vrijdag, april 25, 2008

Ikhlas

AHLAN WA SAHLAN


EUROMOSLEM ONLINE tahun ke sembilan no. 375.
Media Dakwah PPME AMSTERDAM. Terbit Setiap Hari Jum’at

(1)


Definisi IkhlasDitinjau dari segi etimologi, ikhlas berarti memurnikan sesuatu dan membebaskannya dari selainnya. Sesuatu disebut ikhlas apabila terbebas dari kotoran, aib dan tidak bercampur dengan sesuatu apapun. Sehingga ikhlas berarti perbuatan yang terbebas dari kotoran atau campuran. Pengertian yang pertama sebagaimana firman Allah ta'ala:
{وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَناً خَالِصاً سَائِغاً لِلشَّارِبِينَ}
"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya." (QS. An-Nahl: 66).
Susu yang kholis (murni) adalah susu yang terbebas dari darah dan tahi serta segala sesuatu yang dapat mengotori dan mengurangi kemurniannya. Semakna dengan pengertian ini adalah firman Allah ta'ala:
{قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ, لا شَرِيكَ لَهُ}
"Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An?am: 162)
Adapun secara terminologi, ikhlas berarti memurnikan dan membebaskan seluruh amalan peribadatan dari segala bentuk kotoran yang dapat merusak kemurniannya dan menodai keikhlasan kepada Allah ta'ala, sehingga amalan tersebut hanya ditujukan untuk mengharap pahala Allah ta'ala semata.
Kedudukan IkhlasIkhlas adalah tonggak keberhasilan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Kedudukan ikhlas bagi suatu amalan layaknya fondasi sebuah bangunan, laksana ruh bagi jasad. Suatu bangunan tidak akan mampu berdiri kokoh dan berfungsi kecuali dengan memperkuat fondasi dan menghilangkan segala cacat yang menempel pada bangunan tersebut, maka demikian pulalah suatu amalan yang tidak disertai keikhlasan laksana bangunan yang goyah. Kelangsungan hidup suatu jasad sangat bergantung kepada ruh, demikian pula dengan kelangsungan hidup suatu amalan -yang dilakukan demi memperoleh balasan-Nya-, sangat bergantung pada keikhlasan dalam amalan tersebut. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah ta'ala dalam kitab-Nya yang mulia:
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ, وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Maka Apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim." (QS. At-Taubah: 109)
Allah ta'ala telah menjadikan seluruh amalan orang-orang kafir sia-sia dan tidak bernilai sama sekali, karena amalan tersebut kosong dari unsur tauhid dan ikhlas kepada-Nya. Allah ta'ala berfirman:
{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُوراً}
"Dan Kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al-Furqaan: 23)
Ikhlas merupakan salah satu fondasi tegaknya agama Islam di samping fondasi lainnya, yaitu menjadikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai satu-satunya suri tauladan. Oleh karenanya, Fudhail ibn 'Iyadh ketika menafsirkan maksud dari firman Allah أَحْسَنُ عَمَلاً yang terdapat dalam surat Al-Mulk ayat 2, beliau berkata, أخلصه وأصوبه, maksudnya adalah yang paling ikhlas dan yang paling benar. Kemudian para sahabatnya bertanya pada beliau, "Wahai Abu 'Ali apakah yang dimaksud dengan paling ikhlas dan paling benar?". Maka beliau berkata, "Sesungguhnya suatu amalan walaupun dikerjakan dengan ikhlas namun tidak benar maka tidak akan diterima oleh Allah. Begitu pula sebaliknya, apabila amalan tersebut dikerjakan dengan benar namun tidak ikhlas, maka tidak akan diterima pula. Maksud ikhlas adalah, hendaknya amalan itu ditujukan hanya kepada Allah semata dan yang dimaksud dengan benar adalah amalan itu sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Pensyarah kitab Aqidah Thahawiyah berkata: "Ada dua jenis tauhid, yang dengan melaksanakan keduanya seseorang mampu selamat dari adzab Allah, yaitu mentauhidkan Allah subhanahu wa ta'ala dan memurnikan ittiba' kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendaknya dijadikan sebagai satu-satunya panutan dalam berhukum, ketaatan dan ketundukan, sebagaimana Allah harus diesakan dalam segala bentuk peribadatan, ketundukan, penghinaan diri, tawakkal dan inabah (taubat)".
Tempat Bernaungnya KeikhlasanIkhlas bernaung di dalam hati, karena hati adalah bentengnya dan keikhlasan bersemayam di dalamnya. Jika kondisi hati baik, shalih, dan hanya ditempati keikhlasan maka amalan anggota badan menjadi baik pula. Demikian pula sebaliknya, apabila hati ini rusak karena dihinggapi oleh riya', keinginan untuk mendapatkan sanjungan dan pujian manusia, serta ingin memperoleh keuntungan dari sisi mereka, maka seluruh amalan badaniahnya akan dikerahkan untuk memperoleh segala tujuan hina tersebut. Kondisi ini sangat jelas digambarkan dan diterangkan dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:
"ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله, وإذا فسدت فسد الجسد كله, ألا وهي القلب"
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging. Apabila dia baik, maka seluruh jasad akan menjadi baik pula, dan jika dia rusak, maka seluruh jasad akan rusak pula. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (HR. Bukhari 1/90, Muslim 8/290).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga telah menjelaskan bahwa amalan anggota badan akan mengikuti apa yang ada di dalam hati:
إنما الأعمال بالنيات, وإنما لكل امرىء ما نوى, فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله, ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه.
"Sesungguhnya seluruh amalan itu bergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya menuju keridhaan Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa yang berhijrah karena mencari dunia atau karena ingin menikahi seorang wanita, maka hijrahnya tersebut kepada apa yang dia tuju." (HR. Bukhari 1/3 dan Muslim 10/14).
Ikhlas Dituntut dalam Seluruh AktivitasIkhlas sangat dituntut dalam shalat, zakat, puasa, jihad, amar ma'ruf, nahi munkar, dan seluruh perkara yang disyari'atkan oleh Allah, oleh karena itu dalam menunaikan segala kewajiban syari'at, seseorang wajib untuk melaksanakan perintah Allah dengan disertai rasa takut terhadap siksa-Nya dan disertai rasa tamak untuk memperoleh pahala-Nya.Ikhlas juga dituntut dalam segala aktivitas yang dikerjakan oleh manusia, baik dia seorang buruh, penasihat, orang yang diberi amanat, pegawai, guru atau seorang pelajar. Terkait dengan menuntut ilmu, rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan pahala yang akan diperoleh seorang penuntut ilmu yang ikhlas dan juga apa yang akan diperolehnya jika dia melakukan aktivitasnya tanpa disertai keikhlasan. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة" رواه مسلم عن أبي هريرة رضي الله عنه,
"Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu syar'i, maka Allah memudahkan baginya untuk menempuh jalan ke surga." (HR. Muslim 13/212 dari Abu Hurairah).
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:
إن أول الناس يقضى يوم القيامة عليه رجل استشهد فأتي به فعرّفه نعمه فعرفها, فقال: "ما عملت فيها؟" قال: "قاتلت فيك حتى استشهدت", قال: "كذبت؛ ولكنك قاتلت ليقال: جريء, فقد قيل", ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار, ورجل تعلم العلم وعلمه وقرأ القرآن فأتي به فعرّفه نعمه فعرفها فقال: "ما علمت؟" قال تعلمت العلم وعلمته وقرأت القرآن فيك" قال: "كذبت؛ ولكنك تعلمت ليقال: عالم وقرأت ليقال: قارىء, فقد قيل, ثم أمر به فسحب وجهه حتى ألقي على النار" الحديث.
"Manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak adalah seorang yang mati syahid, dia didatangkan ke hadapan Allah dan disebutkan berbagai nikmat yang diberikan padanya dan dia pun mengakuinya. Lalu Allah berkata, "Engkau gunakan untuk apa nikmat tersebut?", ia menjawab, "Aku gunakan untuk berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid". Allah berkata, "Engkau dusta, sebenarnya engkau berperang agar disebut seorang pemberani, dan sungguh engkau telah mendapatkan julukan tersebut". Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan wajah tersungkur lalu dilemparkan ke neraka. Kedua, adalah seorang yang menuntut ilmu syar'i, mengajarkannya dan membaca Al-Qur'an. Dia dibawa ke hadapan Allah, kemudian disebutkan segala nikmat yang diberikan padanya dan dia pun mengakuinya. Lalu Allah bertanya padanya, "Untuk apakah engkau gunakan segala nikmat tersebut?". Dia pun menjawab, "Aku mempelajari ilmu syar'i, mengajarkannya dan membaca Al-Qur'an ikhlas demi Engkau semata". Allah berkata, "Engkau dusta, engkau melakukannya hanya agar disebut seorang yang alim, dan engkau membaca Al-Qur?an agar disebut sebagai seorang qari' dan sungguh engkau telah dijuluki demikian di dunia". Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan wajah tersungkur lalu dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Muslim 10/9).
Diriwayatkan tatkala hadits ini disampaikan kepada Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu, beliau menangis hingga membuatnya pingsan. Ketika beliau telah siuman, beliau berkata, "Sungguh benar Allah dan rasul-Nya, karena Allah ta'ala berfirman:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ}
"Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan." (QS. Huud:15).
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:

"لا تعلّموا العلم لثلاث؛ لتماروا به السفهاء, ولتجادلوا به الفقهاء, أو لتصرفوا وجهة الناس إليكم, وابتغوا بقولكم وفعلكم ما عند الله فإنه يبقى ويذهب ما سواه"
"Jangan sampai tujuan kalian dalam menuntut ilmu adalah untuk membanggakan diri di depan orang awam, atau untuk mendebat para ulama, atau agar manusia tertarik padamu. Carilah balasan yang ada di sisi Allah dengan perkataan dan perbuatan kalian, karena segala sesuatu selainnya tidaklah kekal." (Sunan Ad Darimi, 1/288).
Bersambung

jazakumullah

Geen opmerkingen: