maandag, juni 02, 2008

Bahaya Hadis Daif dan Palsu

AHLAN WA SAHLAN


Begitu banyak hadis lemah dan palsu beredar dalam masyarakat, maka kami tunjukkan sejumlah hadis-hadis sahih, tentang ancaman yang sangat berat dan azab yang sangat mengerikan kepada para pendusta dan pemalsu hadis atas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.

Hadis-hadis tersebut ialah: "... Man kazaba a'laiya muta'ammidan falyatabawwa maq'adahu minannaar".

Dari Abi Hurairah, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam:

"Barangsiapa yang berdusta atasku (yakni atas namaku) dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka." [[1]]

Dari Abi Hurairah, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam:

"Barangsiapa yang membuat-buat perkataan atas (nama) ku yang (sama sekali) tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka". [[2]]

Dari Salamah bin Akwa, ia berkata. Aku telah mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:

"Barangsiapa yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka". [[3]]

Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan lagi (4/50) dengan lafaz.

"Tidak seorangpun yang berkata atas (nama)ku dengan batil, atau (ia mengucapkan) apa saja (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan, melainkan tempat duduknya di neraka". [[4]]

Dari Anas bin Malik, ia berkata:

"Sesungguhnya yang mencegahku menceritakan hadis yang banyak kepada kamu, (ialah) kerana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah bersabda: Barangasiapa yang sengaja berdusta atasku (yakni atas namaku), maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka". [[5]]

Dari Abdullah bin Amr, ia berkata. Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah bersabda:
"Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat, dan ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak ada keberatan (yakni berdosa), dan barangsiapa yang berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka". [[6]]

Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata. telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
"Janganlah kamu berdusta atas (nama)ku.! kerana, sesungguhnya barangsiapa yang berdusta atasku, maka hendaklah ia memasuki neraka". [[7]]

Dari Mughirah (bin Syu'bah) radliyallahu 'anhu, ia berkata, Aku telah mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya berdusta atasku tidaklah sama berdusta kepada orang lain (selainku), maka barangsiapa yang berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka". [[8]]

Dari Watsilah bin Asqa', ia berkata. telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
"Sesungguhnya dari sebesar-besar dusta ialah, seorang mendakwa/mengaku (berbapak) kepada yang bukan bapaknya (yakni menasabkan diri kepada orang lain yang bukan bapaknya), atau (ia mengatakan) telah diperlihatkan kepada matanya apa yang (sebenarnya) matanya tidak pernah melihat (yakni ia mengaku telah bermimpi dan melihat sesuatu tetapi sebenarnya bohong)."

Dalam riwayat yang lain di jelaskan, atau (ia mengatakan),
"...telah diperlihatkan kepada kedua matanya dalam tidur (mimpi) apa yang tidak dilihat oleh kedua matanya (yakni ia mengaku telah bermimpi sesuatu padahal dusta), atau ia mengatakan atas (nama) Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam apa yang beliau tidak pernah sabdakan". [[9]]

Dari Abi Bakar bin Salim dari bapaknya (iaitu Salim bin Abdullah bin Umar) dari datuknya (iaitu Abdullah bin Umar), ia berkata, Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah bersabda:
"Sesungguhnya orang yang berdusta atas (nama)ku akan dibangunkan untuknya satu rumah di neraka". [[10]]

TAKHRIJUL HADIS

Hadis "man kazaba a'laiya" dan yang semakna dengannya tentang ancaman berdusta atas Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, darjatnya MUTAWATIR.

Telah diriwayatkan oleh berpuluh-puluh sahabat, sehingga dikatakan sampai dua ratus orang sahabat meriwayatkannya. Dan tidak satupun hadis mutawatir yang darjadnya lebih tinggi dari hadis "man kazaba a'laiya". [[1]]

Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berpandangan:
Bahawa banyaknya sahabat yang meriwayatkan hadis di atas memberikan beberapa faedah yang menunjukkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sering menyampaikan dan mengulang-ulang sabdanya tersebut.

Perhatian yang besar para sahabat dalam memelihara, dan menjaga betul-betul sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan segala sesuatu yang disandarkan orang kepada beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Sehingga mereka saling berpesan dan berwasiat dan meriwayatkannya sesama mereka. Kemudian mereka menyampaikannya kepada Tabi'in dan Tabi'in menyampaikannya kepada Atba'ut Tabi'in dan seterusnya tercatat dan terpelihara dengan baik dan rapi di dewan-dewan Imam-imam Sunnah. Sehingga sepanjang pemeriksaan saya -hampi-hampir- tidak ada satupun Imam dari Imam-imam ahli hadis melainkan meriwayatkannya di kitab-kitab hadis mereka. Dari Amirul Mukminin fil hadis Al-Imam Bukhari sampai Imam Ibnul Jauzi radiiyallahu 'anhum wa jazaahumullahu 'anil Islam khairan.
Ketinggian darjatnya dalam kesahihan dan kemutawatirannya dan mencapai tingkat teratas dalam martabat hadis-hadis mutawatir.

Sabda Nabi Saw:
....falyatabawaa... = hendaklah ia mengambil ertinya: Maka hendaklah ia mengambil untuk dirinya satu tempat tinggal (yakni di neraka).

Dikatakan seorang mengambil tempat, (yakni) apabila ia mengambilnya sebagai tempat tinggalnya (tempat menetap atau rumahnya). Maka sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. "Hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka". bentuk perintah yang maknanya khabar, atau bermakna mengancam, atau maknanya mengejek dan marah, atau mendoakan pelakunya yakni semoga Allah menempatkannya di neraka". [[2]]

SYARAH HADIS

Menurut Imam Nawawi (rahimahullahu) hadis ini meliputi beberapa faedah dan sejumlah qawaa'id,

Haram meriwayatkan hadis mauduk/palsu atas orang yang telah mengetahui kemaudukannya atau berat sangkaan bahawa hadis tersebut mauduk. Maka barangsiapa yang meriwayatkan satu hadis yang ia ketahui atau berat sangkaannya bahawa hadis itu palsu dan ia tidak menjelaskan kepalsuannya, maka ia termasuk kedalam ancaman hadis di atas dan tergolong orang-orang yang berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. [[3]]

Di bawah ini akan saya jelaskan lebih luas lagi:

1. MAKNA DUSTA

Berkata Imam Nawawi di kitabnya Al-Azkar, halaman 326:
"Ketahuilah! Sesungguhnya menurut mazhab Ahlus Sunnah bahawa dusta itu ialah: Mengkhabarkan tentang sesuatu yang berlainan (bebeza/menyalahi) keadaannya. Sama saja apakah engkau lakukan (dusta itu) dengan sengaja atau kerana kebodohanmu (tidak sengaja), akan tetapi tidak berdosa kalau kerana kebodohan (tidak sengaja) dan berdosa kalau dilakukan dengan sengaja". [[4]]

Berkata Al-Hafiz Ibnu Hajar di Al-Fath (1/211):
"Sesungguhnya dusta itu ialah: Mengkhabarkan tentang sesuatu yang berlainan dengan keadaannya".




2. MAKNA BERDUSTA ATAS NAMA NABI Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam

Menyandarkan sesuatu kepada beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam baik berupa perkataan (qaul), perbuatan (fi'il) atau taqriri (persetujuan beliau atas perbuatan atau perkataan sahabat) dan segala sesuatu yang disandarkan kepada beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dengan cara berdusta atas namanya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Sama saja, apakah masalah-masalah hukum atau targhib dan tarhib dan nasihat-nasihat atau tarikh/sejarah dan lain sebagainya. Semuanya adalah haram dan termasuk berbohong atas nama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, sebagaimana penjelasan Imam Nawawi di atas (semoga Allah merahmatinya).

Hadis atau riwayat dusta itu, Ulama kita menamakannya dengan "HADIS/RIWAYAT MAUDUK/PALSU" iaitu: "Hadis yang dibuat-buat/diada-adakan/ diciptakan orang secara dusta atas nama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, baik dengan sengaja atau tidak sengaja". (lebih lanjut bacalah Muqaddimah Imam Muslim di kitab sahihnya). [[5]]

SEBAB-SEBAB TERJADINYA PEMALSUAN HADIS

A. Kaum Zindiq

Berkata Hammad bin Zaid seorang Atba'ut Tabi'in besar wafat tahun 190 H.
"Kaum Zindiq telah memalsukan (hadis) atas (nama) Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sebanyak empat belas ribu hadis".

Ketika Abdul Karim bin Abi "Awjaa', salah seorang zindiq ditangkap dan akan dipenggal kepalanya oleh Muhammad bin Sulaiman Al-Abbaasiy (seorang pemimpin Basrah pada zaman khilafah Al-Mahdi, pada tahun 160 lebih), maka tatkala Abdul Karim telah yakin akan dibunuh, ia berkata:
"Demi Allah? Sesungguhnya aku telah memalsukan pada kamu sebanyak empat ribu hadis (palsu), aku haramkan padanya yang halal dan aku telah halalkan (perkara) yang haram".

Demikian juga Muhammad bin Said Asy-Syamiy Al-Maslub (yang mati disalib kerana zindiqnya oleh Abu Ja'far Al-Manshur). Zindiq yang satu inipun telah memalsukan hadis sebanyak empat ribu hadis. Telah berkata Imam Nasa'i di akhir kitabnya " Adl-Dlua'afa' wal Matrukiin" (halaman 310):
"Para pendusta yang terkenal telah memalsukan hadis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, ada empat orang: Ibnu Abi Yahya di Madinah, Al-Waqidiy di Baghdad, Muqotil bin Sulaiman di Al-Khurasan dan Muhammad bin Said di Syam yang terkenal dengan (sebutan) Al-Mashlub (orang yang mati di salib)."

B. Satu Kaum yang memalsukan Hadis kerana mengikuti hawa nafsu.

Berkata Abdullah bin Yazid Al-Muqriy (seorang Atba'ut Tabi'in besar gurunya Imam Malik, wafat tahun 148 H), Sesungguhnya ada seorang laki-laki dari ahli bid'ah (yang dimaksud bid'ah aqidah) yang telah ruju' (kembali sadar) dari bid'ahnya, ia berkata:
"Perhatikanlah hadis itu dari siapa kamu mengambilnya ! Kerana sesunggunya kami dahulu apabila berpendapat dengan satu pendapat, maka kami jadikan ia (pendapat kami itu) sebagai satu hadis (yakni kami palsukan mejadi hadis)".

Berkata Abdullah bin Lahai'ah (wafat tahun 174H): "Aku telah mendengar seorang syeikh dari Khawarij yang telah taubat dan ruju', ia berkata:
"Sesungguhnya hadis-hadis ini adalah Agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil Agama kamu.! Kerana sesungguhnya kami dahulu apabila condong kepada satu urusan (maksudnya faham yang setuju dengan bid'ahnya) niscaya kami jadikan ia sebagai satu hadis (kami palsukan menjadi hadis)".

Berkata Hammad bin Salamah (Atba'ut Tabi'in wafat 167 H):
"Telah mengkhabarkan kepadaku seorang syeikh dari Rafidhah (Syi'ah), sesungguhnya mereka berkumpul (sepakat) untuk memalsukan hadis-hadis"

C. Satu kaum yang memalsukan hadis-hadis untuk tujuan yang baik menurut persangkaan mereka.
Mereka buat hadis-hadis palsu tentang targhib dan tarhib dan nasihat-nasihat dan lain-lain. Mereka tidak merasa keberatan bahkan membolehkan dengan mengharap ganjaran dari Allah Jalla Jalaa Luhu .!? Kemudian mereka berkata. Kami tidak berdusta untuk merosak (nama atau Syari'at) Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tetapi untuk kebaikan beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam..!?
Hujjah mereka di atas menurut Ibnu Katsir menunjukkan sempurnanya kebodohan mereka, sedikitnnya akal mereka, banyaknya dosa dan kebohongan mereka, kerana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak perlu kepada orang lain untuk kesempurnaan syariat dan keutamaannya. Mereka itu kaum yang menyandarkan diri mereka kepada zuhud dan sufi.

D. Qash-shaas (Tukang-tukang cerita)
Mereka yang memalsukan hadis-hadis dalam cerita-cerita mereka, untuk mencari wang dan supaya orang-orang awam (umum) takjub (terkesima).

E. Satu kaum yang membolehkan memalsukan hadis untuk setiap perkataan yang baik.
F. Satu kaum yang memalsukan hadis untuk kepuasan hawa nafsu para penguasa dan mendekatkan diri kepada mereka.
G. Satu kaum yang memalsukan hadis pada waktu-waktu yang diperlukan. Seperti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, membela faham/pendapat, mencela atau marah kepada seseorang dan lain sebagainya.

PERKATAAN/LAFAZ-LAFAZ/YANG MEREKA GUNAKAN

Para pendusta itu dalam memalsukan hadis menggunakan beberapa perkataan, di antaranya:
· Mereka susun perkataan sendiri, lalu mereka sandarkan kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
· Atau mereka ambil perkataan-perkataan ahli hikmah, orang-orang soleh, atau cerita-cerita Israiliyat dan lain-lain.
· Atau Hadis yang dhaif sanadnya, kemudian mereka susun dan hiasi (yakni mereka palsukan) menjadi sahih sanadnya.

[Baca: Mukaddimah Ibnu Shalah (halaman 47), Syarah Nuhbatul Fikr (halaman 83) Ibnu Hajar].




6. CIRI-CIRI/TANDA-TANDA HADIS MAUDUK

Di antara tanda-tanda bahawa hadis itu mauduk/palsu, ialah:
· Pengakuan dari pemalsu itu sendiri, seperti beberapa contoh di atas (baca juga Al-Madkhal (hal. 53) Imam Hakim).
· Terdapat keganjilan dan rosak maknanya.
· Bertentangan dengan apa yang telah tsabit dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dll.

[Baca: Ikhtisar Ibnu Katsir dengan syarah Syeikh Ahmad Syakir (halaman 78) dan masalah ini telah dibahas dengan luas oleh Imam Ibnul Qoyim di kitabnya 'Al-Manaarul Munif Fish Sahih Wadhaif]

Tidaklah mudah untuk mengetahui hadis itu mauduk, dan bukan sembarang orang yang dapat menentukannya, kecuali Imam ahli Hadis dan ulama yang mahir dan luas pengetahuannya tentang Sunnah. Memiliki kemampuan yang khusus tentang Sunnah/Hadis, Jarh dan Ta'dil serta Tarikh Rawi dan lainnya yang berhubungan dengan Ilmu Hadis yang mulia.

Adapun mereka yang tidak punya ilmu hadis yang mulia ini (As-Sunnah/Hadis), mereka hanya mendhaifkan atau menentukan hadis mauduk kerana hawa nafsu dan ra'yu-ra'yu mereka yang bathil dan menyalahi Al-Kitab dan As-Sunnah, mereka yang sehari-hari menggugat Sunnah yang sahih, maka mereka yang zalim, penentang-penentang sunnah sahihah ini, sama sekali perkataannya tidak boleh didengar dan wajib ditentang dan dibuka kelemahan mereka dan memberikan penjelasan kepada umat akan tipu daya mereka yang sangat berbahaya.




PEMELIHARAAN TERHADAP HADIS/SUNNAH

Meskipun hadis-hadis itu telah banyak dipalsukan orang dan tidak sedikit hadis-hadis sahih didustakan, ditolak dan digugat, tetapi Allah Azaa wa Jalla tetap memelihara dan menjaganya, kerana Ia telah berfirman:

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan peringatan ini (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kamilah yang akan menjaganya". (Al-Hijr: 9).

Sewaktu Abdullah bin Mubarak (seorang Imam Mujahid besar dari Thabaqah Atba'ut Tabi'in, wafat tahun 181 H) ditanya tentang hadis-hadis mauduk beliau menjawab bahawa nanti akan hidup orang-orang yang ahli dalam hadis yang akan membela (menjaga dan mempertahankannya), kemudian beliau membaca firman Allah di atas.

Pemeliharaan terhadap Hadis/Sunnah itu dimulai dari Thabaqah pertama, iaitu para Shahabat Radliyallahu 'Anhum. Thabaqah kedua dan ketiga iaitu: Tabi'in dan Atba'ut Tabi'in, kemudian datang Thabaqah keempat dan seterusnya. Maka bangkitlah Imam-imam Sunnah yang telah menyediakan hidup dan umur mereka untuk membela Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Mereka itulah Salafus Soleh dan Tha'ifah Manshurah yang selalu akan ada dalam umat ini.

Jazaakumullahu 'Anil Islam Khairan.


[Baca: Al-Madkhal (halaman 51-59) Imam Hakim. Adl-Dlua'afaa' 91/62-66 & 85) Ibnu Hibban. Al-Maudukat (1/37-47) Ibnul Jauzi. Maj'mu Fatawa (18/46) Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ikhtisar Ibnu Katsir (halaman 78-88). Syarah Nukhbatul Fikr (halaman 84-85). Mizanul I'tidal (2/644) Az-Zahabi

[1] Lihat: Syarah Muslim (1/68) An-Nawawi, Fathul Bari (1/213) Ibnu Hajar. Tuhfatul Ahwaziy Syarah Tirmizi (7/418-420).
[2] Al-Fath 1/211 dan Syarah Muslim 1/68.
[3] Diringkas dari syarah Muslim 1/69-71 dan baca juga Al-Fath 1/210-214 & 7/310.
[4] Lihat juga Syarah Muslim 1/69.
[5] Muqaddimah Ibnu Shalah (hal. 47). Syarah Nukhbatul Fikr (hal. 80) Ibnu Hajar, Al Wadlu' fil Hadis (1/107), Taujihunnadazar ila Ushulil A-tsar (hal. 252)


[1] H.R. Imam Bukhari (1/36) dan Muslim (1/8) dll.
[2] H.R. Ibnu Majah (No. 34) dan Imam Ahmad bin Hambal (2/321)
[3] H.R. Imam Bukhari (1/35) dll, diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad (4/47) dengan lafaz yang sama dengan hadis No. 1,4,5,6 & 8.
[4] H.R. Ahmad, 4/50. Sanad ini sahih atas syarat Bukhari dan Muslim.
[5] H.R. Bukhari (1/35) dan Muslim (1/7) dll.
[6] H.R. Bukhari (4/145) dan Tirmizi (4/147 di Kitab Ilmu) dan Ahmad (2/159), 202 & 214) dll.
[7] H.R. Bukhari (1/35), Muslim (1/7), Tirmizi (4/142 Kitabul Ilmi), Ibnu Majah (No. 3) dan Ahmad.
[8] H.R. Bukhari (2/81), Muslim (1/8) dan Ahmad (4/252).
[9] H.R. Bukhari (4/157) dan Ahmad (4/106) dan riwayat yang kedua, dari jalannya.
[10] H.R. Imam Ahmad bin Hambal di musnadnya (2/22, 103 & 144) dan sanadnya sahih atas syarat Bukhari dan Muslim.

jazakumullah

Geen opmerkingen: