Marhaban Ya Ramadhan…, ungkapan itulah yang dikumandangkan umat Islam menyambut bulan suci Ramadhan. Sebulan lamanya umat Islam diwajibkan berpuasa. Saat ramadhan, lambung akan kosong lebih kurang selama 13 jam. Perubahan ini menyebabkan tubuh membutuhkan waktu 3-5 hari di minggu pertama Ramadhan untuk beradaptasi.
Nah jika kondisi seperti ini, bolehkan penderita diabetes melitus berpuasa? Diabetes mellitus atau kencing manis ialah kondisi di mana kadar gula darah lebih tinggi daripada biasanya/normal. Ini terjadi karena tubuh resisten terhadap insulin. Akibatnya glukosa yang masuk ke sel-sel terhambat. Penyakit ini diklaim sebagai penyakit seumur hidup dan silent killer (pembunuh darah dingin).
Kenali Gejala dan Jenis
Gejala seseorang menderita diabates mellitus, rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil dengan volume besar, merasa kecapean, penglihatan mulai mengabur (rabun ayam), berat badan menurun, hipoglikemi (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah), dan glaikosuria (urine manis). Ada empat jenis DM (diabetes mellitus). DM jenis pertama berkaitan dengan kadar insulin. Kadar insulin penderita DM jenis ini sangat rendah bahkan nyaris tidak ada. Sebab 90 % sel beta (sel penghasil insulin) mengalami kerusakan permanen. Kerusakan tersebut disebabkan inveksi virus dan gizi pada penderita.
Penderita bergantung pada suntikan insulin sintetik. Umumnya penderita berumur di bawah 30 tahun (anak-anak dan remaja). DM jenis kedua penderita tetap menghasilkan insulin, namun kadarnya lebih tinggi dari normalnya. Penderita dibuat malas melakukan aktivitas fisik dan berolahraga. Ini banyak ditemui pada wanita penderita obesitas sentral (kegemukan pada perut). Dan DM ini bersifat menurun.Pada DM jenis ketiga disebut diabetes kistasional—terjadi pada wanita saat hamil. Akibatnya tumbuh kembang bayi abnormal (tidak normal). Pasalnya kadar insulin bayi cukup tinggi di atas normal, sehingga persalinan dilakukan dengan jalan operasi. Sementara itu DM jenis keempat penyebab inheren dengan obat-obatan atau suatu penyakit.
Awasi Terus
Jangan biarkan kadar gula darah terus meningkat. Sebab hal tersebut akan menimbulkan komplikasi seperti, penyakit jantung, serangan otak (lumpuh dan stroke), kerusakan pada pembuluh darah periperal, buta total, kerusakan ginjal, serta kerusakan saraf lainnya dan impotensi. Penderita harus melakukan beberapa hal agar kadar gula tetap terkontrol yakni, konsultasi ke dokter gizi; untuk menghitung jumlah kalori; mengatur pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi; pantau terus kadar gula darah (kadar normal gula darah adalah kurang dari 110 mg/dl); minum obat sesuai dengan resep dokter serta seringlah berolahraga.
Kencing manis merupakan penyakit seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan. Bolehkah Berpuasa? Tidak ada larangan penderita diabtes mellitus dilarang berpuasa. Asalkan tetap mengontrol pola makanan secara terencana dan ditambah berolahraga. Bagi penderita diabetes mellitus yang membutuhkan obat-obatan sebaiknya periksakan kadar gula darah Anda dibarengi dengan perubahan pola makan, aktivitas fisik, dan perubahan jadwal minum obat seperti dosis pagi diminum ketika berbuka sedangkan dosis sore diminum saat sahur.
Penderita yang membutuhkan suntikan insulin tidak diperbolehkan berpuasa agar kadar gula darah tetap terkontrol. Begitu juga dengan penderita diabetes mellitus komplikasi dengan gagal ginjal dan gagal jantung. Jangan biarkan penderita diabetes mellitus yang masih anak-anak berpuasa Bila penderita tampak gelisah, berkeringat dingin, bingung, gemetar, berdebar-debar, kesemutan pada lidah atau bibir dan penglihatan ganda, itu pertanda penderita mengalami hipoglikemi segeralah berbuka (batalkan). Jika puasanya tetap diteruskan akibatnya penderita pingsan bahkan koma. Kondisi seperti ini perlu intervensi medis untuk menurunkan kadar gula penderita. (Rahmadanil)
jenis diabetes mellitus
Diabetes Mellitus
Penyakit kencing manis atau DM termasuk penyakit kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin (kuantitas/kualitas) baik oleh keturunan dan/atau didapat. Disebut kuantitas jika jumlah insulinnya yang berkurang, sedangkan kualitas jika insulinnya cukup atau berlebih tetapi tidak efektif. Hasil kekurangan itu bisa meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah secara berlebihan sehingga bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel dalam tubuh manusia, terutama pada pembuluh darah dan saraf.
Dua bentuk besar penyakit kencing manis yaitu sebagai berikut.
a. Diabetes tipe 1 yang dikenal sebagai Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau DMTI (Diabetes Melitus Tergantung Insulin)
b. Diabetes tipe 2 yang dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau DMTTI (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin).
Tipe DM yang lain misalnya Gestational Diabetes atau DM yang terjadi pada kehamilan dan DM yang disebabkan oleh rusaknya pankreas akibat kurang gizi atau Malnutrition Related DM (MRDM) yang di Indonesiakan sebagai Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM).
Gejala
Gejala penyakit kencing manis bisa berat, ringan, atau tidak bergejala sama sekali. Pada DM tipe 1 gejala klasiknya adalah sering kencing (poliuria), rasa haus (polidipsi), menjadi kurus dan sering kelelahan (capek).
Keluhan-keluhan itu bisa tidak begitu nyata pada DM tipe 2.
Kadangkala pada DM tipe 2, pasien datang berobat jika sudah terjadi komplikasi pada mata (katarak), keputihan, gagal ginjal, dan lain-lain. Pada keadaan itu perjalanan penyakitnya sudah cukup jauh. Oleh sebab itu, penting untuk selalu melakukan check up, terutama mereka yang dalam keluarga ada yang menderita kencing manis.
Keluhan lain yang juga bisa disebabkan oleh hal lain selain DM adalah sering kesemutan pada jari tangan dan kaki serta gairah seks menurun.
Diagnosis
Penyakit itu mudah diketahui dengan memeriksa kadar glukosa darah. Diagnosis diabetes mellitus dipastikan bila:
* kadar gula darah sewaktu adalah 200 mg/dl atau lebih ditambah gejala khas diabetes
* glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih pada 2 kali pemeriksaan pada saat berbeda
Bagaimana Mengobati Diabetes Melitus?
Adakalanya pada mereka yang mempunyai kadar gula darah tinggi, setelah melakukan perencanaan makanan (diet) dan peningkatan kegiatan jasmani, kadar gulanya menjadi normal dan terkontrol kembali. Memang benar demikian pengendalian awal penyakit kencing manis. Pasien tidak perlu buru-buru minum obat penurun gula darah jika dengan penurunan berat badan, pengendalian makanan maupun peningkatan kegiatan jasmani bisa menormalkan gula darahnya. Tentu hal itu perlu dibantu oleh ahlinya, seperti ahli gizi maupun pelatih kegiatan jasmani. Namun, sebagai patokan dasar, bisa disebutkan sebagai berikut.
1. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak sesuai kecukupan gizi baik sebagai berikut: karbohidrat 60-70 persen, protein 10-15 persen, dan lemak 20-25 persen.
2. Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama minimal 30 menit.
Obat-obatan
Obat penurun gula darah diperlukan jika kadar gula darah tidak bisa dikontrol dengan cara-cara di atas. Ada pelbagai macam jenis obat penurun gula darah. Dokter akan memulai dengan salah satu jenis di bawah ini, kemudian akan dikombinasi jika tidak berhasil. Sedangkan jenis-jenis obatnya adalah sebagai berikut.
1. Golongan Sulfonilurea
Obat itu bekerja dengan cara merangsang sel beta pankreas agar bisa memproduksi insulin lebih giat lagi. Umumnya menjadi pilihan utama bagi penyandang DM dengan berat badan yang normal.
2. Golongan Metformin/biguanid
Bekerja dengan mengurangi glukosa hati dan memperbaiki ambilan glukosa perifer. Itu digunakan terutama pada pasien-pasien yang kelebihan berat badan.
3. Golongan Inhibitor glukosidase alfa
Aksinya adalah menghambat penyerapan glukosa usus, dan digunakan bagi mereka yang kadar glukosa puasanya masih normal
4. Golongan Insulin sensitizer
Cara kerja obat itu adalah meningkatkan sensitivitas sehingga bisa meningkatkan ambilan glukosa sel dan produksi glukosa di hati
5. Insulin, sampai saat ini insulin masih dalam bentuk suntikan meskipun ada bentuk insulin hirup yang berada dalam fase penelitian.
Penyandang DM dan Puasa
Pertanyaan yang hangat saat ini dalam bulan Ramadhan yaitu bolehkah penderita DM itu berpuasa?
Dalam keadaan puasa (tidak ada asupan kalori), untuk mempertahankan kadar glukosa darah terjadi pemecahan cadangan glukosa (glikogen) di hati.
Glikogen hati itu dapat menjadi sumber glukosa darah untuk kebutuhan otak selama 12-16 jam. Dengan demikian, puasa Ramadhan yang hanya sekitar 12 jam tersebut tidaklah terlalu mengganggu kesehatan pada orang sehat dan pada pasien DM yang kadar glukosa darahnya terkontrol (Gambar 1. Pengaturan sumber energi dalam keadaan makan dan puasa pada manusia)
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai efek puasa pada penderita DM, dapat disimpulkan bahwa berpuasa Ramadhan cukup aman bagi pasien DM dengan kadar glukosa darah cukup terkendali dan mengikuti petunjuk berpuasa. Yang dimaksud dengan kadar gula darah terkontrol adalah kadar gula darah puasa < 110 mg% dengan kadar glukosa dua jam setelah makan adalah < 160 mg%.
Untuk memudahkan dalam memilah-milah pasien DM yang akan mengikuti ibadah puasa, berdasarkan informasi dr Imam Subekti, beberapa waktu lalu, pasien-pasien DM dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut.
A. Kelompok I
Digolongkan dalam kelompok satu adalah mereka yang kadar glukosa darahnya terkontrol dengan perencanaan makanan dan olahraga saja. Dalam kelompok itu tidak bermasalah untuk melakukan puasa di bulan Ramadhan.
B. Kelompok II
Masuk dalam kelompok II adalah pasien-pasien DM yang untuk mengontrol gula darah, selain diet dan berolahraga, juga memerlukan obat penurun gula darah dengan dosis tunggal dan kecil. Kelompok itu dapat dibagi atas dua bagian, yaitu sebagai berikut:
a. membutuhkan dosis tunggal dan kecil atau
b. membutuhkan dosis yang lebih tinggi dan terbagi.
Bagi mereka yang termasuk golongan II, pasien dapat melakukan ibadah puasa dengan melakukan perubahan dalam perencanaan makanan, aktivitas fisik dan pengobatan. Dalam hal itu tentu pemilihan obat yang hanya sekali sehari sangat dianjurkan. Konsultasikan dengan dokter Anda mengenai hal tersebut.
C. Kelompok III
Masuk dalam kelompok III adalah mereka yang membutuhkan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darahnya. Tidak disarankan pasien kelompok III untuk melakukan puasa.
| |
Penderita diabetes, yang bergantung pada insulin, biasanya dianjurkan untuk tidak berpuasa. Ini untuk menghindari komplikasi akibat berpuasa dan terapi insulin, seperti hipoglikemia. MELAKUKAN puasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Seseorang akan dibebaskan dari kewajiban melakukan puasa bila menderita penyakit berat, dan dapat memburuk jika mereka berpuasa. Penderita diabetes masuk kategori ini. Tenaga medis profesional di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim hampir selaIu menghadapi kesulitan menasehati pasien berkenaan dengan puasa. Jika pasien memutuskan untuk melakukan puasa, paling mereka merekomendasikan pola makan dan regimen obat yang harus diikuti. Penderita diabetes melitus. yang bergantung pada insulin, biasanya dianjurkan untuk tidak berpuasa guna menghindari komplikasi akibat menahan lapar dan haus dan terapi insulin, seperti hipoglikemia atau diabetik ketoasidosis (DKA). Toh, beberapa pasien tetap bersikeras melakukan puasa, sekali pun secara medis akan menempatkan diri mereka dalam bahaya. Pertimbangan boleh atau tidak bolehnya pasien diabetes melitus melakukan puasa didasarkan untuk menghadirkan kompilkasi yang mungkin terjadi. Karbohidrat Orang Sehat Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dampak puasa jangka pendek terhadap metabolisme karbohidrat adalah penurunan glukosa serum menjadi 3,3 mmol sampai 3,Y mmol (60 mg/dI sampai 70 mg/dl) pada orang dewasa normal beberapa jam setelah puasa dimulai. Penurunan glukosa serum berhenti akibat meningkatnya glukoneogenesis di liver, itu terjadi karena penurunan konsentrasi insulin, dan meningkatnya glukagun dan aktivitas simpatetik. Pada anak berumur 1 tahun sampai 9 tahun, berpuasa selama 24 jam telah menyebabkan penurunan glukosa darah menjadi setengah kadar baseline untuk anak normal pada kelompok umur tersebut. Glukosa darah pada 32% anak-anak ini telah jatuh menjadi 40 mg/dl. Beberapa penelitian menunjukkan etek puasa Ramadhan pada glukosa serum. Sebuah penelitian menunjukkan sedikit penurunan glukosa serum pada beberapa hari pertama Ramadhan. Level glukusa serum terendah pada penelitian ini adalah 63mg/dl. Penelitian lain menunjukkan peningkatan sedang atau variasi konsentrasi glukosa serum, tetapi semuanya jatuh dalam batas fisiologik. Dan penelitian sebelumnya, seseorang dapat berasumsi bahwa persediaan glikogen, serta beberapa derajat glukoneo genesis, menjaga batas normal glukosa serum saat puasa dilakukan setelah makan sahur besar-besaran. Sedikit peningkatan dalam glukosa serum dapat terjadi pada individu yang bergantung pada kebiasan makan dan perbedaan individu dalam metabolisme dan regulasi energi.rat selama berpuasa. Beberapa laporan mengungkapkan terjadi penurunan berat badan pada individu normal sebesar 1.7 kg, 1.8 kg, 2.0 kg, dan 3.8 kg setelah berpuasa penuh pada bulan Ramadhan. Hasi I tersebut tidak sama pada setiap orang. Pada suatu penelitian dengan melibatkan subyek wanita menunjukkan tidak adanya penurunan berat badan. Ada laporan mengatakan bahwa orang dongan kelebihan bobot tubuh mengalami penurunan berat lebih besar dibandingkan mereka yang normal atau kurus. Suatu tinjauan kepustakaan menunjukkan kontroversi mengenai perubahan berat badan pada pasien diabetes selama Ramadhan. Satu kelompok menunjukkan tidak adanya perubahan atau penurunan berat badan. Pada sisi lain, banyak penderita diabetes mengurangi aktivitas selama berpuasa untuk menghindari komplikasi hipoglikemia. Ini tidak akan mengakibatkan berkurangnya berat badan, tetapi malah bertambah. Glukosa Darah Posien Diabetes Kebanyakan pasien tidak menunjukkan perubahan signifikan dalam kontrol glukosa darah mereka. Pada beberapa pasien, konsentrasi glukosa serum dapat naik atau turun. Variasi ini dapat diakibatkan oleh jumlah atau tipe konsumsi makanan, keteraturan minum obat, makan berlebihan saat berbuka, atau berkurangnya aktivitas fisik. Pada banyak kasus, tidak nampak komplikasi akut terjadi pada pasien yang berada di bawah penanganan medis, dan hanya beberapa kasus biokimia hipoglikemia yang tanpa disertai bahaya klinis dilaporkan terjadi. Parameter Lain Secara umum, nilai HbA1C menunjukan tidak ada perubahan atau bahkan perkembangan selama Ramadhan. Hanya dua penelitian yang menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin glikated, Meski begitu, suatu laporan memberikan penekanan nilai yang sama pada pasien berpuasa dan tidak berpuasa, serta pada pasien yang level HbA1C-nya kembali ke level awal setelah bulan Ramadhan. Jumlah fruktosamin, insulin, C-peptide juga dilaporkan tidak memiliki perbedaan signifikan sebelum dan selama berpuasa Ramadhan. Serum Lipid Selama Puasa Jumlah konsumsi energi (kalori) pada beberapa penelitian dilaporkan mengalami penurunan. Pada beberapa literatur, kebanyakan penderita Non-insulin dependent diabetes meilitus (MID DM, diabetes tipe 11) dan insulin dependent diabetes mellitus (IDDM, diabetes tipe 1) tidak memperlihatkan adanya perubahan atau penurunan pada Jumlah total konsentrasi kolesterol dan trigliserida. Peningkatan konsentrasi total kolesterol selama Ramadhan jarang terjadi pada orang sehat. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan kolesterol high-density-Iipoprotein (HDL) pada penderita diabetes selama Ramadhan. Sebuah penelitian melaporkan peningkatan kolesterol low-density-lipoprotein (LDL) dan penurunan kolesterol HDL. Sampai ada standarisasi pada tiga faktor dasar dalam penelitian diabetes di bulan Ramadhan-tiga regimen obat segitiga D, kontro! diet, dan aktivitas sehari-hari. Manfaat atau bahaya dan puasa di bulan Ramadan terhadap serum lipid penderita diabetes masih belum jelas. Parameter Biologis Nilai serum kreatinin, asam uria, nitrogen urea darah, protein, albumin, alanine amino-transferase, aspartate amino-transferase tidak menunjukkan perubahan signifikan selama berpuasa. Sedikit peningkatan tidak penting pada beberapa parameter biologis mungkin disebabkan oleh dehidrasi dan adaptasi metabolik dan tidak memiliki penanda klinis. Panduan puasa penderita diabetes Selama dua dekade terakhir, pemahaman lebih baik terhadap perubahan patopsikologi selama puasa bulan Ramadhan pada penderita diabetes telah memberikan beberapa panduan tentang bagaimana menasehati penderita diabetes yang ingin burpuasa. Dokter yang bekerja dengan penderita diabetes Muslim harus rnenggunakan kriteria berikut dalam menasehati pasien: Puasa berbahaya bagi:
Puasa diperbolehkan bagi:
Puasa dianjurkan bagi: Semua pasien NIDDM yang mengalami berat badan berlebihan (kecuali ibu hamil dan menyusui) yang diabetesnya stabil dengan berat badan 20% di atas berat ideal atau indek massa tubuh (berat badan, kg/tinggi badan, meter persegi) lebih dari 28. Rekomendasi selama Ramadhan
Anak-onak Penderita IDDM Tidak disarankan anak-anak penderita IDDM berpuasa. Beberapa penelitian menunjukan bahwa berpuasa aman bagi penderita diabetes remaja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa puasa di bulan Ramadan dapat dilakukan oleh anak-anak yang sudah menderila diabetes untuk jangka waktu lama, Dapat disimpulkan bahwa berpuasa tidak mengubah kontrol metabolis jangka pendek, Dan, berpuasa hanya boleh disarankan pada anak-anak dengan kontrol glisemik yang baik dan monitoring gula darah rutin di rumah. Penelitian Penderita Diabetes Dari sudut metodologi, hanya sedikit penelitian mengenai puasa di bulan Ramadan yang relevan, karena tidak ada waktu kontrol sebelum dan sesudah Ramadan, tidak adanya pengukuran setiap minggu di bulan Ramadan, kurangnya perhatian terhadap kebiasaan makan, komposisi makanan, nilai makanan, kontrol kalori, perubahan berat badan, dan pentingnya jadwal selama masa sirkadian. Disarankan semua itu dipertimbangkan dan semua variabel yang mengganggu dan membingungkan di kontrol. Sangat jelas bahwa penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam hal puasa di bulan Ramadan untuk menentukan perubahan psikologi dan patologi dengan menggunakan metode penelitian yang baik. Berpuasa sepanjang Ramadan biasanya disarankan bagi Muslim yang sehat. Tetapi, banyak penderita diabetes yang diizinkan untuk berpuasa selama Ramadan. Besarnya efek puasa pada gula darah dan glikagon hepatik tergantung pada berapa sering berpuasa, dan hal ini harus dipertimbangkan oleh semua aktivitas penelitian berpuasa Ramadan. Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa berpuasa di bulan Ramadan aman bagi kebanyakan penderita diabetes bila disertai pengetahuan yang baik dan control diabetes yang baik pula. Kebanyakan penderita NTDDM dapat berpuasa dengan aman. Beberapa penderita IDDM yang memaksa berpuasa juga dapat melakukannya dengan aman asal disertai pengawasan yang ketal. Perhatian ketat pada kontrol diet, aktivitas harian, dan regimen obat sangat penting bagi keberhasilan berpuasa. Untuk memperjelas perubahan patopsikologi dalam Ramadan, terutama pada Muslim penderita diabetes, disarankan untuk mengadakan penelitian klinis terkontrol multisenter internasional untuk meneliti efek perbedaan gender, ras, aktivitas fisik, kebiasaan makan, pola tidur, dan faktor penting lainnya terhadap kondisi psikologi dan patologi selama berpuasa. (Ethical Digest, No.8, Thn II, Oktober 2004, Halaman 30) |
jazakumullah
1 opmerking:
top [url=http://www.001casino.com/]online casino[/url] hinder the latest [url=http://www.casinolasvegass.com/]casinolasvegass.com[/url] free no store reward at the leading [url=http://www.baywatchcasino.com/]free casino
[/url].
Een reactie posten