vrijdag, september 25, 2009

Taqdir Manusia

AHLAN WA SAHLAN
Bismillahirahmaanirrahiim,
Alhamdulillah. Washolatu ‘alaa rasulillahi wa ‘alaa alihii wa ash habihi waman tabi’ahum bi ihsaan ilaa yaumiddin. Amma Ba’du.
Anak adalah salah satu anugrah dan karunia yang diberikan Allah. Allah berfirman dalam Kitabullah:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya: Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [Q.S. Al Furqaan : 74]
Dan do’a Nabi Zakariya ‘alaihissalam :

َإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَل
artinya: “Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra,” [Q.S. Maryam: 5]

Maka jelaslah dari ayat-ayat tersebut bahwasannya anak merupakan karunia Allah Subhanahu wa ta’alaa. Yang mana Allah juga yang menentukan rizki anak tersebut, jodohnya, kelaminnya, dan juga matinya. Maka tidak sepantasnya manusia mencari-cari tahu jodohnya, kemudian juga khawatir terhadap rizkinya sehingga membunuh anak-anak mereka, kemudian juga dengan sombong mengatakan bahwa mereka tahu bagaimana caranya agar anak mereka lahir laki-laki ataupun lahir perempuan.

Hadis riwayat Anas bin Malik radhiyallahu’anhumRasululloh Shallallahu’alaihi wa salam bersabda: “Sesungguhnya Allah Taala mengutus seorang malaikat di dalam rahim. Malaikat itu berkata: Ya Tuhan! Masih berupa air mani. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal darah. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal daging. Manakala Allah sudah memutuskan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka malaikat akan berkata: Ya Tuhan! Diciptakan sebagai lelaki ataukah perempuan? Sengsara ataukah bahagia? Bagaimanakah rezekinya? Dan bagaimanakah ajalnya? Semua itu sudah ditentukan dalam perut ibunya.” (Shahih Muslim No.4785 dan juga diriwayatkan oleh Bukhari)
Dari hadits di atas adalah sebuah khabar kebenaran bahwa yang menentukan seorang anak itu laki-laki atau perempuan, sengsara atau bahagia, rezekinya berapa, ajalnya bagaimana segalanya telah ditentukan semenjak manusia dalam kandungan ibunya. Yang demikian itu adalah sebuah kuasa Allah, sebagaimana Ia adalah Dzat yang telah menaqdirkan setiap daun yang jauh ke bumi, dan juga Dzat yang telah menaqdirkan seseorang itu mendapatkan Khusnul Khatimah ataupun Su’ul Khatimah. Maha Suci Allah yang telah mengatur segalanya, yang memberikan keadilan bagi setiap makhluk-Nya.
Sebagaimana juga yang dijelaskan di dalam hadits Arbain Nawawi hadits ke empat, Imam Nawawi memberikan hadits:
عن أبي عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق " إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة
Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan: ’Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah(air mani), kemudian menjadi ‘alaqoh(segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghoh(segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapka atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Al Imam Ibnu Al Qayyim rahimahullah dalam Miftahu Dar sa’adah berkata:Dalam hadits ini Anda lihat beliau menyerahkan masalah penentuan jenis kelamin itu kepada kehendak Allah Subhanahu wata’alaa. Beliau menghubungkannya dengan masalah yang tidak dapat dipengaruhi oleh alam, yakni kesengsaraan dan kebahagiaan, serta rezeki dan ajal, dan malaikat tidak menuliskan apa yang dapat dipengaruhi oleh faktor alam.
Tidakkah Anda melihat Abdullah bin Salam hanya bertanya tentang kemiripan yang masih mungkin untuk dijawab, dan tidak bertanya tentang penentuan jenis kelamin, meskipun itu lebih dalam daripada sekedar kemiripan rupa. Wallahu a’lam. Kalau Rasulullah shallallahu’alaihi wa salam telah mengatakannya, berarti itulah informasi yang benar.
Bagaimanapun juga bukti-bukti ini mematahkan apa yang diklaim sebagian ilmuwan alam, bahwa ia tahu sebab-sebab janin menjadi lelaki atau wanita. Wallaahu a’lam
Selesai perkataan beliau.
Dalam masalah taqdir Syaikh Shalih Alu Syaikh di Syarah Arba’in An Nawawi memberikan penjelasan ada 4 bentuk penulisan taqdir:1. Taqdir saabiq, yaitu penulisan taqdir bagi seluruh makhluk di lauh mahfudz 50 ribu tahun sebelum penciptaan bumi dan langit.2. Taqdir umri, yaitu penulisan taqdir bagi janin ketika berusia 4 bulan.3. Taqdir sanawi, yaitu penulisan taqdir bagi seluruh makhluk setiap tahunnya pada malam lailatul qodr.4. Taqdir yaumi, yaitu penulisan terhadap setiap kejadian setiap harinya.Keempat macam penulisan taqdir tersebut memungkinkan terjadinya perubahan kecuali pada taqdir sabiq. Sebagaimana firman Allah: (Surat Ar-Ra’d: 39).
يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
artinya: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Umulkitab (Lohmahfuz).”
Taqdir Allah sama sekali bukan sebagai pemaksaan, Allah lebih tahu terhadap hambanya yang pantas mendapatkan kebaikan dan yang tidak.
Selesai perkataan beliau.
Kesimpulannya, segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah, bahkan juga termasuk anak yang berada di dalam kandungan. Nasib manusia sudah ditentukan, dan ini juga sebagai pembantah atas perkataan dukun dan peramal yang mengatakan nasib manusia itu bisa berubah atas kehendaknya sendiri. Memang benar nasib manusia bisa berubah atas kehendaknya sendiri, namun itu juga karena taqdir. Allah menjadikan seseorang nasibnya baik, nasibnya mujur atau biasa saja sejak dalam kandungan. Demikian pula matinya, baik berupa khusnul khatimah ataupun su’ul khatimah. Adapun orang-orang yang disesatkan maka mereka akan mengatakan hal-hal yang tidak diketahui, adapun orang-orang yang berilmu, mereka lebih cenderung diam untuk menjaga diri dari berkata tanpa ilmu.
Dan dari sini jelas juga sebagai bantahan bagi orang-orang yang mengatakan, mereka bisa memperkirakan bagaimana supaya bisa dapat anak laki-laki ataupun anak perempuan, sebagaimana adat istiadat tertentu yang bisa diketahui dengan membelah kelapa muda, atau dengan cara-cara tertentu. Atau yang sedikit lebih ilmiah lagi dengan mengambil hari sebelum haidh untuk mendapatkan anak laki-laki ataupun mengambil hari setelah haidh untuk mendapatkan anak perempuan atau sebaliknya untuk berhubungan dengan istri-istri mereka, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya,
Saat itu Tsaubah berada bersama Nabi shallallahu’alaihi wa salam:Tiba-tiba datanglah seorang pendeta Yahudi. la mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaika yaa Muhammad!” Serentak Tsaubah memukulnya. Hampir saja dia mati. “Kenapa kamu memukul saya?” tanyanya. Aku menjawab, “Mengapa tidak kamu panggil beliau Yaa Rasulullah?”“Kami hanya mau memanggilnya dengan menyebut nama yang diberikankeluarganya,” jawabnya.Mendengar ini, Rasulullah menyahut, “Namaku adalah Muhammad. Itulah namayang diberikan keluargaku.”“Aku datang untuk bertanya kepadamu,” katanya.Beliau balik bertanya, “Apakah jawabanku berguna bagimu?”Si Yahudi menjawab, “Akan aku dengar dengan telingaku.”“Tanyalah!” kata Rasulullah sambil menggariskan sebatang kayu yang beliau pegang ke tanah.“Di mana manusia pada hari kiamat?” tanyanya.Beliau menjawab, “Mereka berada di dalam kegelapan sebelum/zsr(jembatan).”Ia bertanya lagi, “Lalu siapa yang paling dahulu lewat?”Beliau menjawab, “Orang-orang Muhajirin yang miskin.”“Apa hadiah untuk mereka saat masuk surga?” tanyanya kemudian.Beliau menjawab, “Hati ikan besar.”Dia bertanya lagi, “Lalu apa makanan mereka setelah itu?”Beliau menjawab, “Untuk mereka disembelihkan sapi jantan surga yang makan dari tetumbuhan surga.”“Apa minuman mereka?” tanyanya.Jawab beliau, “Mata air yang disebut salsabila.”la berkata, “Engkau benar.” Kemudian lanjutnya, “Aku ke sini juga untuk menanyaimu tentang sesuatu yang hanya diketahui oleh Nabi atau satu orang atau dua orang saja.”Beliau bertanya, “Akankah bermanfaat bagimu apabila aku jawab?”“Aku akan dengar dengan telingaku,” katanya. “Aku datang untuk bertanya tentang anak.”Beliau bersabda, “Sperma lelaki berwarna putih, sedang punya wanita berwarna kuning. Apabila keduanya berkumpul, lalu mani lelaki mengungguli mani perempuan, maka anak itu lelaki dengan izin Allah Subhanahu wa ta’alaa. Dan, apabila mani wanita mengungguli mani lelaki, berarti anak itu perempuan dengan izin Allah Subhanallahu wa ta’alaa.”Si Yahudi berkata, “Ucapanmu sungguh benar, dan engkau benar-benar seorang Nabi.”
Tetaplah di dalam hadits tersebut rasululloh shallallahu’alaihi wa salam menjelaskan menyerahkan kepada Allah dengan berkata “dengan izin Allah”. Sebab banyak juga kasus yang mana telah berusaha sebagaimana yang beliau sabdakan, tapi tidak mendapatkan hasilnya. Segalanya telah ditentukan Allah dan Allah berkehendak atas segala yang Ia kehendaki. Dan manusia tidak bisa mengendalikan hal ini
Wallahu a’lam bishawab.












jazakumullah

Geen opmerkingen: