemia, muntah-muntah, kuning dan terdapat massa di ulu hati.

Jika mendapatkan gejala seperti itu, sebaiknya penderita melakukan endoskopi dulu untuk mengetahui penyebab sakit maag tersebut. Sebab lanjut Dr. Ari, penderita maag dalam keadaan akut, misalnya, mengalami muntah-muntah yang hebat bahkan terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas. Nah, dalam keadaan seperti itu, pasien tersebut tidak dianjurkan berpuasa.

Atur Strategi Makan
Ada strategi dalam pengaturan makanan sehingga tidak memperberat salat maag. Konsep makan bagi penderita sakit maag adalah makan dengan sering dan sedikit-sedikit. Namun di saat berpuasa, upaya paling efektif adalah dengan menghindari jenis makanan di atas.

Menurut Dr Ari Fahrial Syam Sp.PD MMB, ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari penderita sakit maag saat berbuka atau sahur. Jenis makanan tersebut adalah:

1. Makanan yang mengandung banyak gas seperti lemak, sawi, kol, nangka, pisang ambon, kedondong, dan minuman bersoda.
2. Makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti kopi dan minuman beralkohol.
3. Makanan yang sulk dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hat ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhimya dapat meningkatkan asam lambung, seperti makanan berlemak, kue tart, serta keju.
4. Makanan yang merusak dinding lambung seperti cuka dan pedas, merica dan bumbu yang merangsang.

Diabetes Boleh Puasa
Sama halnya dengan penderita' maag. Penderita diabetes mellitus atau kencing manis kerap bertanya, apakah boleh berpuasa? Nah, menurut Dr. Ariswibudi, Sp.PD, dari RS Gatot Subroto, dalam media briefing "Diabetes dan Puasa", menjalankan ibadah puasa bagi penderita diabetes melitus (DM) atau kencing manis bukan persoalan mudah. Ada kiat tersendiri agar gala darah tidak melorot saat berpuasa.

Ada syarat seorang penderita diabetes melitus (DM) bisa berpuasa, jelas Ari wibudi. Pertama, glukosa darah puasa tidak boleh lebih dari 200 mg/dl. Mengapa? Karena bila kadar glukosa. darah tinggi, tetapi tubuh tidak memiliki cadangan glikogen, maka akan mengambil dan lemak. Nah, lemak yang dibakar akan meningkatkan keasaman darah, yang pada akhirnya muncul komplikasi.

"Bagi penderita diabetes, hipog-likemi atau kekurangan kadar gala dalam darah jauh lebih berbahaya daripada hiperglikemi atau kelebihan. Karena itu, waspadai gejala khas hipoglikemi yang dapat menyebabkan ketidaksadaran bagi penderitanya seperti lemas, keringat dingin, gemetar, clan posing. Begitu mendapati gejala itu, pada pasien diminta untuk segera berbuka dengan langsung mmum yang manis atau makan gala," katanya.

Syarat lain, tutor Ariswibudi adalah jika penderita DM menggunakan obat yang diminum. Penderita DM sebaiknya meminta pada dokter untuk dibuat khusus obat yang memiliki dosis paling besar bisa dikonsumsi saat berbuka. Sedangkan dosis paling kecil diminum saat bersahur.

"Mengapa dosis paling besar dikonsumsi saat berbuka, karena biasanya pasien sutra lupa akan dietnya. Sehingga mereka matron lebih banyak, Itulah sofa alasan mengapa obat-obatan sangat diperlukan soot berbuka," tuturnya.

Makan yang Manis Dulu
Bagi penderita diabetes, Dr. Ariswibudi menyarankan matron sahur di akhir waktu din segera konsumsi minuman moms segera saat berbuka, kurangi aktivitas fisik dan berolahraga ringan di waktu malam.

"Waktu berbuka puasa jangan makan sebanyak-banyak atau jadi tempat balas dendam. Sebaiknya, makan perlahan saja, sehingga ada waktu bagi perut untuk mengirimkan sinyal kenyang ke otak," katanya.

Ditambahkannya, saat berbuka puasa penderita diabetes sebaiknya meminum teh hangat. Tujuannya, agar kalori yang masuk kedalam tubuh tidak terlalu tinggi. Kenapa? "Karena saat puasa aktivitas metabolisme tubuh berkurang. Untuk membatalkan puasa cukup dengan satu sendok gala ditambah dengan air hangat. Kernudian awali makan dengan memakarr sayuran atau buah-buahan yang banyak mengandung air, seperti pepaya, belimbing, melon, semangka, kemudian bare makan nasi dengan lauk pauknya," kata Dr. Ariswibudi.

Bagi pasien DM yang menggunakan insulin, kata dia, berpuasa agak sulit, terlebih pada pasien yang memiliki ketergantungan pada insulin. Hal itu dikarenakan cara kerja insulin bermacam-macam, ada yang lambat, sedang atau cepat, dengan jangka waktu berkisar 58 jam. Diabetes adalah penyakit ketika tubuh terlalu sedikit atau sama sekali tidak bisa memproduksi insulin.

Diabetes dapat pula terjadi karena insulin tidak dapat bekerja secara optimal. Hal itu disebabkan ketidakpekaan insulin hormon yang diproduksi kelenjar pankreas untuk mengatur kadar glukosa darah.

Sedikitnya produksi insulin dan tidak pekanya insulin ditandai dengan meningkatnya kadar gala darah.

Karena glukosa dari makanan tertimbun di dalam darah dan tidak mengalami proses selanjutnya.

PJK Aman Puasa
Lalu, bagaimana bagi penderita penyakit jantung koroner (PJK)? . Apakah penderita PJK bisa berpeuasa?
Menurut Dr. M. Yamin, SpJP, dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading (RSMKKG) Jakarta, puasa aman bagi penderita penyakit jantung koroner. Perlu diketahui penyakit jantung koroner merupakan suatu keadaan penyumbatan pada pembuluh darah yang memberi makan otot jantung atau pembuluh koroner. Penyumbatan biasanya disebabkan oleh proses penimbunan lemak atau aterosklerosis. Dan, faktor yang mempermudah atau risiko penyakit jantung koroner adalah hipertensi, merokok, diabetes, kolesterol tinggi, dan kegemukan.

Oleh karena penyebab PJK adalah penimbunan lemak, maka tidak berlebihan bila penderitanya melakukan puasa. Sebab ada beberapa pengaruh puasa terhadap sistem jantung dan pembuluh darah. Pengaruh yang pertama adalah asupan lemak atau kolesterol dan karbohidrat berkurang. Sehingga perburukan proses aterosklerosis berkurang, terutama pada penderita diabetes.

Selain itu pengaruh puasa bisa pula menjadi pengontrol aspek emosi atau kecemasan, kemarahan, sehingga mengurangi lonjakan tekanan darah yang mendadak dan denyut nadi yang berlebih. Akibatnya, tentu saja mengurangi beban kerja jantung.

Tetap Konsumsi Obat
Meskipun penderita penyakit jantung koroner aman untuk berpuasa, tidak berarti masalah mengonsumsi makanan dan obat diabaikan. Kebanyakan para penderita penyakit jantung koroner memiliki kesalahpahaman dalam pola makan.

Artinya, penderita beranggapan bahwa saat buka dan sahur bisa bebas makan. Kemudian obat kolesterol tidak perlu diminum karena sudah berpuasa. Bila minum obat kolesterol maka makanan tidak perlu dijaga. Orang kurus kadar kolesterol lebih rendah daripada orang gemuk.

Sedangkan untuk mengonsumsi obat, ada beberapa kiat minum obat bagi penderita penyakit jantung koroner. Misallcari aspirin, sebaiknya diminum setelah berbuka puasa sebelum makan besar. Kemudian jenis obat nitrate, sebaiknya pilih golongan dengan masa kerja panjang dan dosis tunggal.

Begitu juga dengan obat penurun kolesterol, sebaiknya diminum malam hari saat berbuka puasa atau mau tidur. Sedangkan untuk obat antihipertensi yang untuk golongan diuretik (yang mengeluarkan kencing) dihindari atau diminum saat berbuka untuk mencegah dehidrasi. Untuk jenis yang lain diminum saat sahur. Jika memungkinkan mendapatkan dosis sekali sehari.

Sumber: Tabloid Ibu Anak


jazakumullah

Terapi Nutrisi Dapat Menurunkan Gula Dalam Darah Bagi Penderita Diabetes

AHLAN WA SAHLAN

Bila tiba saatnya mengontrol gula darah, membuat kita sadar untuk menghindari terlalu banyak makan makanan yang cenderung mengacaukan kadar gula dalam darah. Ini secara khusus adalah benar bagi penderita diabetes, yang tubuhnya tidak dapat menyerap gula dengan baik.

Tetapi, selain diet makan makanan yang berkarbohidrat, hal ini juga dapat dibantu dengan suplemen nutrisi tertentu yang dapat membantu tubuh tetap menjaga kadar gula dalam darah. Dua nutrisi yang diketahui berperan dalam proses mengontrol kadar gula dalam darah yaitu biotin (salah satu kelompok vitamin B) dan chromium (sebuah mineral buatan).

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa pemberian kedua nutrisi ini dalam bentuk kombinasi, dapat membantu kontrol gula darah pada penderita diabetes [1]. Dalam studi ini, 600 mikrogram chromium (dalam bentuk chromium picolinate) dan 2 miligram biotin atau sebuah placebo (bukan obat betulan) diberikan kepada sekelompok individu penderita diabetes tipe 2.

Walaupun perawatan berjalan hanya 4 minggu, namun terapi nutrisi secara keseluruhan menjadikan kadar gula darah menurun cukup signifikan setelah relawan mengkonsumsi minuman yang kaya glukosa. Perawatan individu dengan chromium dan biotin menunjukkan keuntungan lain juga, termasuk penurunan kadar lemak dalam darah yang disebut triglycerid.

Studi ini memberikan hasil yang menjanjikan, tetapi agak dihambat oleh jangka waktu yang pendek dan jumlah subyek yang relatif sedikit (hanya 43). Lebih baru lagi, 600 mikrogram chromium dan 2 mg biotin digunakan lagi pada sebuah kelompok diabetes tipe 2, kali ini untuk jangka lebih lama (90 hari) dan dalam kelompok individu yang lebih besar (447) [2].

Individu-individu dalam studi ini mempunyai kadar gula darah yang ditaksir dengan dua cara:

  1. Dengan mengukur kadar gula darah saat berpuasa.
  2. Dengan mengukur kadar HbA1c (juga dikenal sebagai glycosylated hemoglobin) yang memberikan indikasi mengontrol gula dalam darah selama 3 bulan ke belakang atau mendekati periode itu.

Pada individu yang bukan penderita diabetes, kadar HBA1c biasanya sekitar 4 hingga 6%. Umumnya penderita diabetes dianggap baik-baik saja jika mereka dapat mempertahankan kadar HbA1c mereka dibawah sekitar 7%.

Dalam studi ini, semua individu yang mempunyai kadar HBA1c 7% atau lebih tinggi, mengindikasikan bahwa diabetes mereka kurang terkontrol dengan baik. Semua relawan dalam studi ini diberi obat minuman untuk diabetes mereka.

Hasil studi ini adalah: pengobatan dengan chromium and biotin memberikan penurunan kadar HBA1c yang berarti sebanyak 0,54 % (ini bagi seseorang yang HbA1c 7,54, rata-rata, kadar HbA1c mereka dapat terlihat turun menjadi 7). Individu dengan HbA1c 10 % atau lebih, kadar HBA1c turun rata-rata 1,76 persen.

Dalam kelompok secara keseluruhan, kadar gula darah saat puasa turun secara signifikan (rata-rata antara 10 mg/dl atau 0.5 mmol/l).

Pada individu dengan kadar HbA1c 10% atau lebih, kadar gula darah saat puasa turun rata-rata sekitar 35 mg/dl atau 1.75 mmol/l.

Hsil ini, khususnya dilakukan pada kontesks penelitian sebelumnya, diperkirakan kombinasi chromium dan biotin memberikan keuntungan lumayan untuk individu diabetes tipe 2, khususnya mereka yang mempunyai gula darah tidak terkontrol dengan baik. (tnm)

Referensi:

  • Singer GM, et al. The effect of chromium picolinate and biotin supplementation on glycemic control in poorly controlled patients with type 2 diabetes mellitus: a placebo-controlled, double-blinded, randomized trial. Diabetes Technology & Therapeutics 2006;8(6): 636–43
  • Albarracin CA, et al. Chromium picolinate and biotin combination improves glucose metabolism in treated, uncontrolled overweight to obese patients with type 2 diabetes. Diabetes/Metabolism and Research Reviews 2008; 24(1): 41–51














jazakumullah

Tips Puasa bagi yang mempunyai "Catatan" kesehatan

AHLAN WA SAHLAN

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak keuntungan yang diperoleh tubuh, yang tidak didapat ketika manusia sedang tidak menjalani puasa. Puasa merupakan upaya mengembalikan kekuatan badan, meningkatkan kesehatan dan memperbarui sel-sel tubuh.

Walaupun puasa mempunyai manfaat bagi kesehatan, tidak sedikit orang merasa khawatir menjalankannya. Apalagi bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan. Misalkan, maag, diabetes alias kencing manis, sakit jantung, dan lain-lain.

Sakit Maag Boleh Puasa
Sakit maag merupakan gangguan pada lambung yang disebabkan oleh tidak terkontrolnya produksi asam lambung. Gejalanya, lambung terasa perih terutama jika terlambat makan perut terasa kembung, sering bersendawa, mual, dan kadang pula diikuti muntah.

Asam lambung seringkali naik sampai ke mulut, sehingga mulut terasa asam, namun tidak selalu demikian. Pada penderita sakit maag yang parah, bahkan dapat menyebabkan pingsan. Jika sakit maag tidak segera diatasi, akan timbul gangguan kesehatan lain yang lebih parah, antara lain lambung menjadi luka yang disebut tukak lambung.

Pemicu sakit maag bisa pula dari faktor psikis atau emosional. Kesibukan yang tinggi, beban kerja meningkat membuat orang jadi stres. Kondisi ini juga dapat menyebabkan peningkatan asam lambung dan mengikis lapisan lambung (mukosa). Sehingga akhinya menimbulkan rasa perih atau sering kita sebut sakit maag.

Sekitar 80 persen penderita sakit maag (dispepsia) boleh berpuasa. Meskipun begitu kadangkala masih ada pertanyaan yang terlontar, apakah orang yang mengalami sakit maag boleh berpuasa?

Menurut Dr Ari Fahrial Syam SpPD MMB, dari Sub Bagian Gastroenterologi FKUI-RSiJPN Cipto Mangunkusumo, dalam acara "Manajemen Puasa pada Pasien Dispepsia" beberapa waktu lalu, pada prinsipnya secara umum penderita maag boleh berpuasa. Akan tetapi harus tetap diperhatikan, terutama bagi mereka yang menderita maag dengan gejala seperti berat badan turun, anemia, muntah-muntah, kuning dan terdapat massa di ulu hati.

Jika mendapatkan gejala seperti itu, sebaiknya penderita melakukan endoskopi dulu untuk mengetahui penyebab sakit maag tersebut. Sebab lanjut Dr. Ari, penderita maag dalam keadaan akut, misalnya, mengalami muntah-muntah yang hebat bahkan terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas. Nah, dalam keadaan seperti itu, pasien tersebut tidak dianjurkan berpuasa.

Atur Strategi Makan
Ada strategi dalam pengaturan makanan sehingga tidak memperberat sakit maag. Konsep makan bagi penderita sakit maag adalah makan dengan sering dan sedikit-sedikit. Namun di saat berpuasa, upaya paling efektif adalah dengan menghindari jenis makanan di atas.

Menurut Dr Ari Fahrial Syam Sp.PD MMB, ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari penderita sakit maag saat berbuka atau sahur. Jenis makanan tersebut adalah:

1. Makanan yang mengandung banyak gas seperti lemak, sawi, kol, nangka, pisang ambon, kedondong, dan minuman bersoda.
2. Makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti kopi dan minuman beralkohol.
3. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hat ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhimya dapat meningkatkan asam lambung, seperti makanan berlemak, kue tart, serta keju.
4. Makanan yang merusak dinding lambung seperti cuka dan pedas, merica dan bumbu yang merangsang.

Diabetes Boleh Puasa
Sama halnya dengan penderita' maag. Penderita diabetes mellitus atau kencing manis kerap bertanya, apakah boleh berpuasa? Nah, menurut Dr. Ariswibudi, Sp.PD, dari RS Gatot Subroto, dalam media briefing "Diabetes dan Puasa", menjalankan ibadah puasa bagi penderita diabetes melitus (DM) atau kencing manis bukan persoalan mudah. Ada kiat tersendiri agar gala darah tidak melorot saat berpuasa.

Ada syarat seorang penderita diabetes melitus (DM) bisa berpuasa, jelas Ari wibudi. Pertama, glukosa darah puasa tidak boleh lebih dari 200 mg/dl. Mengapa? Karena bila kadar glukosa. darah tinggi, tetapi tubuh tidak memiliki cadangan glikogen, maka akan mengambil dan lemak. Nah, lemak yang dibakar akan meningkatkan keasaman darah, yang pada akhirnya muncul komplikasi.

"Bagi penderita diabetes, hipog-likemi atau kekurangan kadar gala dalam darah jauh lebih berbahaya daripada hiperglikemi atau kelebihan. Karena itu, waspadai gejala khas hipoglikemi yang dapat menyebabkan ketidaksadaran bagi penderitanya seperti lemas, keringat dingin, gemetar, clan posing. Begitu mendapati gejala itu, pada pasien diminta untuk segera berbuka dengan langsung mmum yang manis atau makan gala," katanya.

Syarat lain, tutor Ariswibudi adalah jika penderita DM menggunakan obat yang diminum. Penderita DM sebaiknya meminta pada dokter untuk dibuat khusus obat yang memiliki dosis paling besar bisa dikonsumsi saat berbuka. Sedangkan dosis paling kecil diminum saat bersahur.

"Mengapa dosis paling besar dikonsumsi saat berbuka, karena biasanya pasien suka lupa akan dietnya. Sehingga mereka makan lebih banyak, Itulah alasan mengapa obat-obatan sangat diperlukan saat berbuka," tuturnya.

Makan yang Manis Dulu
Bagi penderita diabetes, Dr. Ariswibudi menyarankan makan sahur di akhir waktu dini segera konsumsi minuman manis segera saat berbuka, kurangi aktivitas fisik dan berolahraga ringan di waktu malam.

"Waktu berbuka puasa jangan makan sebanyak-banyak atau jadi tempat balas dendam. Sebaiknya, makan perlahan saja, sehingga ada waktu bagi perut untuk mengirimkan sinyal kenyang ke otak," katanya.

Ditambahkannya, saat berbuka puasa penderita diabetes sebaiknya meminum teh hangat. Tujuannya, agar kalori yang masuk kedalam tubuh tidak terlalu tinggi. Kenapa? "Karena saat puasa aktivitas metabolisme tubuh berkurang. Untuk membatalkan puasa cukup dengan satu sendok gula ditambah dengan air hangat. Kemudian awali makan dengan memakarr sayuran atau buah-buahan yang banyak mengandung air, seperti pepaya, belimbing, melon, semangka, kemudian bare makan nasi dengan lauk pauknya," kata Dr. Ariswibudi.

Bagi pasien DM yang menggunakan insulin, kata dia, berpuasa agak sulit, terlebih pada pasien yang memiliki ketergantungan pada insulin. Hal itu dikarenakan cara kerja insulin bermacam-macam, ada yang lambat, sedang atau cepat, dengan jangka waktu berkisar 58 jam. Diabetes adalah penyakit ketika tubuh terlalu sedikit atau sama sekali tidak bisa memproduksi insulin.

Diabetes dapat pula terjadi karena insulin tidak dapat bekerja secara optimal. Hal itu disebabkan ketidakpekaan insulin hormon yang diproduksi kelenjar pankreas untuk mengatur kadar glukosa darah.

Sedikitnya produksi insulin dan tidak pekanya insulin ditandai dengan meningkatnya kadar gala darah.

Karena glukosa dari makanan tertimbun di dalam darah dan tidak mengalami proses selanjutnya.

Tanda bahaya

Segeralah membatalkan puasa jika terjadi hipoglikemi. Tanda-tanda telah terjadinya hipoglikemi yang dapat diamati di antaranya adalah tampak gelisah, berkeringat dingin, bingung, gemetar, berdebar-debar, kesemutan pada lidah atau bibir dan penglihatan ganda.

Bila dibiarkan berlanjut, dapat terjadi kejang-kejang sampai penurunan kesadaran. Biasanya hipoglikemi terjadi pada sore hari, saat menjelang berbuka puasa. Sebagai makanan pembatal puasa, sebaiknya dipilih makanan atau minuman yang manis seperti sirup, buah kurma, kolak, dan sebagainya. Setelah itu, baru menyantap makanan lengkap.

Penurunan kesadaran bahkan hingga tahap koma juga dapat terjadi pada keadaan hiperglikemi yang biasanya terjadi setelah berbuka puasa. Segeralah mencari pertolongan ke instalasi gawat darurat rumah sakit terdekat. Karena pada kondisi seperti itu diperlukan intervensi medis untuk menurunkan kadar gula darah, yang tentunya tidak dapat dilakukan oleh orang awam.

PJK Aman Puasa
Lalu, bagaimana bagi penderita penyakit jantung koroner (PJK)? . Apakah penderita PJK bisa berpeuasa?
Menurut Dr. M. Yamin, SpJP, dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading (RSMKKG) Jakarta, puasa aman bagi penderita penyakit jantung koroner. Perlu diketahui penyakit jantung koroner merupakan suatu keadaan penyumbatan pada pembuluh darah yang memberi makan otot jantung atau pembuluh koroner. Penyumbatan biasanya disebabkan oleh proses penimbunan lemak atau aterosklerosis. Dan, faktor yang mempermudah atau risiko penyakit jantung koroner adalah hipertensi, merokok, diabetes, kolesterol tinggi, dan kegemukan.

Oleh karena penyebab PJK adalah penimbunan lemak, maka tidak berlebihan bila penderitanya melakukan puasa. Sebab ada beberapa pengaruh puasa terhadap sistem jantung dan pembuluh darah. Pengaruh yang pertama adalah asupan lemak atau kolesterol dan karbohidrat berkurang. Sehingga perburukan proses aterosklerosis berkurang, terutama pada penderita diabetes.

Selain itu pengaruh puasa bisa pula menjadi pengontrol aspek emosi atau kecemasan, kemarahan, sehingga mengurangi lonjakan tekanan darah yang mendadak dan denyut nadi yang berlebih. Akibatnya, tentu saja mengurangi beban kerja jantung.

Tetap Konsumsi Obat
Meskipun penderita penyakit jantung koroner aman untuk berpuasa, tidak berarti masalah mengonsumsi makanan dan obat diabaikan. Kebanyakan para penderita penyakit jantung koroner memiliki kesalahpahaman dalam pola makan.

Artinya, penderita beranggapan bahwa saat buka dan sahur bisa bebas makan. Kemudian obat kolesterol tidak perlu diminum karena sudah berpuasa. Bila minum obat kolesterol maka makanan tidak perlu dijaga. Orang kurus kadar kolesterol lebih rendah daripada orang gemuk.

Sedangkan untuk mengonsumsi obat, ada beberapa kiat minum obat bagi penderita penyakit jantung koroner. Misallcari aspirin, sebaiknya diminum setelah berbuka puasa sebelum makan besar. Kemudian jenis obat nitrate, sebaiknya pilih golongan dengan masa kerja panjang dan dosis tunggal.

Begitu juga dengan obat penurun kolesterol, sebaiknya diminum malam hari saat berbuka puasa atau mau tidur. Sedangkan untuk obat antihipertensi yang untuk golongan diuretik (yang mengeluarkan kencing) dihindari atau diminum saat berbuka untuk mencegah dehidrasi. Untuk jenis yang lain diminum saat sahur. Jika memungkinkan mendapatkan dosis sekali sehari.

jaazakumullah

dinsdag, augustus 26, 2008

Puasa untuk Diabetes Mellitus

AHLAN WA SAHLAN


selamat-menyambut-ramadhan.jpg

Marhaban Ya Ramadhan…, ungkapan itulah yang dikumandangkan umat Islam menyambut bulan suci Ramadhan. Sebulan lamanya umat Islam diwajibkan berpuasa. Saat ramadhan, lambung akan kosong lebih kurang selama 13 jam. Perubahan ini menyebabkan tubuh membutuhkan waktu 3-5 hari di minggu pertama Ramadhan untuk beradaptasi.

Nah jika kondisi seperti ini, bolehkan penderita diabetes melitus berpuasa? Diabetes mellitus atau kencing manis ialah kondisi di mana kadar gula darah lebih tinggi daripada biasanya/normal. Ini terjadi karena tubuh resisten terhadap insulin. Akibatnya glukosa yang masuk ke sel-sel terhambat. Penyakit ini diklaim sebagai penyakit seumur hidup dan silent killer (pembunuh darah dingin).

Kenali Gejala dan Jenis

Gejala seseorang menderita diabates mellitus, rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil dengan volume besar, merasa kecapean, penglihatan mulai mengabur (rabun ayam), berat badan menurun, hipoglikemi (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah), dan glaikosuria (urine manis). Ada empat jenis DM (diabetes mellitus). DM jenis pertama berkaitan dengan kadar insulin. Kadar insulin penderita DM jenis ini sangat rendah bahkan nyaris tidak ada. Sebab 90 % sel beta (sel penghasil insulin) mengalami kerusakan permanen. Kerusakan tersebut disebabkan inveksi virus dan gizi pada penderita.

Penderita bergantung pada suntikan insulin sintetik. Umumnya penderita berumur di bawah 30 tahun (anak-anak dan remaja). DM jenis kedua penderita tetap menghasilkan insulin, namun kadarnya lebih tinggi dari normalnya. Penderita dibuat malas melakukan aktivitas fisik dan berolahraga. Ini banyak ditemui pada wanita penderita obesitas sentral (kegemukan pada perut). Dan DM ini bersifat menurun.Pada DM jenis ketiga disebut diabetes kistasional—terjadi pada wanita saat hamil. Akibatnya tumbuh kembang bayi abnormal (tidak normal). Pasalnya kadar insulin bayi cukup tinggi di atas normal, sehingga persalinan dilakukan dengan jalan operasi. Sementara itu DM jenis keempat penyebab inheren dengan obat-obatan atau suatu penyakit.

Awasi Terus
komplikasi_diabetes.jpgJangan biarkan kadar gula darah terus meningkat. Sebab hal tersebut akan menimbulkan komplikasi seperti, penyakit jantung, serangan otak (lumpuh dan stroke), kerusakan pada pembuluh darah periperal, buta total, kerusakan ginjal, serta kerusakan saraf lainnya dan impotensi. Penderita harus melakukan beberapa hal agar kadar gula tetap terkontrol yakni, konsultasi ke dokter gizi; untuk menghitung jumlah kalori; mengatur pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi; pantau terus kadar gula darah (kadar normal gula darah adalah kurang dari 110 mg/dl); minum obat sesuai dengan resep dokter serta seringlah berolahraga.

Kencing manis merupakan penyakit seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan. Bolehkah Berpuasa? Tidak ada larangan penderita diabtes mellitus dilarang berpuasa. Asalkan tetap mengontrol pola makanan secara terencana dan ditambah berolahraga. Bagi penderita diabetes mellitus yang membutuhkan obat-obatan sebaiknya periksakan kadar gula darah Anda dibarengi dengan perubahan pola makan, aktivitas fisik, dan perubahan jadwal minum obat seperti dosis pagi diminum ketika berbuka sedangkan dosis sore diminum saat sahur.

suntik_insulin.jpgPenderita yang membutuhkan suntikan insulin tidak diperbolehkan berpuasa agar kadar gula darah tetap terkontrol. Begitu juga dengan penderita diabetes mellitus komplikasi dengan gagal ginjal dan gagal jantung. Jangan biarkan penderita diabetes mellitus yang masih anak-anak berpuasa Bila penderita tampak gelisah, berkeringat dingin, bingung, gemetar, berdebar-debar, kesemutan pada lidah atau bibir dan penglihatan ganda, itu pertanda penderita mengalami hipoglikemi segeralah berbuka (batalkan). Jika puasanya tetap diteruskan akibatnya penderita pingsan bahkan koma. Kondisi seperti ini perlu intervensi medis untuk menurunkan kadar gula penderita. (Rahmadanil)

jenis diabetes mellitus

Diabetes Mellitus
Penyakit kencing manis atau DM termasuk penyakit kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin (kuantitas/kualitas) baik oleh keturunan dan/atau didapat. Disebut kuantitas jika jumlah insulinnya yang berkurang, sedangkan kualitas jika insulinnya cukup atau berlebih tetapi tidak efektif. Hasil kekurangan itu bisa meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah secara berlebihan sehingga bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel dalam tubuh manusia, terutama pada pembuluh darah dan saraf.

Dua bentuk besar penyakit kencing manis yaitu sebagai berikut.

a. Diabetes tipe 1 yang dikenal sebagai Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau DMTI (Diabetes Melitus Tergantung Insulin)

b. Diabetes tipe 2 yang dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau DMTTI (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin).

Tipe DM yang lain misalnya Gestational Diabetes atau DM yang terjadi pada kehamilan dan DM yang disebabkan oleh rusaknya pankreas akibat kurang gizi atau Malnutrition Related DM (MRDM) yang di Indonesiakan sebagai Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM).

Gejala
Gejala penyakit kencing manis bisa berat, ringan, atau tidak bergejala sama sekali. Pada DM tipe 1 gejala klasiknya adalah sering kencing (poliuria), rasa haus (polidipsi), menjadi kurus dan sering kelelahan (capek).

Keluhan-keluhan itu bisa tidak begitu nyata pada DM tipe 2.

Kadangkala pada DM tipe 2, pasien datang berobat jika sudah terjadi komplikasi pada mata (katarak), keputihan, gagal ginjal, dan lain-lain. Pada keadaan itu perjalanan penyakitnya sudah cukup jauh. Oleh sebab itu, penting untuk selalu melakukan check up, terutama mereka yang dalam keluarga ada yang menderita kencing manis.

Keluhan lain yang juga bisa disebabkan oleh hal lain selain DM adalah sering kesemutan pada jari tangan dan kaki serta gairah seks menurun.

Diagnosis
Penyakit itu mudah diketahui dengan memeriksa kadar glukosa darah. Diagnosis diabetes mellitus dipastikan bila:

* kadar gula darah sewaktu adalah 200 mg/dl atau lebih ditambah gejala khas diabetes
* glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih pada 2 kali pemeriksaan pada saat berbeda

Bagaimana Mengobati Diabetes Melitus?
Adakalanya pada mereka yang mempunyai kadar gula darah tinggi, setelah melakukan perencanaan makanan (diet) dan peningkatan kegiatan jasmani, kadar gulanya menjadi normal dan terkontrol kembali. Memang benar demikian pengendalian awal penyakit kencing manis. Pasien tidak perlu buru-buru minum obat penurun gula darah jika dengan penurunan berat badan, pengendalian makanan maupun peningkatan kegiatan jasmani bisa menormalkan gula darahnya. Tentu hal itu perlu dibantu oleh ahlinya, seperti ahli gizi maupun pelatih kegiatan jasmani. Namun, sebagai patokan dasar, bisa disebutkan sebagai berikut.

1. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak sesuai kecukupan gizi baik sebagai berikut: karbohidrat 60-70 persen, protein 10-15 persen, dan lemak 20-25 persen.

2. Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama minimal 30 menit.

Obat-obatan
Obat penurun gula darah diperlukan jika kadar gula darah tidak bisa dikontrol dengan cara-cara di atas. Ada pelbagai macam jenis obat penurun gula darah. Dokter akan memulai dengan salah satu jenis di bawah ini, kemudian akan dikombinasi jika tidak berhasil. Sedangkan jenis-jenis obatnya adalah sebagai berikut.

1. Golongan Sulfonilurea

Obat itu bekerja dengan cara merangsang sel beta pankreas agar bisa memproduksi insulin lebih giat lagi. Umumnya menjadi pilihan utama bagi penyandang DM dengan berat badan yang normal.

2. Golongan Metformin/biguanid

Bekerja dengan mengurangi glukosa hati dan memperbaiki ambilan glukosa perifer. Itu digunakan terutama pada pasien-pasien yang kelebihan berat badan.

3. Golongan Inhibitor glukosidase alfa

Aksinya adalah menghambat penyerapan glukosa usus, dan digunakan bagi mereka yang kadar glukosa puasanya masih normal

4. Golongan Insulin sensitizer

Cara kerja obat itu adalah meningkatkan sensitivitas sehingga bisa meningkatkan ambilan glukosa sel dan produksi glukosa di hati

5. Insulin, sampai saat ini insulin masih dalam bentuk suntikan meskipun ada bentuk insulin hirup yang berada dalam fase penelitian.

Penyandang DM dan Puasa
Pertanyaan yang hangat saat ini dalam bulan Ramadhan yaitu bolehkah penderita DM itu berpuasa?

Dalam keadaan puasa (tidak ada asupan kalori), untuk mempertahankan kadar glukosa darah terjadi pemecahan cadangan glukosa (glikogen) di hati.

Glikogen hati itu dapat menjadi sumber glukosa darah untuk kebutuhan otak selama 12-16 jam. Dengan demikian, puasa Ramadhan yang hanya sekitar 12 jam tersebut tidaklah terlalu mengganggu kesehatan pada orang sehat dan pada pasien DM yang kadar glukosa darahnya terkontrol (Gambar 1. Pengaturan sumber energi dalam keadaan makan dan puasa pada manusia)

Dari penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai efek puasa pada penderita DM, dapat disimpulkan bahwa berpuasa Ramadhan cukup aman bagi pasien DM dengan kadar glukosa darah cukup terkendali dan mengikuti petunjuk berpuasa. Yang dimaksud dengan kadar gula darah terkontrol adalah kadar gula darah puasa < 110 mg% dengan kadar glukosa dua jam setelah makan adalah < 160 mg%.

Untuk memudahkan dalam memilah-milah pasien DM yang akan mengikuti ibadah puasa, berdasarkan informasi dr Imam Subekti, beberapa waktu lalu, pasien-pasien DM dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut.

A. Kelompok I

Digolongkan dalam kelompok satu adalah mereka yang kadar glukosa darahnya terkontrol dengan perencanaan makanan dan olahraga saja. Dalam kelompok itu tidak bermasalah untuk melakukan puasa di bulan Ramadhan.

B. Kelompok II

Masuk dalam kelompok II adalah pasien-pasien DM yang untuk mengontrol gula darah, selain diet dan berolahraga, juga memerlukan obat penurun gula darah dengan dosis tunggal dan kecil. Kelompok itu dapat dibagi atas dua bagian, yaitu sebagai berikut:
a. membutuhkan dosis tunggal dan kecil atau
b. membutuhkan dosis yang lebih tinggi dan terbagi.

Bagi mereka yang termasuk golongan II, pasien dapat melakukan ibadah puasa dengan melakukan perubahan dalam perencanaan makanan, aktivitas fisik dan pengobatan. Dalam hal itu tentu pemilihan obat yang hanya sekali sehari sangat dianjurkan. Konsultasikan dengan dokter Anda mengenai hal tersebut.

C. Kelompok III

Masuk dalam kelompok III adalah mereka yang membutuhkan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darahnya. Tidak disarankan pasien kelompok III untuk melakukan puasa.






Penderita diabetes, yang bergantung pada insulin, biasanya dianjurkan untuk tidak berpuasa. Ini untuk menghindari komplikasi akibat berpuasa dan terapi insulin, seperti hipoglikemia.

MELAKUKAN puasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Seseorang akan dibebaskan dari kewajiban melakukan puasa bila menderita penyakit berat, dan dapat memburuk jika mereka berpuasa. Penderita diabetes masuk kategori ini. Tenaga medis profesional di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim hampir selaIu menghadapi kesulitan menasehati pasien berkenaan dengan puasa. Jika pasien memutuskan untuk melakukan puasa, paling mereka merekomendasikan pola makan dan regimen obat yang harus diikuti.
Penderita diabetes melitus. yang bergantung pada insulin, biasanya dianjurkan untuk tidak berpuasa guna menghindari komplikasi akibat menahan lapar dan haus dan terapi insulin, seperti hipoglikemia atau diabetik ketoasidosis (DKA). Toh, beberapa pasien tetap bersikeras melakukan puasa, sekali pun secara medis akan menempatkan diri mereka dalam bahaya. Pertimbangan boleh atau tidak bolehnya pasien diabetes melitus melakukan puasa didasarkan untuk menghadirkan kompilkasi yang mungkin terjadi.
Karbohidrat Orang Sehat

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dampak puasa jangka pendek terhadap metabolisme karbohidrat adalah penurunan glukosa serum menjadi 3,3 mmol sampai 3,Y mmol (60 mg/dI sampai 70 mg/dl) pada orang dewasa normal beberapa jam setelah puasa dimulai. Penurunan glukosa serum berhenti akibat meningkatnya glukoneogenesis di liver, itu terjadi karena penurunan konsentrasi insulin, dan meningkatnya glukagun dan aktivitas simpatetik.

Pada anak berumur 1 tahun sampai 9 tahun, berpuasa selama 24 jam telah menyebabkan penurunan glukosa darah menjadi setengah kadar baseline untuk anak normal pada kelompok umur tersebut.

Glukosa darah pada 32% anak-anak ini telah jatuh menjadi 40 mg/dl. Beberapa penelitian menunjukkan etek puasa Ramadhan pada glukosa serum. Sebuah penelitian menunjukkan sedikit penurunan glukosa serum pada beberapa hari pertama Ramadhan. Level glukusa serum terendah pada penelitian ini adalah 63mg/dl. Penelitian lain menunjukkan peningkatan sedang atau variasi konsentrasi glukosa serum, tetapi semuanya jatuh dalam batas fisiologik. Dan penelitian sebelumnya, seseorang dapat berasumsi bahwa persediaan glikogen, serta beberapa derajat glukoneo genesis, menjaga batas normal glukosa serum saat puasa dilakukan setelah makan sahur besar-besaran. Sedikit peningkatan dalam glukosa serum dapat terjadi pada individu yang bergantung pada kebiasan makan dan perbedaan individu dalam metabolisme dan regulasi energi.rat selama berpuasa.

Beberapa laporan mengungkapkan terjadi penurunan berat badan pada individu normal sebesar 1.7 kg, 1.8 kg, 2.0 kg, dan 3.8 kg setelah berpuasa penuh pada bulan Ramadhan. Hasi I tersebut tidak sama pada setiap orang. Pada suatu penelitian dengan melibatkan subyek wanita menunjukkan tidak adanya penurunan berat badan. Ada laporan mengatakan bahwa orang dongan kelebihan bobot tubuh mengalami penurunan berat lebih besar dibandingkan mereka yang normal atau kurus.

Suatu tinjauan kepustakaan menunjukkan kontroversi mengenai perubahan berat badan pada pasien diabetes selama Ramadhan. Satu kelompok menunjukkan tidak adanya perubahan atau penurunan berat badan. Pada sisi lain, banyak penderita diabetes mengurangi aktivitas selama berpuasa untuk menghindari komplikasi hipoglikemia. Ini tidak akan mengakibatkan berkurangnya berat badan, tetapi malah bertambah.
Glukosa Darah Posien Diabetes

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan perubahan signifikan dalam kontrol glukosa darah mereka. Pada beberapa pasien, konsentrasi glukosa serum dapat naik atau turun. Variasi ini dapat diakibatkan oleh jumlah atau tipe konsumsi makanan, keteraturan minum obat, makan berlebihan saat berbuka, atau berkurangnya aktivitas fisik. Pada banyak kasus, tidak nampak komplikasi akut terjadi pada pasien yang berada di bawah penanganan medis, dan hanya beberapa kasus biokimia hipoglikemia yang tanpa disertai bahaya klinis dilaporkan terjadi.
Parameter Lain

Secara umum, nilai HbA1C menunjukan tidak ada perubahan atau bahkan perkembangan selama Ramadhan. Hanya dua penelitian yang menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin glikated, Meski begitu, suatu laporan memberikan penekanan nilai yang sama pada pasien berpuasa dan tidak berpuasa, serta pada pasien yang level HbA1C-nya kembali ke level awal setelah bulan Ramadhan. Jumlah fruktosamin, insulin, C-peptide juga dilaporkan tidak memiliki perbedaan signifikan sebelum dan selama berpuasa Ramadhan.
Serum Lipid Selama Puasa

Jumlah konsumsi energi (kalori) pada beberapa penelitian dilaporkan mengalami penurunan. Pada beberapa literatur, kebanyakan penderita Non-insulin dependent diabetes meilitus (MID DM, diabetes tipe 11) dan insulin dependent diabetes mellitus (IDDM, diabetes tipe 1) tidak memperlihatkan adanya perubahan atau penurunan pada Jumlah total konsentrasi kolesterol dan trigliserida.

Peningkatan konsentrasi total kolesterol selama Ramadhan jarang terjadi pada orang sehat. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan kolesterol high-density-Iipoprotein (HDL) pada penderita diabetes selama Ramadhan. Sebuah penelitian melaporkan peningkatan kolesterol low-density-lipoprotein (LDL) dan penurunan kolesterol HDL. Sampai ada standarisasi pada tiga faktor dasar dalam penelitian diabetes di bulan Ramadhan-tiga regimen obat segitiga D, kontro! diet, dan aktivitas sehari-hari. Manfaat atau bahaya dan puasa di bulan Ramadan terhadap serum lipid penderita diabetes masih belum jelas.


Parameter Biologis

Nilai serum kreatinin, asam uria, nitrogen urea darah, protein, albumin, alanine amino-transferase, aspartate amino-transferase tidak menunjukkan perubahan signifikan selama berpuasa. Sedikit peningkatan tidak penting pada beberapa parameter biologis mungkin disebabkan oleh dehidrasi dan adaptasi metabolik dan tidak memiliki penanda klinis.
Panduan puasa penderita diabetes

Selama dua dekade terakhir, pemahaman lebih baik terhadap perubahan patopsikologi selama puasa bulan Ramadhan pada penderita diabetes telah memberikan beberapa panduan tentang bagaimana menasehati penderita diabetes yang ingin burpuasa. Dokter yang bekerja dengan penderita diabetes Muslim harus rnenggunakan kriteria berikut dalam menasehati pasien:
Puasa berbahaya bagi:

  • Semua penderila diabetes tipe 1 yang rentan
  • Pasien diabetes tipe I atau 2 yang tidak terkontrol.
  • Penderita diabetes yang sering melanggar anjuran penggunaan regimen obat diet dan aktivitas harian.
  • Penderita diabetes dengan komplikasi serius, seperti angina yang tidak stabil atau hipertensi yang tidak terkontrol.
  • Pasien dengan sejarah ketoasidodid diabetik.
  • Penderita diabetes yang sedang hamil.
  • Penderita diabetes dengan infeksi inter-current.
  • Penderita diabetes usia lanjut dengan masalah konsentrasi.
  • Mengalami serangan hipoglisemia dan atau hiperglisemin dua kali atau lebih selama bullanill an Ramadan.

Puasa diperbolehkan bagi:

  • Pasien yang tidak termasuk dalam kriteria di atas.
  • Pasien yang menerirna saran medis.
  • Dasar pertimbangan untuk memperbolehkan seorang penderita diabetes berpuasa, antara lain:
  1. Penililian keadaan fisik
  2. Penilaian kontrol metabolik
  3. Penyesuaian prosedur diet untuk berpuasa di bulan Ramadhan.
  4. Penyesuaian regimen obat seperti mengganti obat hipoglisemi aksi panjang menjadi aksi pendek untuk mencegah hipoglisemia.
  5. Anjuran untuk terus melakukan aktivitas fisik yang baik.
  6. Pengidentifikasian gejala-gejala penanda dehidrasi, hipoglisemia, dan komplikasi lain yang mungkin timbul.
Puasa dianjurkan bagi:

Semua pasien NIDDM yang mengalami berat badan berlebihan (kecuali ibu hamil dan menyusui) yang diabetesnya stabil dengan berat badan 20% di atas berat ideal atau indek massa tubuh (berat badan, kg/tinggi badan, meter persegi) lebih dari 28.

Rekomendasi selama Ramadhan
  1. Nutrisi dan Puasa Ramadhan. Kebiasaan diet buruk sebelum berpuasa dengan makan berlebihan, atau makan- makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak dapat menimbulkan hiperglisemia, dan bertambahnya berat badan. Ditekankan bahwa puasa Ramadhan hanya memberikan keuntungan bagi yang mempertahankan diet yang baik. Untuk mengoptimalkan kontrol, penderita diabetes harus diingatkan agar menghindari makanan kalori tinggi dan makanan siap saji selama bulan Ramadhan.
  2. Aktivitas Fisik. Beberapa penelitian menunjukkan latihan ringan dan sedang selama Ramadhan tidak berbahaya bagi penderita NIDDM. Penelitian menunjukkan bahwa berpuasa tidak mengganggu toleransi terhadap latihan fisik. Harus ditekankan pada penderita diabetes bahwa sangat penting untuk melanjutkan aktivitas fisik rutin mereka, terutama selama masa tidak berpuasa.
  3. Regimen Obat Penderita IDDM. Beberapa dokter berpengalaman menyimpulkan bahwa berpuasa di bulan Ramadhan aman bagi penderita IDDM bila disertai kontrol diri sendiri dan pengawasan oleh ahli yang baik. Sangat penting menyesuaikan regimen insulin untuk mendapatkan kontrol IDDM yang baik selama puasa Ramadhan. Ada dua metode terapi insulin yang berhasil diuji: 1) Tiga dosis regimen insulin. Dua dosis insulin lepas lambat sebelum makan (subuh dan magrib) dan satu dosis insulin lepas sedang pada malam hari. 2) Dua dosis regimen insulin. Insulin di sore hari dikombinasikan dengan insulin lepas lambat dan lepas sedang yang setara dengan dosis pagi hari, dan dosis insulin saat sahur menggunakan dosis umum 0,1-0,2 unit/kg. Monitoring gula darah harus dilakukan sebelum berbuka puasa, dan tiga jam sesudahnya. Hal ini juga harus dilakukan sebelum makan sahur untuk menyesuaikan dosis insulin dan mencegah timbulnya hipoglisemia dan hiperglisemia post-prandial setelah makan berlebihan. Setelah Ramadan berakhir, regimen terapi penderita diabetes harus dikembalikan seperti biasa. Penderita juga harus mendapatkan pendidikan menyeluruh mengenai efek puasa.
  4. Regimen Obat Penderita NIDDM. Laporan menunjukkan tidak ditemukan masalah pada penderita NIDDM, yang berat badan berlebihan untuk menjalani puasa. Dengan perubahan yang sesuai pada dosis agen hipoglisemik, risiko hipoglisemia dan hiperglisemia tidak tinggi. Para peneliti menyarankan penderita diabetes NIDDM yang berpuasa mengganti dosis pagi hari dan siang dengan dosis pada saat malam hari.
  5. Petunjuk Menuninluin Komplikasi: 1) Memberikan bagaimana penerapan segitiga 3D-penyeslesaian regimen obat, kontrol diet dan aktivitas harian adalah tiga dasar keberhasilan pelaksanaan puasa di bulan Ramadan. 2) Memberikan penatalaksanaan penderita diabetes di rumah, antara lain: Monitoring gula darah, terutama bagi penderila IDDM, seperti disebutkan di atas, Memeriksa urin untuk aseton (penderita IDDM). Mengukur berat badan harian dan memberitahu dokter bila terjadi penurunan berat badan (dehidrasi, konsumsi makanan yang sedikit, poliurea) atau penambahan berat badan (konsumsi kalori yang berlebihan) lebih dari 2 kg. Mencatat konsumsi makanan harian (pencegahan konsumsi energi yang berlebihan atau kedikitan. 3) Memberikan pendidikan mengenai tanda-tanda dehidrasi, hipoglisemia, dan hiperglisemia. 4) Memberikan pendidikan mengenai berbuka puasa secepat mungkin timbulnya komplikasi atau kondisi berbahaya. 5) Memberikan pertolongan medis secepatnya bagi penderita diabetes, yang membutuhkan hantuan medis, daripada menunggu esok hari. 6) Memberikan perhatian khusus pada puasa di saat musim panas dan daerah geografis dengan masa berpuasa yang lama.

Anak-onak Penderita IDDM
Tidak disarankan anak-anak penderita IDDM berpuasa. Beberapa penelitian menunjukan bahwa berpuasa aman bagi penderita diabetes remaja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa puasa di bulan Ramadan dapat dilakukan oleh anak-anak yang sudah menderila diabetes untuk jangka waktu lama, Dapat disimpulkan bahwa berpuasa tidak mengubah kontrol metabolis jangka pendek, Dan, berpuasa hanya boleh disarankan pada anak-anak dengan kontrol glisemik yang baik dan monitoring gula darah rutin di rumah.


Penelitian Penderita Diabetes

Dari sudut metodologi, hanya sedikit penelitian mengenai puasa di bulan Ramadan yang relevan, karena tidak ada waktu kontrol sebelum dan sesudah Ramadan, tidak adanya pengukuran setiap minggu di bulan Ramadan, kurangnya perhatian terhadap kebiasaan makan, komposisi makanan, nilai makanan, kontrol kalori, perubahan berat badan, dan pentingnya jadwal selama masa sirkadian.

Disarankan semua itu dipertimbangkan dan semua variabel yang mengganggu dan membingungkan di kontrol. Sangat jelas bahwa penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam hal puasa di bulan Ramadan untuk menentukan perubahan psikologi dan patologi dengan menggunakan metode penelitian yang baik.

Berpuasa sepanjang Ramadan biasanya disarankan bagi Muslim yang sehat. Tetapi, banyak penderita diabetes yang diizinkan untuk berpuasa selama Ramadan. Besarnya efek puasa pada gula darah dan glikagon hepatik tergantung pada berapa sering berpuasa, dan hal ini harus dipertimbangkan oleh semua aktivitas penelitian berpuasa Ramadan.

Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa berpuasa di bulan Ramadan aman bagi kebanyakan penderita diabetes bila disertai pengetahuan yang baik dan control diabetes yang baik pula. Kebanyakan penderita NTDDM dapat berpuasa dengan aman.

Beberapa penderita IDDM yang memaksa berpuasa juga dapat melakukannya dengan aman asal disertai pengawasan yang ketal. Perhatian ketat pada kontrol diet, aktivitas harian, dan regimen obat sangat penting bagi keberhasilan berpuasa.

Untuk memperjelas perubahan patopsikologi dalam Ramadan, terutama pada Muslim penderita diabetes, disarankan untuk mengadakan penelitian klinis terkontrol multisenter internasional untuk meneliti efek perbedaan gender, ras, aktivitas fisik, kebiasaan makan, pola tidur, dan faktor penting lainnya terhadap kondisi psikologi dan patologi selama berpuasa. (Ethical Digest, No.8, Thn II, Oktober 2004, Halaman 30)


jazakumullah