vrijdag, april 04, 2008

KONSEP DAN DEFINISI DA’WAH

AHLAN WA SAHLAN



Secara am, dapatlah disebutkan bahwa Da’wah merupakan satu bentuk usaha yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang, untuk mengubah kondisi masyarakat yang ada sekarang, kepada kondisi ideal (sebaik-baik umah) mengikut petunjuk Allah (swt) dalam Al-Qur’an. Yang dimaksudkan ialah satu ummah yang hidup dalam cahaya petunjuk Al-Qur’an, cahaya kebenaran, keadilan dan kedamaian dunia akhirat. Juga suatu ummah cemerlang, berkualiti dan berjaya, menyeru kepada kebajikan, sentiasa mengajak membuat makruf, dan mencegah membuat kemungkaran, mengikut petunjuk firman Allah (swt)
”.
Da’wah merupakan satu proses dan usaha, mengajak manusia ke jalan Allah (swt) dengan hikmah pelajaran yang baik dan melalui diskusi atau dailog yang positif, sehingga mereka meninggalkan perkara-perkara mungkar dan beriman kepada Allah (swt), serta menyelamatkan diri dan keluarga dari kegelapan hidup untuk menuju kepada cahaya Islam.
Disinilah tugas mulia seorang da’i, yang dapat di-ibaratkan sebagai pekerjaan seorang pegawai Electricity Company, untuk mengalirkan energi atau power (Nur Islam) dari sumbernya, ke setiap hati umat beriman agar sentiasa bersinar dan menerangi sekelilingnya. Perbedzaannya adalah bahwa yang di alirkan disini bukan hanya setakat energi elektrik yang boleh habis, tetapi satu-satunya cahaya energi abadi yang berkekalan (dimana hanya ada satu “Nur” cahaya petunjuk Allah (swt), dan disekelilingnya ada banyak zulumat (kegelapan ). Demikian Allah (swt) telah menurunkan Al-Qur’an kepada semua umat manusia sebagai sebesar-besarnya energi dalam kehidupan ini, firman Allah (swt)

{ اللَّهُ وَلِىُّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِيْنَ كَقَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلٌمَتِ أوُْلَئِكَ أَصْحَبُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَلِدُونَ }
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”
Hassan Al-Banna12 memberi perumpamaan bahwa:

“Disetiap bandar (kota) terdapat pusat pembangkit tenaga elektrik. Para pegawai memasang instalasinya di seluruh penjuru dan pelosok kota, memasang tiang dan kabel, setelah itu aliran eletrik masuk ke kilang-kilang, rumah-rumah dan tempat-tempat yang lain. Jika aliran elektrik tersebut kita matikan dari pusat pembangkitnya, maka seluruh penjuru kota akan gelap gelita. Padahal pada masa itu, tenaga elektrik masih ada dan tersimpan di pusat pembangkit elektrik, hanya tenaga elektrik yang ada itu tidak dimanfaatkan”.

Adapun secara harfiyah (literal), menurut arti bahasa, Da’wah berasal dari kata – دَعَا - يَدْعُوْ - دَعْوَة – (da-a’ - yad’u, da’watan) yang artinya panggilan, seruan, ajakan, atau undangan. Ini dimaksudkan sebagai upaya dengan menggunakan bermacam-macam cara atau metode yang tepat dan efektif, untuk mengajak dan menyeru manusia agar mengakui Allah (swt) sebagai Tuhan yang haq dan benar, kemudian menjalani kehidupan berupa ‘Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq13, sesuai dengan ketentuan-ketentuan petunjuk Allah (swt) mengikut Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan demikian, tujuan dan matlamat Da’wah ialah, mewujudkan sumber daya manusia yang bertaqwa kepada Allah (swt) dalam arti yang seluas-luasnya.

Firman Allah (swt)
{ لآ إِكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيْعٌ عَلِيمٌ }
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jaln yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpeganh kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetaui”.

Dalam kehidupan umat Islam, Da’wah memiliki kedudukan yang sangat penting. Dengan Da’wah, dapatlah disampaikan dan dijelaskan konsep risalah ajaran Islam kepada masyarakat sehingga mereka menjadi faham mana yang haq dan mana yang bathil. Bahkan da’wah yang baik bukan hanya membuat masyarakat memahami yang haq dan bathil itu sahaja, tetapi juga memiliki keberpihakan kepada segala bentuk yang haq dengan segala konsekuensinya, dan membenci yang bathil sehingga selalu berusaha menghancurkan kebathilan. Apabila hal ini sudah terujud, maka kehidupan yang hasanah dan sejahtera di dunia dan di akhirat akan dapat dicapai, sesuai dengan tujuan hidup seorang muslim, yang tersebut dalam
firman Allah (swt)15:
{
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا قِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَقِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }
“Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.

KEWAJIBAN DA’WAH
1. Da’wah sebagai kewajiban Shar’iy atas setiap muslim,
dimana Allah berfirman

{ اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجدِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْن}
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmh dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”

2. Da’wah sebagai memenuhi Hajat keperluan Fitrah manusia,
firman Allah:

{ فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيِنِ حَنِيْفًا فِطْرتََ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْن }
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Oleh kerana Da’wah memiliki kedudukan yang sangat penting, bahkan merupakan tugas mulia dan suci, maka secara hukum, Da’wah menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Terdapat banyak dalil yang dapat kita jadikan rujukan untuk mendukung pernyataan wajibnya melaksanakan tugas da’wah, sama ada dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits, diantaranya ialah dalil firman Allah (swt) sebagai berikut :

{ اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجدِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْن}1
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmh dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
{ وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَّدعُوْنَ إلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفَ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ }
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung“

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (kerana) menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah “
Sabda Rasulullah (saw):
( والَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَُونَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْلَيُوشِكنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذابًا مِن عِندِهِ ثُمَّ لَتَدعُنَّهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُم
“Demi Allah yang menguasai jiwaku (diriku), hendaklah kamu menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran, atau (ika kamu tidak melakukannya), maka Allah (swt) akan menimpakan azab siksaan pada kamu, kemudian Allah (swt) tidak akan mengabulkan doa kamu”.
( ولَتَأمُرُنَّ بِالمَعرُوفِ وَلَتَنْهونَّ عَنِ المُنكَرِ أَو لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَعُمَّكُم بِعَذابٍ
“Hendaklah kamu sekalian menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran, atau akan datang siksa yang menimpa kamu sekalian”.
( بَلِّغُوا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً فرُبَّ مُبَلَّغٍ أوعَى مِن سامِعٍ، ورُبَّ حامِلِ فِقهٍ إلى مَن هو أفقَه منه)
“Sampaikanlah dari Sunnah-ku walaupun hanya satu kalimat, mungkin seseorang yang menerima da’wah itu adalah lebih hafaz daripada yang mendengar, dan barangkali pembawa risalah (ilmu) kepada seseorang yang lebih mengerti”.
Dalam pada itu, perlu disedari oleh setiap juru Da’wah, bahwa dalam menunaikan tugas Da’wah ada tahap-tahap yang harus diperhatikan. Sheikh Mustafa Masyhur dalam kitabanya24; menyebutkan tiga tahap da’wah (marahil ad-da’wah) yang harus dilalui:
Pertama: اَلَّتعْرِيْف - pengenalan, penerangan, propagasi.
Tahap memperhitungkan, menggambarkan dan menyampaikan sesuatu idea kepada orang ramai dan setiap lapisan masyarakat.
Kedua: اَلتَّكْوِيْن- pembinaan, pembentukan.
Tahap pembentukan, pemilihan pendukung Da’wah, menyediakan petugas-petugas yang akan melaksanakan Da’wah, melalui pendidikan dan latihan yang diperlukan.
Ketiga: اَلَّتنْفِيْذ - pelaksanaan Da’wah.
Tahap beramal, berusaha, bekerja dan beraktiviti bagi mencapai tujuan.
Dengan demikian, Da’wah merupakan perjalanan yang panjang dan mencabar. Dan kerananya, para aktivis dan juru Da’wah harus menyiapkan diri semaksimum mungkin, agar dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya, dan siap sedia menghadapi setiap cobaan.
KEUTAMAAN DA’WAH
Apabila Da’wah kita tunaikan dengan sebaik-baiknya, banyak pahala dan keutamaan yang akan kita perolehi, antaranya:
Pertama: Memperolehi pahala yang amat besar, dan darjat yang tinggi di sisi Allah dengan dikelompokkan ke dalam umat yang terbaik (sebaik-baik ummah), seperti firman Allah (swt) di atas:
{ كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ }
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (kerana) menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah “
Kedua: Da’wah yang berkesan ialah Da’wah bil-Hal, sesuainya perkataan dengan perbuatan dengan contoh tauladan, yang dapat membuktikan keimanan pribadi seorang da’i yang benar, karena Da’wah yang baik ialah da’wah yang disampaikan setelah diamalkannya dan tidak bertentangan antara pesan da’wah dengan prilaku da’i tersebut.
Ketiga: Memperolehi keberuntungan, sama ada dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat, sesuai dengan firman Allah (swt)
{ وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَّدعُوْنَ إلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفَ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ }
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Keempat: Terhindar dari kutukan, amarah dan murka Allah (swt), seperti firman Allah (swt):
{ لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْ مِنْ بَنِى إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى اْبْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُواْ يَعْتَدُوْنَ . كَانُواْ لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُوْنَ }
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan (ucapan) Nabi Daud dan Isa Putera Maryam (a.s.). Yang demikian itu disebabkan mereka derhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu “.
Kelima: memperolehi rahmat Allah. Hal ini difirmankan Allah (swt) dalam Al-Qur’an:

{ وَالمُؤْمِنُونَ والمُؤْمِنتِ بَعْضُهُمْ أَولِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَوةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَوةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ }
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan solah, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “.
PENDUKUNG UTAMA KEBANGKITAN UMMAT

Dalam kondisi masyarakat Islam yang sedang lemah dan mengalami keterbelakangan, Da’wah dirasakan amat diperlukan sebagai pembimbing dan penyuluh untuk membangkitkan ummah dan meraih kembali kejayaannya yang telah hilang. Oleh kerana itu, apabila Da’wah dapat kita tunaikan dengan sebaik-baiknya dengan dukungan sumber daya manusia yang berkualiti, dana yang cukup, sarana yang memadai, metode yang tepat dan kemasan yang menarik, maka insya Allah masyarakat Muslim sebagai ummah yang terbaik di atas bumi ini dapat kita wujudkan. Dengan kata lain, Da’wah merupakan usaha merekonstruksi masyarakat yang masih mempunyai unsur jahiliah untuk menjadi masyarakat yang Islami. Ini bererti Da’wah merupakan usaha melakukan Islamisasi dalam semua sektor kehidupan manusia.
Untuk itu keterlibatan setiap Muslim di dalam kegiatan Da’wah menjadi suatu keharusan, sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing. Terbentuknya pribadi yang Islami, keluarga yang Islami dan masyarakat yang Islami merupakan matlamat yang ingin dicapai dalam upaya Da’wah. amanah ini memerlukan dukungan setiap Muslim, apalagi Da’wah itu bukanlah hanya berbentuk ceramah dan khutbah. Tegasnya, apapun potensi dan kemampuan yang kita miliki, semua itu dapat kita gunakan untuk kepentingan Da’wah, sesuai dengan firman Allah (swt)

{ وأعِدُّوا لَهُمْ مَااسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْ لاَ تَعْلَمُوْنََهُمُ اللهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيءٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ يُوَفَّ إلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تُظْلَمُوْنَ }
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi, dan kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu), kamu dapat menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah Maha Mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”.DA’WAH SEBAGAI
PROSES KOMUNIKASI
Da’wah juga dapat dilihat dari kajian komunikasinya, iaitu suatu bentuk penyampaian pesanan kepada khalayak ramai dengan suatu tujuan tertentu. Dari itu selayaknya dalam setiap konteks komunikasi, mestilah diketahui bahwa kecanggihan medium sebagai hasil perkembangan Teknologi Informasi, bukanlah satu-satunya faktor determinant atau penentu yang bersifat mutlak bagi suksesnya komunikasi itu.
Kemudian yang menjadi pertanyaan berikutnya ialah bagaimana cara meningkatkan keberkesanan Da’wah agar dapat mencapai tujuannya. Ini dilihat dari tujuan komunikasi, factor-faktor penentu, unsure-unsur da’wah dan sarana yang digunakan, di antaranya:
1. اَلدَّاعِي - Communicator: muballigh, juru Da’wah:
Seorang da’i atau petugas Da’wah bukan hanya seorang Ustaz atau Syeikh sahaja, malah siapa jua yang mempunyai kemampuan (capacity) untuk berda’wah. Bahkan internet pun dapat menjadi da’i yang berkesan, yang akan dibincang pada bab Internet sebagai Sarana Da’wah. Semua orang punya tugas untuk berda’wah selama dia hidup didunia ini. Da’wah merupakan tugas kolektif, seorang doktor di hospital dapat berda’wah kepada pesakitnya, seorang ayah berda’wah pada keluarganya, atau seorang guru pada muridnya.
Untuk itu, keterlibatan setiap muslim di dalam Da’wah menjadi suatu keharusan, sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing. Tujuan ini memerlukan dukungan setiap muslim, lebih-lebih lagi oleh kerana Da’wah bukanlah hanya berbentuk ceramah dan khutbah. Jelasnya, apapun potensi dan kemampuan yang kita miliki, semua itu dapat kita gunakan untuk kepentingan berda’wah.
2. اَلرَّسَالَة – Message : pesan yang ingin diberikan.
Mesej haruslah diperluas, dan termasuk di dalamnya “pentadbiran isi pesan“. Isi pesan Da’wah haruslah diperluas dengan tidak hanya membincangkan isu-isu syurga dan neraka, tetapi juga menyentuh isu-isu kekinian yang bersifat kontemporari, seperti bagaimanakah remaja Islam menghadapi cabaran globalisasi, atau kesan budaya kafir (“new colonialism”) seperti pergaulan bebas dan dadah, maupun bagaimana mengatasi cabaran kemiskinan dan sebagainya, dalam usaha memenuhi hajat keperluan umat manusia secara nyata. Isi pesan ini sangat erat hubungannya dengan bagaimana umat Islam mampu membuktikan kebenaran syi’ar Islam, bahwa Islam itu selalu sesuai, bermanfaat, dapat diterima dalam setiap perubahan waktu, tempat, dan zaman.
3 اَلْوَسَائِل - Media : sarana, alat penunjang berda’wah.
Media atau sarana yang digunakan untuk ber’da’wah juga harus diperluas, dan tidak tertumpu kepada radio dan masjid-masjid atau majlis-majlis ta’lim sahaja umpamanya. Dalam hal ini dapat juga dilibatkan media informasi maklumat dengan memanfaatkan Website Internet. Seperti kita ketahui, ramai remaja Islam yang menghabiskan waktu mereka didepan komputer, melayari dari satu Website ke Website yang lain, berdialog dengan manusia lain dari berbagai pelusuk dunia. Seandainya teknologi ini dapat digunakan secara teratur bagi keuntungan dan kepentingan syi’ar Da’wah Islam, insya Allah pesan yang ingin diberikan akan lebih efektiv.
4. اَلْمَدْعُو - Audience: penerima seruan Da’wah.
Khalayak penerima da’wah atau audience dalam aktiviti da’wah juga harus diperluas, tidak hanya untuk jama’ah masjid, di mushola atau di majlis-majlis dzikr. Isu penting ialah bagaimana menyediakan suatu metode jaringan Da’wah yang mencakupi seluruh umat, mulai dari perkotaan sampai kepelusuk kampung. Disini perlu adanya koordinasi dan pentadbiran jaringan yang kukuh.
5. الإستِرجاعِيَّة التَّغذِية - Feedback: ulasan.
Seperti mana telah diterangkan, bahawa Da’wah adalah ditujukan kepada seluruh umat manusia. Ini bermakna bahawa sasaran da’wah tidak mengira orang Islam atau pun bukan dan juga tidak mengenal sempadan antara satu Negara dengan Negara lain, bangsa dn perbedzaan budaya atau pun keadaan setempat. Ini artinya, bahawa penda’wah hendaklah memahami sasaran da’wahnya agar efektiv dan berkesan serta mudah diterima dengan menggunakan pendekatan yang sesuai. Pendekatan da’wah terhadap golongan muslim sudah seharusnya berbeda dari yang bukan muslim, yang berpendidikan juga berbedza dari yang tidak berpendidikan, masyarakat Bandar berbeda dari masyarakat kampong demikian seterusnya. Tugas penting penda’wah ialah mempastikan siapakah sasaran da’wahnya, apakah pendekatan yang sesuai, apakah isi pesan yang diutamakan, sebelum ia melaksanakan da’wahnya dengan cara yang berkesan
PRINSIP DA’WAH.
1. Da’wah memberi kesejukan di hati manusia (informative – persuasive), melayani, dan bukan memberatkan atau membebankan. Disinilah kita akan melihat bagaimana konsep “Hikmah” dalam Islam. Penerima da’wah seharusnya jangan ditakutkan sehingga mereka akan lari. Inilah konsep Da’wah yang sesuai dengan firman Allah:
{ أُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَدِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْن }
“Serulah (manusia) kepada jalan (Agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu (Allah) Yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan Agama-Nya dan Allah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Rasulullah saw bersabda kepada dua sahabat iaitu Mu’az bin Jabal dan Abu Musa al-Ash’ari (r.a.) ketika ditugaskan berda’wah ke negeri Yaman, yang bermaksud:
“Serulah manusia ke jalan Agama Allah dengan cara yang mudah dan menyenangkan, jangan dengan cara menyusahkan atau menakut-nakuti”
Termasuklah di dalamnya bagaimana menyampaikan pesan kepada ummah sesuai dengan tingkat pemahaman atau bahasanya, kerana tugas da’i ialah seperti seorang doktor, yang memberikan ubat (preskripsi) dan dosej pengubatan yang sesuai dengan tingkat penyakit yang dialami oleh pesakitnya. Tidaklah masuk di akal kalau semua orang diberi dosej yang sama, kerana akibatnya akan menjadi lebih parah, sehingga yang sakit menjadi bertambah sakitnya, atau yang tidak sakit menjadi sakit.
Tugas seorang da’i bagaikan seorang guru yang memberikan pelajaran kepada murid-muridnya, sesuai dengan tingkat pemahaman muridnya.
Seorang da’i juga ketika berda’wah harus ingat bahawa dia sedang memberikan hadiah kepada seseorang atau kepada orang ramai. Oleh itu, maka dia harus mempertimbangkan hadiah apa yang layak dan patut untuk diberikan, dan bagaimana cara memberikannya.
2. Dengan memperhatikan syi’ar, bahawa Islam adalah risalah Agama Allah yang dapat diterima dan selalu sesuai untuk setiap masa dan tempat, kita harus menerapkan aktiviti Da’wah di semua waktu, tempat dan kesempatan. Tidak terhad kepada acara keagamaam yang bercorak ritual atau ceremonial sahaja. Namun dari masa ke semasa, dan dari sehari kesehari gerakan Da’wah kita terlihat seperti terkurung dalam acara-acara ritual atau ceremonial, dengan metode yang sama, dengan gaya yang tidak berubah, dan sarana tidak berkembang. Padahal tentangan dan cabaran semakin berat. Justeru itu, saat inilah - dimana tentangan yang paling berat dan mencabar melalui informasi teknologi dan globalisasi dirasakan - yang harus kita manfaatkan dan untuk kita siasati bersama.
3. Kita harus ingat bahwa Da’wah merupakan sebuah proses yang bersambung dan usaha yang berterusan: bukan proses sekali-jadi atau “one-off”. Ianya sebuah proses yang memerlukan kesabaran. Hanya seorang da’i yang sabar sahaja yang dapat berhasil, sesuai dengan firman Allah:
{ فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلاَ تَسْتَعْجِل لَّهُمْ كَأَنَّهُم يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُواْ إِلاَّ سَاعَةً مِّن نَّهَارٍ بَلَغٌ فََهَلْ يُهْلَكُ إَلاَّ الْقَومُ الْفَسِقُونَ }
“Maka bersabarlah kamu seperti para orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan jangan kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik”.
ABAD INFORMASI:INTERNET SEBAGAI SARANA DA’WAH
Seperti kita ketahui bersama, bahawa pada saat ini telah terjadi ledakan atau “explosion” dalam pemakaian Internet untuk berbagai keperluan dan kepentingan. Dari hujung dunia Timur sehingga hujung dunia Barat, semua orang telah memanfaatkan internet, untuk bisnes, pendidikan dan sebagainya.
Yang lebih penting dari semua itu ialah, kenyataan yang menunjukkan bahwa terjadi suatu lonjakan atau peningkatan yang sangat dahsyat dalam pemakaian Internet untuk tujuan kerohanian. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan dunia ke atas pencarian dan kesadaran keagamaan dengan mencari nilai-nilai hakiki dari kehidupan rohani (spiritual).
Penggunaan internet untuk mendapatkan informasi wawasan ini adalah suatu pengiktirafan akan kesadaran semulajadi manusia kepada fitrahnya sebagai hamba Allah (swt). Menurut artikel ABCNEWS.com (13/6/00)31, disebutkan bahawa pada saat ini terjadi ledakan perkembangan secara exponential atau besar-besaran website-website internet baru yang bersangkut paut dengan keagamaan dan kerohanian. Sehinggalah dikatakan bahawa Internet bagaikan restoran terbesar yang menyediakan berbagai menu bagi orang-orang yang mengalami kehausan spiritual atau kerohanian: “Religious now is a big part of the Internet Industry”.
Menurut sebuah lapuran yang dimuatkan dalam Borneo Bulletin32, suatu kajian menunjukkan bahawa jumlah kedai Internet di Jalan Shafeeq Rashidan di Bandar Arbid Amman (di Jordan) kini mencapai 105 buah, yang kesemuanya digunakan oleh siswa-siswa University of Al-Yarmouk di Jordan untuk kepentingan Da’wah Islam.
Apa yang dapat kita ambil dari fenomena tersebut? Sejauh manakah umat muslim telah memanfaatkan kemajuan internet untuk kepentingan Da’wah Islam?
Ada banyak sebab kenapa penyebaran atau Da’wah Islam melalui Internet dapat berjalan dengan efektiv, kerana Teknologi Internet dapat memberikan kelebihan-kelebihan bagi kemanfaatan Strategi Da’wah, seperti antara lain:
1. Memiliki jangkauan tidak terbatas
Teknologi Internet merupakan sarana yang tidak pernah mati, selalu sedia dan memiliki jangkauan akses yang tidak terbatas. Disini terlihat perbedzaannya dengan sarana lain. Apabila kita membuka kajian da’wah melalui internet maka siapa saja orangnya, sama ada muslim ataupun bukan muslim, dari mana sahaja dan bila-bila masa ia memerlukan suatu siraman rohani, atau memerlukan informasi dan bimbingan agama, maka orang tersebut dapat pergi ke internet dan mendapatkan informasi itu.
Sedangkan untuk mendengarkan atau mendapat penjelasan dari seorang ustaz, masa dan waktu kita sangat terbatas, atau jika kita ingin bertanya masalah agama juga peluangnya terbatas dan sebaliknya, syi’ar Da’wah melalui internet tersedia 24 jam. Dalam hal ini, sudah tentulah diperlukan para pakar dalam pembuatan dan perancangan web-site yang menarik dan dapat bekerja untuk syi’ar Da’wah Islam.
2. Da’wah Islam melalui Internet mengatasi hambatan situasi dan lokasi.
Adakalanya seseorang mungkin sangat malu untuk bertanya atau berkonsultasi mengenai masalah agama yang dialaminya. Dengan adanya Internet, hambatan itu dapat diatasi kerana seseorang itu dapat dengan bebas mengeluarkan isi hatinya dan bertanya mengenai perkara-perkara keagamaan, umpamanya bagi orang-orang yang ingin masuk Islam, dan sedang mencari informasi mengenai apa itu Islam. Juga bagi muallaf saudara baru yang sedang mendalami ajaran Islam, atau individu yang kerana tugas atau status sosialnya tidak dapat mendengar ceramah Agama di majlis-majlis ta’lim. Internet tidak terhalang oleh tempat dan kerana itu dapat saja seseorang yang hidup di satu kawasan terpencil, di mana tidak ada seorang muslim lain di tempat itu, akan dapat berkonsultasi atau berkomunikasi dengan umat Islam lain di belahan penjuru dunia lainnya.
.
SEBUAH KAJIAN :
DALAM MENGHADAPI ERA BARU

Salah satu di antara kesan negativ dari kemajuan sains dan teknologi informasi adalah terbentuknya polarisasi dunia ke negara-negara Barat kafir yang maju sains dan teknologinya. Dunia dan kehidupan global manusia seakan-akan diserbu, atau dijajah, oleh ledakan informasi maklumat hasil dari dunia Barat, sama ada sains, teknologi ataupun budayanya yang kosong daripada nilai-nilai moral agama.
Dalam keadaan dunia yang berkiblat ke Barat, boleh dikatakan yang paling merasakan akibatnya adalah umat Islam. Sebab dunia kafir Barat tidak sahaja telah mengkacaukan syi’ar dunia Islam dengan sistem dan budaya global yang mereka buat, bahkan telah menjadikan dunia Islam sebagai lahan atau ladang penindasan dan perlakuan tidak adil melalui suatu sistem pendidikan dan persekolahan yang kosong dari nilai-nilai Agama. Dunia Barat telah menjerumuskan generasi demi generasi muslim kesebuah nilai kehidupan yang secular, yang indivudualistik, materialistik, dan bebas dari nilai moral.
Generasi muslim telah dicetak menjadi generasi muslim yang jauh dari sumber keislaman, sehingga mereka memandang secara negatif terhadap dunia Islam beserta ajaran-ajarannya yang dianggap dogmatis dan sudah ketinggalan zaman. Bahkan ajaran-ajarannya dituduh sebagai sumber terorisme. Sebagai contoh, pihak Amerika membuat tekanan politik terhadap Republik Islam Pakistan agar menutup Madrasah-madrasah Islam, serta merubah kurikulum pembelajaran Agama Islam, dan akhir-akhir ini adanya penghinaan terhadap Junjungan Rasulullah (saw) berupa caricature yang menggambarkan sebuah bomb di atas kepala Rasulullah (saw) yang mulia, yang diterbitkan oleh Negara-negara Eropah kafir.
Apabila ditinjau dari posisi politik, gambaran dan imej umat Islam secara realiti justeru sangat menyedihkan. Negara-negara berpenduduk muslim di Timur Tengah terlibat dalam pertikaian dan perbelahan diantara sesama mereka, penindasan atas hak-hak asasi manusia di Baiul Maqdis Palestin oleh orang-orang Yahudi, dan negara-negara besar dari Barat dengan budaya anti-Islam, mereka memainkan peranan yang tidak kecil dalam proses adu-domba antar umat Islam, seperti apa yang berlaku di Iraq, Iran, Syria, Lebanon, Sudan, Somalia dan Afghanistan.
Memang jika dilihat dari sisi realiti mengenai gambaran umat Islam di dunia, terang sekali ketidak-adilan yang berlaku dengan sangat kejam. PBB (UN) yang membuat kebijakan- kebijakan yang bersifat tidak adil (discriminative) terhadap umat Islam atau segala yang berlabel Islam. Misalnya case atau isu-isu umat Islam di Al-Jazair, Libya, Sudan, Iraq, Kashmir, Afganistan, dan lain-lain di mana penduduknya terdiri dari umat Islam yang secara ideal ingin membentuk negara berdasarkan Islam, iaitu suatu landasan fundamental yang sangat dibenci dan dimusuhi oleh masyarakat kafir Barat yang dipelopori oleh Amerika.
Kebijakan diskriminatif negara Barat kafir, juga terlihat pada kebijakannya yang selalu menghendaki agar negara-negara Islam tidak dibenarkan mengembangkan teknologi nuklear dalam bentuk apa jua pun. Negara Barat yang dipelopori oleh Amerika Syarikat selalu berusaha untuk membentuk imej atau opini dunia, bahwa suatu teknologi nuklear yang dimiliki oleh negara Islam akan membahayakan kehidupan umat manusia, seperti isu pengembangan tenaga nuclear energy untuk tujuan damai oleh Negara Islam Iran.
Negara-negara Eropa menyebut orang-orang Islam yang taat pada agamanya sebagai kumpulan Barbarism, extremis, fundamentalis, dan menjadi sumber terorisme antarabangsa. Sikap diskriminatif mengenai teknologi nuklir ini setidaknya terlihat pada kebijakan Amerika Syarikat dan sekutunya terhadap Iraq, Pakistan, Iran, Sudan, Somalia dan Libya. Bahkan sikap itupun terlihat pada keinginan Amerika Syarikat untuk menghancurkan persenjataan nuklear yang dimiliki oleh Republic Kazakhstan, bekas wilayah Soviet yang berpenduduk mejoriti Islam, seperti terhadap Republik Islam Iran. Sementara negara-negara Barat menyokong pengembangan teknologi nuklear yang dikembangkan oleh negara boneka buatan Amerika Yahudi Israel.
Berbagai krisis kemanusiaan yang dihadapi umat Islam pada masa sekarang dalam membangun ummah mengikut syi’ar Al-Qur’an dan As-Sunnah (Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah), terutama sekali dari segi keummahan atau penyebaran Syi’ar Al-Qur’aan sebagai petunjuk Allah (swt) berupa keterangan nyata yang dapat membedzaakan antara yang hak dan yang batil, solidariti dalam Islam, ekonomi, budaya dan moral, adalah sebagai akibat nyata dan wajar dari kecenderungan untuk membanggakan dan bahkan memuja-muji nilai-nilai yang datang dari Barat, dengan mengambil risiko meninggalkan nilai-nilai syi’ar Islam, kemudian mengutamakan nilai-nilai bukan Islami.
Secara am, umat Islam di zaman sekarang sudah banyak melupakan jiwa dan syi’ar keislaman yang tulin mengikut Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kerana itulah kehidupan umat Islam pada masa ini lebih individualistik, materialistik, bebas nilai-nilai moral, dan sekuler duniawi berbanding dengan umat Islam di zaman-zaman sebelumnya.
Contoh dari individualisme yang sedang melanda umat Islam hari ini ialah, pembunuhan secara kejam yang dilakukan oleh bangsa Yahudi terhadap umat Islam di Gazah Palestina demi mempertahankan tanah suci Islam ketiga bagi umah Al-Qur’an, selepas tanah suci Mekkah dan Al-Madinah Al-Munawwarah. Baitul Maqdis, qiblat umah Islam yang pertama dan tempat suci keberangkatan Nabi Muhammad saw mikraj naik ke Sidratul Muntaha dalam peristiwa suci Isra’-Mikraj, sekarang dalam bahaya dan dikotori oleh orang-orang Yahudi yang dikutuk oleh Allah (swt).
Gejala krisis ummah Al-Qur’an yang dicipta oleh Allah (swt) sebagai sebaik-baik ummah yang dicipta oleh Allah (swt), krisis solidariti persaudaraan ummah yang diibaratkan dalam hadith Rasul (saw) laksana jasad tubuh yang satu, apabila salah satu di antara anggota jasad tubuh menderita sakit, maka semua anggota jasad yang lain akan merasakan sakit dan tidak dapat tidur.
Kita memuja semua produk dan budaya yang datang dari Barat, atau produk bangsa Yahudi (Jewish) yang kita beli di hampir semua kedai-kedai, yang labanya digunakan untuk membiayai usaha Yahudi untuk menguasai Masjid Al-Aqsha, dan menteror bangsa Palestin. Ketiadaan solidariti Ukhuwwah Islamiyyah nampaknya sudah menjadi satu kenyataan yang telah menghinggapi umat Islam.
Dalam pada itu, kadang-kadang kita mengeluh bahawa tidak ada keberkahan dalam kehidupan ini, atau do’a kita belum terkabul, tetapi kita lupa sebab-sebab do’a belum dikabulkan, atau sebab-sebab do’a ditolak.
Suatu hari Ulama Besar Ibrahim bin Adham (r.a) berkata: “Wahai penduduk Basrah, hati kamu semua telah mati sebab ditututupi 10 perkara, sebab itulah do’a kamu tidak dikabulkan:
* Kamu semua mengaku cinta Allah, tetapi kamu tidak menunaikan hak-hakNya. Bibir berzikir..tapi hati penuh penyakit-penyakit dosa; kepala tertunduk .. tapi hati mendongak; tangan memberi .. tapi hati berbunga tiada ikhlas; dan mata menangis .. tapi hati tertawa.
* Kamu mengaku cinta Rasulullah saw, tetapi kamu semua meninggalkan sunnah tuntutannya.
* Kamu membaca Al-Qur’an, tetapi kamu tidak mengamalkan petunjuknya.
* Kamu semua mengaku syaitan musuh kamu, tapi kamu semua mengikuti dan menyukungnya.
* Kamu semua merindukan syurga jannatun-na’iem, tetapi kamu semua tidak mengamalkan jalan menuju syurga.
* Kamu memohon keselamatan dari api neraka, tetapi kamu membuat kerja yang akan menceburkan kamu kedalam api neraka.
* Kamu semua yakin dan percaya bahwa almaut itu pasti akan berlaku, tapi kamu tidak bersedia-sedia, kerana mati datang seketika, tanpa pilih kasih.
* Kamu suka mencari kesalahan orang lain, tetapi kamu tidak mahu bermuraqabah, bermuhasabah, bermu’atabah, dan bermujahadah terhadap dirimu sendiri.
* Kamu bersenang-bahagia merasai nikmat kurniya Allah SWT, tetapi kamu tidak mahu mensyukuriNya.
* Berapa kali kamu menghantar seseorang yang mati di antara kamu ke kubur, tetapi kamu tidak mengambil iktibar dan pelajaran dari setiap kematian.
Dari uraian yang sangat sederhana di atas, mungkin tidak mudah untuk mencari dan mempastikan siapakah yang salah dan di manakah letak kesalahan. Apakah keadaan tersebut memang dicipta oleh agensi-agensi atau negara-negara Barat yang kafir? Ataukah semua itu merupakan kesalahan umat Islam sendiri yang telah meninggalkan petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah?
Tanpa terlepas dari kesadaran melakukan evaluasi muraqabah dan muhasabah, memanglah diakui bahwa keadaan umat Islam di alaf baru sekarang berkaitan erat dengan sabda Rasulullah saw yang bermaksud:
“Akan datang suatu masa atas umatku, dimana mereka lebih menyukai lima perkara:
1. Mereka sangat mencintai dunia dan lupa akhirat,
2. Mereka sangat mencintai harta dan lupa hisab,
3. Mereka sangat mencintai makhluk ciptaan Allah dan lupa Al-Khaliq Maha Pencipta, 4. Mereka suka berbuat dosa maksiat dan lupa atau menunda-nunda bertaubat,
5. Mereka cinta kedudukan dan kekuasaan di dunia,dan lupa kubur”.
Dalam kenyataannya, apa yang disabdakan Rasulullah saw di atas, memang sedang berlaku pada zaman sekarang. Umat Islam dewasa ini sedang mengalami suatu krisis ummah. Mereka terperangkap dalam kehidupan individualisme, materialisme, hedonisme, dan sekularisme sehingga terancam penyakit rohani yang disebut “Al-Wahan” (terlampau mencintai dunia dan takut kepada kematian), dan delapan macam penyakit-penyakit rohani yang semestinya tidak dimiliki oleh seorang muslim, sebagaimana tersebut dalam do’a yang diajarkan oleh Rasulullah saw:
( اَللَّهُمَّ إنِّي أََعُوذُ بِِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَمِنَ اْلعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَمِنَ الْجُبْنِ وَالبُخْلِ وَمِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَال )
“Ya Allah, kami memohon perlindungan-Mu daripada sifat-sifat: khuatir akan masa depan (pessimistic) dan meratapi masa lalu yang tidak baik (stress), daripada lemah Iman (iradah) dan malas beribadah; rasa takut dan bakhil kedekut; dan menanggung beban hutang serta menzalimi orang lain”.
SEBUAH PENYELESAIAN.
Berdasar kajian dan penghayatan di atas, jelaslah bahwa terjadinya krisis yang dialami oleh umat Islam di alaf globalisasi masa ini ialah, kerana mereka telah melalaikan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah (saw) sebagai petunjuk Allah (swt) bagi manusia.
Walaubagaimana pun, kesan dari revolusi teknologi informasi, sains dan industrialisasi, sebenarnya telah berkembang pula kesedaran dan kekhuatiran akan bahaya krisis nilai-nilai moral yang ditimbulkan gejala negative tersebut, dan dapat mengancam sendi-sendi kehidupan manusia. Pelanggaran hak asasi manusia, kekerasan dan kerusakan akhlak bermaharajalela dimana-mana tempat. Firman Allah (swt)

{ ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ مَا عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْن }
“Telah nampak kerusakan di drat dan di laut disebabkan kerana perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Maka risalah Da’wah Islam bertumpu pada menghidup-sempurnakan budi pekerti dan akhlaq al-karimah, yang merupakan tujuan utama dari pembinaan ummah, dan yang bertumpu pada istiqamah menjaga hubungan berupa hak kewajiban antara manusia dengan Allah (swt), dan dengan sesama manusia.
Berkaitan dengan revolusi informasi, di kalangan masyarakat Barat, sains dan teknologi telah menimbulkan sejumlah masalah nilai-nilai moral, sosial dan kemasyarakatan yang tidak ada cara penyelesaiannya, kerana cara penyelesaiannya hanya terdapat dalam Agama. Mereka mampu menjelajah ruang angkasa, tapi tidak mampu memperbaiki moral dan penyakit-penyakit kemasyarakatan yang ditimbulkan oleh sains dan teknologi yang kosong dari nilai-nilai agama. .
Sabda Rasulullah (saw) yang bermaksud:

“Dalam setiap diri manusia terdapat segumpal darah, jika segumpal darah itu cantik dan bagus, maka seluruh tubuh badannya juga akan menjadi cantik; tapi jika segumpal darah itu tadi rusak kerana dikotori dosa maksiat, maka seluruh tubuh badannya juga akan rusak; segumpal darah itu adalah hati manusia”.
Daripada pengkhayatan dan huraian di atas, maka lebih jelas kepada kita bahwa penyelesaian kepada segala bentuk krisis kemanusiaan dan kerusakan moral umat manusia hanya terdapat dalam Agama. Iaitulah penyelesaian melalui konsep Strategi Da’wah sebagai konsep idiomatik, mengikut petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah (saw) untuk memperolehi jawaban yang bersifat Rabbani (transcendental), yang akan dapat mengatasi permasalahan kemanusiaan yang ditimbulkan oleh kesan-kesan sains dan teknologi informasi dari negara Barat yang hampa daripada nilai-nilai Agama.
Jika kita tidak segera kembali kepada syi’ar Agama, manusia pada suatu masa akan terlepas dari eksistensi fitrinya, atau jatidiri manusia sebagai hamba Allah (swt) dan sekaligus akan teraliensi dari dirinya sendiri. Maka timbullah dalam masyarakat manusia moden berbagai penyakit rohani (kejiwaan) dan sosial yang menakutkan.
Dalam pada itu, hanya ada satu jalan penyelesaian, iaitu bahwa hatinurani manusia mesti diarahkan kembali kepada petunjuk Al-Qur’an, untuk mengawal kehidupan jasmaninya. Karena dalam hatinurani atau fitrah manusia, terdapat kekosongan yang tidak mungkin dapat diisi dan dipuaskan oleh sains atau teknologi, tapi ianya memerlukan petunjuk yang bersifat transcendental spiritual Ilahy Robbany, sesuai fitrah ciptaan manusia yang untuk tujuan itu Allah (swt) mencipta manusia.
Oleh kerana adanya masalah-masalah yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi dan sains, maka kita harus berusaha mencari suatu formula sebagai jalan keluar atau penyelesaian dari masalah kemanusiaan, tanpa menolak gerak laju kehidupan duniawi yang berkebajikan. Kita harus mempastikan yang sains dan teknologi, tidak membawa malapetaka yang berupa dehumanisasi atau peluncuran martabat kemanusiaan karena memenuhi dorongan karakter manusia rendah, sesuai dengan firman Allah swt.

{ لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ. ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِيْنَ. إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُوا الصَّلِحَتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيرُ مَمْنُونٍ }
“Sesungguhnya Kami telah mencipta mansuia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Dalam kaitan ini, jika kita hanya menggunakan formula rational-empirik sahaja, kita tidak akan dapat bertemu penyelesaian yang hakiki kerana sains dan kemajuan teknologi boleh jadi tidak terkawal, disebabkan dorongan nafsu diri manusia yang bersifat fujur, atau dosa yang tidak terkendali. Maka formula atau penyelesaian yang bersifat spiritual-etik adalah sangat mutlak dan diperlukan untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan yang ditimbulkan oleh masyarakat moden, kerana hanya Agamalah yang memenyediakan ubat dan penawarnya.
Al-Imam Al-Ghazali (r.a) di dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin berkata: Ada tiga pilar utama pendukung kehidupan rohani iaitu: akal, rasa dan nafsu (cipta, rasa dan karsa). Perpaduan ketiga unsur tersebutlah yang akan membentuk sikap dan watak (character) perilaku seseorang. Ketiga unsur tersebut dapat tumbuh hampir tanpa had, tidak pernah puas, tidak terkawal dan dapat menguasai peribadi seseorang. Maka dalam diri seseorang harus ada hidayah petunjuk Ilahy yang dapat mengendalikan ketiga unsur tersebut, agar dapat mencapai tujuan yang benar dan tidak tersesat, iaitulah Iman dan ketaqwaan yang bersemayam di dalam hati nurani, mengikut petunjuk Allah (swt) yang bersifat mutlak kebenarannya. Firman Allah:
{ وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّيهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوَيهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّيهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّيهَا }
“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Kemudian Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya)”.

Maka manusia yang hanya mengenal diri dan asal kejadiannya dari unsur tanah, dan melupakan asas kehidupannya dari unsur ruh (rohani), tentulah dia tidak akan mengenal hakikat dirinya yang sebenar sehingga dia tidak mengenali Tuhannya, sebab orang yang mengenal hakekat dirinya tentu akan mengenal Tuhannya - Allah Maha Pencipta. Firman Allah (swt)
{ بَلِ الإنْسانُ عَلَى نَفْسِه بَصِيرَة.. وَلَو أَلْقَى مَعاذِيرَه }
“Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia (sentiasa) mengemukakan alasan-alasannya”.
WASAIL (SARANA):
Adalah sangat perlu untuk:

1. Melaksanakan koordinasi dan pentadbiran jaringan Da’wah Islamiyyah, agar dapat dirumuskan bahan-bahan Da’wah yang sesuai dengan keperluan alaf baru.
2. Memaksimumkan dan mengoptimalkan pemanfaatan Internet sebagai sarana Da’wah yang efektiv, dan melakukan koordinasi dengan pakar teknologi informasi muslim, dalam pembentukan atau pembuatan Web-Site Da’wah Islam yang menarik melalui Internet;
3. Mengadakan kandungan risalah atau pesan (mesej) Da’wah yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat, yang mampu memberikan jawapan atau solusi kepada permasalahan ummah, dan bermanfaat untuk diamalkan dengan cara hikmah dalam metode penyajiannya, dan juga sesuai dengan kandungan pesan Da’wah.
4. Menunjukkan wajah Da’wah yang menarik (sympathetic) dengan akhlak al-karimah, sesuai dengan firman Allah (swt)
{ فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضَُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُم
وَشَاوِرْهُمْ فِي ْالأمْرِ فَإذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلََى اللهِ إنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُتَوَكِّلِيْن
}
“Maka disebabkan rahmat daripada Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerana itu beri kemaafan kepada mereka, mohonkan keampunan bagi mereka dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam satu urusan itu. Kemudian apabila kamu berazam telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah swt. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Sabda Rasulullah (saw):
( لاَ تَحقِرَنَّ مِن المَعروفِ شَيئًا وأَنْ تُكَلِّمَ أخَاكَ وأَنتَ مُنبَسِطٌ إلَيهِ وَجْهُكَ، إِنَّ ذَلِكَ مِنَ المَعْروفِ )
“Jangan sekali-kali kamu mengira rendah kepada satu kebajikan, dan bahawa kamu bercakap kepada saudaramu dengan muka yang menyenangkan, yang demikian itu juga termasuk kebajikan”.
( وَتَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ )
“Dan senyummu dihadapan saudaramu adalah sodaqoh”.
KESIMPULAN dan PENUTUP
Dalam keadaan masyarakat muslim yang sedang memprihatinkan, da’wah amat diperlukan sebagai penyuluh bagi membangkitkan umah dan meraih kembali kejayaannya yang telah hilang. Oleh kerana itu, apabila Da’wah dapat kita tunaikan sebaik-baiknya dengan dukungan sumber daya manusia yang efektif, dana yang cukup, sarana yang memadai, metode yang tepat dan kemasan yang menarik, maka masyarakat muslim yang ideal dapat kita wujudkan – insya Allah - sebagai umat yang terbaik. Dengan kata lain, Da’wah merupakan usaha merekonstruksi masyarakat yang masih mengandung unsur kegelapan supaya menjadi masyarakat yang Islami, dalam usaha melakukan Islamisasi dalam seluruh sektor kehidupan manusia.
Mari kita tekadkan diri kita semua untuk menjadi umat yang satu, untuk bertindak dan berbicara, serta mengajak setiap orang yang kita temui untuk bergerak dan berda’wah.
Kepada yang belum bersyahadat, mari kita kenalkan syahadat dan ajak mereka untuk mau bersyahadat.
Kepada yang sudah bersyahadat, mari kita ajak mereka untuk menyempurnakan rukun Islam, rukun Iman, Ihsan danamalan Islam serta akhlaqnya.
Kepada yang sudah istiqamah dan kuat Imannya, kita ajak mereka untuk membangun masyarakat Islam yang Qur’ani.
Kepada yang sudah terlihat tanda-tanda Qur’aninya, kita ajak mereka untuk mepertingkatkan tugas da’wah yang lebih luas, dalam bentuk amal yang nyata.
Jangan berhenti, kerana besok pagi atau besok malam, kita pasti pindah ke zaman lain.
Da’wah Islamiyah merupakan sunnah kehidupan warisan para Nabi-nabi Utusan Allah (swt), sepanjang sejarah kehidupan umat manusia, penuh tentangan dan cabaran, dan kerananya juru da’wah harus menyiapkan diri berupa segala kemampuan apa pun yang dimiliki, di setiap tempat dan kondisi, sesuai firman Allah (swt)
{ وأعِدُّوا لَهُمْ مَااسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْ لاَ تَعْلَمُوْنََهُمُ اللهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيءٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ يُوَفَّ إلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تُظْلَمُوْنَ }
“Dan bersedia-sedialah (siapkan dirimu) untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dengan kenderaan kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu dapat menggetarkan musuh-musuh Allah (swt), musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya tetapi Allah Maha Mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan ataupun usahakan pada jalan Agama Allah, niscaya akan diberi ganjaran pahala yang cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”.


jazakumullah

Geen opmerkingen: