donderdag, februari 21, 2008

lanjutan syukur nikmat

AHLAN WA SAHLAN
SYUKUR

Kata "syukur" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Kataini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai:
(1)rasa terima kasih kepada Allah,
(2) untunglah (menyatakanlega, senang, dan sebagainya).

Pengertian kebahasaan ini tidak sepenuhnya sama denganpengertiannya menurut asal kata itu (etimologi) maupun menurutpenggunaan Al-Quran atau istilah keagamaan. Dalam Al-Quran kata "syukur" dengan berbagai bentuknyaditemukan sebanyak enam puluh empat kali. Ahmad Ibnu Farisdalam bukunya Maqayis Al-Lughah menyebutkan empat arti dasardari kata tersebut yaitu,

a. Pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh.
Hakikatnya adalah merasa ridha atau puas dengan sedikit sekalipun, karena itu bahasa menggunakan kata ini (syukur) untuk kuda yang gemuk namun hanya membutuhkan sedikit rumput. Peribahasa juga memperkenalkan ungkapan Asykar min barwaqah (Lebih bersyukur dari tumbuhan barwaqah). Barwaqah adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh subur, walau dengan awan mendung tanpa hujan.

b. Kepenuhan dan kelebatan. Pohon yang tumbuh subur dilukiskan dengan kalimat syakarat asy-syajarat.

c. Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit).

d. Pernikahan, atau alat kelamin.

Agaknya kedua makna terakhir ini dapat dikembalikan dasarpengertiannya kepada kedua makna terdahulu. Makna ketigasejalan dengan makna pertama yang mengambarkan kepuasan denganyang sedikit sekalipun, sedang makna keempat dengan maknakedua, karena dengan pernikahan (alat kelamin) dapatmelahirkan banyak anak.

Makna-makna dasar tersebut dapat juga diartikan sebagaipenyebab dan dampaknya, sehingga kata "syukur" mengisyaratkan"Siapa yang merasa puas dengan yang sedikit, maka ia akanmemperoleh banyak, lebat, dan subur."

Ar-Raghib Al-Isfahani salah seorang yang dikenal sebagai pakarbahasa Al-Quran menulis dalam Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran,bahwa kata "syukur" mengandung arti "gambaran dalam benaktentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan."
Kata ini--tulis Ar-Raghib-- menurut sementara ulama berasal dari kata"syakara"

yang berarti "membuka", sehingga ia merupakan lawandari kata "kafara" (kufur) yang berarti menutup --(salah satuartinya adalah) melupakan nikmat dan menutup-nutupinya.

Makna yang dikemukakan pakar di atas dapat diperkuat denganbeberapa ayat Al-Quran yang memperhadapkan kata syukur dengankata kufur, antara lain dalam

QS lbrahim (14): 7: Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.

Demikian juga dengan redaksi pengakuan Nabi Sulaiman yangdiabadikan Al-Quran: Ini adalah sebagian anugerah Tuhan-Ku, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur (QS An-Naml [27]: 40).

Hakikat syukur adalah "menampakkan nikmat," dan hakikatkekufuran adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antaralain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yangdikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat danpemberinya dengan lidah:
Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebut (QS Adh-Dhuha [93]: ll).

Nabi Muhammad Saw. pun bersabda,
Allah senang melihat bekas (bukti) nikmat-Nya dalam penampilan hamba-Nya (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi). Sementara ulama ketika menafsirkan firman Allah,

"Bersyukurlahkepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku"
(QSAl-Baqarah [2]: 152),
menjelaskan bahwa ayat ini mengandungperintah untuk mengingat Tuhan tanpa melupakannya, patuhkepada-Nya tanpa menodainya dengan kedurhakaan.

Syukur orangdemikian lahir dari keikhlasan kepada-Nya, dan karena itu,ketika setan menyatakan bahwa,
"Demi kemuliaan-Mu, Aku akanmenyesatkan mereka manusia) semuanya" (QS Shad [38]: 82),dilanjutkan dengan pernyataan pengecualian, yaitu, "kecualihamba-hamba-Mu yang mukhlash di antara mereka" (QS Shad [38]:83).

Dalam QS Al-A'raf (7): 17 Iblis menyatakan,
"Dan Engkautidak akan menemukan kebanyakan dari mereka {manusia)bersyukur."

Kalimat "tidak akan menemukan" di sini serupamaknanya dengan pengecualian di atas, sehingga itu berartibahwa orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yangmukhlish (tulus hatinya).
Dengan demikian syukur mencakup tiga sisi:
a. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah.
b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.
c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Uraian Al-Quran tentang syukur mencakup sekian banyak aspek.Berikut akan dikemukakan sebagian di antaranya.

SIAPA YANG HARUS DISYUKURI
Pada prinsipnya segala bentuk kesyukuran harus ditujukankepada Allah Swt. Al-Quran memerintahkan umat Islam untukbersyukur setelah menyebut beberapa nikmat-Nya, Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (QS Al-Baqarah [2]: 152).

Dalam QS Luqman (31): 12 dinyatakan: Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Luqman hikmah, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinya sendiri."

Namun demikian, walaupun kesyukuran harus ditujukan kepadaAllah, dan ucapan syukur yang diajarkan adalah "alhamdulillah"dalam arti "segala puji (hanya) tertuju kepada Allah," namunini bukan berarti bahwa kita dilarang bersyukur kepada merekayang menjadi perantara kehadiran nikmat Allah.

Al-Quran secarategas memerintahkan agar mensyukuri Allah dan mensyukuri keduaorang tua (yang menjadi perantara kehadiran kita di pentasdunia ini.)
Surat Luqman (31): 14 menjelaskan hal ini, yaitudengan firman-Nya:

Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu; hanya kepada-Kulah kembalimu.

Walaupun Al-Quran hanya menyebut kedua orangtua --selainAllah-- yang harus disyukuri, namun ini bukan berarti bahwaselain mereka tidak boleh disyukuri. Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka dia tidak mensyukuri Allah (Begitu bunyi suatu rtwayat yang disandarkan kepada Rasul Saw).

MANFAAT SYUKUR BUKAN UNTUK TUHAN

Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur kembalikepada orang yang bersyukur, sedang Allah Swt. sama sekalitidak memperoleh bahkan tidak membutuhkan sedikit pun darisyukur makhluk-Nya.
Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Mahamulia
(QS An-Naml [27]: 40)

Karena itu pula, manusia yang meneladani Tuhan dalamsifat-sifat-Nya, dan mencapai peringkat terpuji, adalah yangmemberi tanpa menanti syukur (balasan dari yang diberi) atauucapan terima kasih. Al-Quran melukiskan bagaimana satu keluarga (menurut riwayatadalah Ali bin Abi Thalib dan istrinya Fathimah putriRasulullah Saw.) memberikan makanan yang mereka rencanakanmenjadi makanan berbuka puasa mereka, kepada tiga orang yangmembutuhkan dan ketika itu mereka menyatakan bahwa,

Sesungguhnya kami memberi makanan untukmu hanyalah mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu, dan tidak pula pujian (ucapan terima kasih) (QS Al-Insan [76]: 9).
Walaupun manfaat syukur tidak sedikit pun tertuju kepadaAllah, namun karena kemurahan-Nya, Dia menyatakan diri-Nyasebagai Syakirun 'Alim (QS Al-Baqarah [2]: 158), dan SyakiranAlima (QS An-Nisa' [4]: 147), yang keduanya berarti, MahaBersyukur lagi Maha Mengetahui, dalam arti Allah akanmenganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhlukyang bersyukur. Syukur Allah ini antara lain dijelaskan olehfirman-Nya dalam surat Ibrahim (14): 7 yang dikutip di atas.

BAGAIMANA CARA BERSYUKUR?

Di atas telah dijelaskan bahwa ada tiga sisi dari syukur,yaitu dengan hati, lidah, dan anggota tubuh lainnya. Berikutakan dirinci penjelasan tentang masing-masing sisi tersebut.

a. Syukur dengan hati

Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwanikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dankemurahan Ilahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untukmenerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dankeberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini jugamengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan,dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahuya pujiankepada-Nya. Qarun yang mengingkari keberhasilannya atasbantuan Ilahi, dan menegaskan bahwa itu diperolehnyasemata-mata karena kemampuannya, dinilai oleh Al-Quran sebagaikafir atau tidak mensyukuri nikmat-Nya (Baca kisahnya dalamsurat Al-Qashash (28): 76-82). Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa mala petakapun, boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu,tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pastilebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi. Darisini syukur --seperti makna yang dikemukakan dalam Kamus BesarBahasa Indonesia yang dikutip di atas-- diartikan oleh orangyang bersyukur dengan "untung" (merasa lega, karena yangdialami lebih ringan dari yang dapat terjadi). Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akantersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepadaAllah. Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati,yang dilakukan saat hati dan pikiran menyadari betapa besarnikmat yang dianugerahkan Allah. Bahkan sujud syukur dapatdilakukan saat melihat penderitaan orang lain denganmembandingkan keadaannya dengan keadaan orang yang sujud.(Tentu saja sujud tersebut tidak dilakukan dihadapan sipenderita itu). Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujuddi lantai yakni dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dankedua ujung jari kaki)--seperti melakukan sujud dalam shalat.Hanya saja sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan duakali sebagaimana dalam shalat. Karena sujud itu bukan bagiandan shalat, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa sujud sahwalaupun dilakukan tanpa berwudu, karena sujud dapat dilakukansewaktu-waktu dan secara spontanitas. Namun tentunya akansangat baik bila melakukan sujud disertai dengan wudu.

b. Syukur dengan lidah Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumbernikmat adalah Allah sambil memuji-Nya. ----------------
bersambung...........................................................................................
WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

jazakumullah

1 opmerking:

Anoniem zei

Assalamualaikum Pak Ustad,
Senang bisa mendengarkan ceramahnya di KBRI Brussel mengenai syukur.